Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
BELAJAR ialah perkara menyenangkan. Tidak dengan bersungut-sungut atau kening berkerut-kerut. Demikianlah suasana kebatinan belajar yang seyogianya ditanamkan kepada siapa pun, dengan keyakinan lebih dini ditanamkan kepada anak, lebih baik.
Belajar urusan seumur hidup. Orang tidak berhenti belajar setelah diwisuda. Semakin tinggi gelar akademis disandang, semakin tiada henti belajar.
Dalam kenyataan belum tentu demikian. Semakin panjang gelar, malah semakin pendek usia belajar. Bahkan berhenti belajar, sebelum berhenti bernapas.
Belajar yang tersulit kiranya bukan di dalam kelas, bukan pula bab demi bab buku babon, melainkan belajar dari kehidupan. Saya pikir inilah makna terdalam belajar seumur hidup.
Kehidupan ialah karunia yang menyenangkan. Karena itu, belajarlah dengan menyenangkan. Dalam pandangan ini ruang kelas hanya bagian sangat kecil semesta kehidupan yang luas.
Sekolah bukan penjara dan kelas bukan sel. Guru bukan pula sipir penjara, melainkan insan yang dipercaya untuk diberi titipan kehidupan yang menyenangkan.
Pertanyaannya, apa implikasi konkret semua pandangan itu dalam kebijakan negara di bidang pendidikan? Suatu hari saya seperti tidak percaya akan apa yang saya baca di majalah The Economist (1 September 2018). Editorial majalah itu berisi pokok pikiran bahwa pendidikan di Singapura terbaik di dunia. Bukan di Finlandia, sebagaimana yang selama ini saya pahami.
Anak-anak Singapura tidak saja unggul dalam matematika, membaca, dan sains yang menjadi ukuran PISA (Programme for International Student Assessment), tetapi juga dilaporkan bahagia, lebih bahagia daripada anak-anak Finlandia. Apa kunci keberhasilan Singapura?
Kata The Economist, sementara negara lain sering mengubah pendidikan secara tetelan dan tidak terkoordinasikan, Singapura mencoba melihat sistem sebagai keseluruhan. Mereka berinvestasi sangat hebat dalam riset pendidikan. Semua perubahan diuji lebih dulu, hasilnya dipantau dengan cermat, sebelum diluncurkan. Perhatian mendalam dicurahkan kepada bagaimana ide-ide baru diterapkan di sekolah dan bagaimana hasilnya.
Koran The Straits Times (29/9) melaporkan perkembangan terbaru perubahan pendidikan yang diterapkan Singapura tahun depan. Kata Menteri Pendidikan Singapura Ong Ye Kung, sistem rangking di sekolah dasar dan menengah bakal dihapus. Tidak ada lagi dalam rapor peringkat anak di kelas. Nilai anak dideskripsikan secara kualitatif. Apa alasannya?
"Belajar bukan sebuah kompetisi," kata Menteri Ong Ye Kung. Belajar bukan persaingan di kelas untuk merebut rangking 1, rangking 2, rangking 3, dan seterusnya.
Fokus mereka ialah kemajuan belajar, bukan perbandingan rangking. Pendidikan bukan hanya bagaimana menjadi pintar, melainkan bagaimana menjadi manusia yang lebih baik.
Apa yang terbayang ketika membaca pendapat Menteri Pendidikan Singapura itu? Yang terbayang ialah keadaan sebaliknya di negeri sendiri, yaitu percakapan orangtua dalam pertemuan keluarga yang saling bercerita dengan membanggakan rangking anak masing-masing. Itulah kebanggaan yang tidak laku di Singapura.
Terus terang saban kali melihat anak SD pergi ke sekolah dengan tas berat karena penuh buku di punggungnya, hati saya menjerit protes. Protes karena sekolah ialah siksaan, belajar ialah beban untuk meraih rangking yang disimbolkan melalui tas yang berat itu.
Berikut omongan awam yang mengandung kebenaran. Katanya, mereka yang rankingnya bagus di kelas, hingga di masa tuanya menjadi pegawai. Sebaliknya mereka yang di kelas tidak pernah mendapat rangking, yang nilainya rata-rata kelas, malah jadi bos. Kenapa? Karena mereka punya kelebihan; kreatif, mampu menciptakan pekerjaan sebagai entrepreneur.
Tiap kali belajar dan tiap kali itu pula bersungut-sungut atau kening berkerut-berkerut dalam rentang waktu yang panjang (seumur hidup), kiranya malah berakibat sebaliknya, yaitu bisa bikin umur lebih pendek karena kehilangan keceriaan dalam belajar. Terutama belajar kehidupan, belajar menjadi manusia yang lebih baik.
Masa depan bangsa dan negara akhirnya bergantung pada sumber daya manusia yang terus belajar sebagai perkara yang menyenangkan.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved