Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Tujuh Dosa Sosial

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
23/2/2018 05:31
Tujuh Dosa Sosial
(thinstock)

BEBERAPA tahun lalu seorang pembesar kita menjadi tamu kehormatan peringatan ke-146 tahun kelahiran Mahatma Gandhi dan Hari tanpa Kekerasan Internasional. Magnet acara yang diselenggarakan Kedutaan Besar India di Jakarta itu memang mendiang sang Mahatma. Ia punya banyak pengagum di Indonesia.

Sang pembesar itu salah satunya. Ia sangat berkesan dengan prinsip hidup Mahatma. ”Mahatma Gandhi telah memperingatkan agar masyarakat tidak terjebak pada tujuh dosa,” katanya. Seolah ia ingin membuktikan sebagai penghayat dan pengamal ajaran-ajaran Gandi yang setia.

Ketujuh dosa sosial, menurut Gandhi, ialah politik tanpa prinsip, kekayaan tanpa kerja keras, perniagaan tanpa moralitas, kesenangan tanpa nurani, pendidikan tanpa karakter, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, dan peribadatan tanpa pengorbanan. Serupa sebuah nujum, seabad setelah kata-kata itu diucapkan sang negarawan arif bijaksana itu, penyakit itu belum bisa disembuhkan.

Bahkan, kian akut. Sang pembesar kita pun meminta bangsa Indonesia menjadi agen perubahan dengan memegang teguh nilai-nilai moral dan kemanusiaan. ”Dunia tidak akan berubah menjadi lebih baik sampai setiap diri kita telah berubah menjadi lebih baik,” katanya.

Setahun kemudian, pembesar kita ditangkap KPK. Korupsi tentu pasalnya. Saya tak berupaya mengurut dada dan menggelengkan kepala. Dada dan kepala kita seperti sudah imun akan ’kejutan’, akan hal-hal yang ’muskil’ tapi terjadi. Kekuatan materi telah menjebol dengan mudah benteng sekuat apa pun para pembesar dan elite politik di Republik ini.

Ketika dua menteri agama diterungku karena korupsi, presiden partai bersih dipenjara karena rasywah, dan mahaguru teladan perguruan tinggi ternama juga dibui karena korupsi, di luar itu pastilah kemungkinannya tinggal menunggu ’giliran’. Tak mengherankan pula ketika beberapa politikus muda berteriak lantang, ”Katakan tidak pada korupsi,” tapi akhirnya dibui karena korupsi.

Memang lidah tak bertualang dan mulut tak bisa digembok. Karena itu, jika tahun ini, tahun yang dijadikan momen untuk mulai merajut kebajikan nasional, ternyata belum dua bulan ini beberapa kepada daerah menjadi menyandang rompi jingga di KPK. Tahun pengharapan ini telah dinodai. Korupsi tak ada tanda-tanda berhenti.

Masuk akal jika KPK menjadi target penghancuran sejak kelahirannya. Penyerangan dengan air keras terhadap muka Novel Baswedan, penyidik senior KPK, terang dan jelas, bukan semata penyerangan terhadap Novel, melainkan kepada KPK. Sedihnya, sudah 10 bulan, Polri pun belum ada tanda-tanda berhasil mengungkap siapa pelaku, apalagi dalangnya. Kini Novel kembali ke ’rumah’ yang dicintainya: KPK, dan negara berutang kepadanya.

Tujuh dosa sosial saya kira, dahulu, pelakunya hanya para lelaki. Itu sebabnya ketika Undang-Undang Politik mengharuskan keterwakilan perempuan hingga 30% yang hingga kini belum pernah tercapai--salah satu harapannya, sekurangnya saya, agar politik menjadi lebih punya daya tahan akan laku durjana korupsi.

Perempuan akan menjaga bumi dari kerusakannya. Namun, ketika Gubernur Banten Ratu Atut Chosiah, Bupati Minahasa Vonnie Anneke Penabunan, Wali Kota Ciamis Atty Suharti, Bupati Klaten Sri Hartini, Wali Kota Tegal Siti Masitha, Bupati Kutai Kertanegara Rita Widyasari juga jebol pertahanan dihajar korupsi, kita menyadari korupsi semata laku lelaki, juga para bini, tua maupun muda!

Saya juga tak kaget ketika Rita Widyasari sejak menjabat bupati pada 2010 diduga menerima gratifikasi hampir setengah triliun rupiah. Padahal, kekayaannya Rp236 miliar. Artinya sudah sangat kaya. Ia pun merasa biasa saja ketika merayakan kemenangan kedua kalinya di ajang Pilkada Kutai Kartanegara 2015, mengundang grup band ternama dari Denmark, Michael Learns to Rock (MLTR), pada 2016, yang menghabiskan miliaran rupiah.

Berbagai penghargaan pun telah diraih Rita, antara lain sebagai Tokoh Utama Penggerak Koperasi Nasional 2017, Inspirator Pembangunan Daerah 2017 dari Pusat Kajian Keuangan Negara. Bahkan, ia akan mendapat penghargaan Bupati ’Antikorupsi’ dari Badan Peneliti Independen Kekayaan Penyelenggaraan Negara dan Pengawasan Anggaran Republik Indonesia.

Namun, KPK kemudian menyeret Rita sebagai tersangka korupsi. Lidah memang tak bertulang dan mulut juga tak bisa digembok. Tujuh dosa sosial versi Gandhi itu kini kian merajalela. Saya tak tahu pejabat publik macam apa yang bisa terlepas. Bukankah ratusan pejabat publik yang tersangkut korupsi, pernah mengucap sumpah janji di bawah kitab suci?

Pertahanan apa lagi jika kitab suci milik Tuhan saja dikhianati? Tujuh dosa sosial bagi para pendosa ternyata hal biasa saja.



Berita Lainnya
  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.

  • Perseteruan Profesor-Menkes

    26/5/2025 05:00

    ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”

  • Koperasi dan Barca

    24/5/2025 05:00

    KOPERASI itu gerakan. Ibarat klub sepak bola, gerakan koperasi itu mirip klub Barcelona. Klub dari Catalan, Spanyol, itu dari rakyat dan milik rakyat.

  • Menjaga Harapan

    23/5/2025 05:00

    Nah, sayangnya, legislatifnya justru kurang responsif.

  • Reformasi dan Kemiskinan

    22/5/2025 05:00

    APAKAH gerakan reformasi yang sudah berusia 27 tahun bisa disebut berhasil atau malah gagal? Jawabannya tergantung dari sudut pandang yang mana dan dalam hal ihwal apa.