Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Play to Win

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
08/1/2018 05:05
Play to Win
(Ilustrasi)

TAHUN ini kiranya tahun seleksi dan sekaligus tahun untuk melihat gambaran pemimpin pada 2019.

Siapakah yang usai dan siapakah yang melaju terus?

Siapakah yang tahu batas?

Itulah pertanyaan menggoda di kancah nasional.

Di kancah global kiranya juga terjadi bahwa tidak semua pemimpin tahu batas, tepatnya tahu diri.

Edisi khusus The World in 2018 majalah The Economist menyebut Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, dan manajer Arsenal FC (London Utara) Arsene Wenger ialah pemimpin yang mestinya lengser dari jabatan, tetapi mereka enggan melakukannya.

Nicolas Maduro, 55, menjadi presiden sejak 19 April 2013. Ia terpilih dalam pilpres luar biasa yang diselenggarakan karena Presiden Hugo Chavez meninggal dunia.

Sejak 19 November 2013, Maduro memimpin Venezuela dengan dekret sebagai diktator.

Negara rusak dibuatnya. Ekonomi memburuk, standar hidup rakyat merosot, kriminalitas meningkat, juga inflasi, kemiskinan, dan kelaparan.

Karena itu, Maduro sebaiknya lengser.

Namun, mana ada diktator turun dengan sukarela?

Najib Razak, 64, disumpah sebagai Perdana Menteri Malaysia pada 3 April 2009.

Ia disorot berkaitan dengan skandal keuangan yang terjadi di perusahaan negara, 1Malaysia Development Berhad (1MDB).

Najib ialah perdana menteri yang merangkap jabatan chairman di perusahaan investasi itu.

Najib gencar hendak digulingkan antara lain oleh seniornya, Mahathir Mohamad.

Namun, dia justru kian berkuasa, sesukanya mengganti jaksa agung dan deputi perdana menteri.

Arsene Wenger ialah manajer klub sepak bola terlama yang telah memimpin Arsenal selama 21 tahun.

Bayangkan, 13 tahun klub itu tidak menjuarai Liga Primer Inggris sehingga Wenger didesak untuk diganti atau mengundurkan diri.

Wenger mengedepankan permainan cantik.

Ia lupa play to win.

Faktanya, Wenger masih memimpin Arsenal sekalipun klub itu terlempar dari empat besar dan tidak berhak berlaga di Liga Champion.

Ratu Inggris Elizabeth II dipandang perlu mengikuti Kaisar Jepang Akihito yang dengan alasan sepuh menyatakan diri turun takhta tahun ini.

Ratu yang telah bertakhta selama 66 tahun itu saatnya menyerahkan singgasana kepada putranya, Pangeran Charles.

Bayangkan, Ratu berumur 91 tahun, Pangeran berusia 69 tahun. Namun, takhta tiada kunjung disuksesi.

Lalu, bagaimana pemimpin di negeri ini?

Saya pikir sejumlah nama kiranya tidak berhasrat lagi menjadi presiden.

Mereka ialah Megawati Soekarnoputri, sedikit hari lagi berumur 71 tahun, dua kali kalah dalam pilres.

Amien Rais menjelang 74 tahun.

Ia sekali maju capres kalah, bahkan tidak lolos putaran kedua.

Wiranto menjelang 71 tahun.

Ia pun masuk kategori ini karena sepertinya ikhlas menerima realitas.

Realitas itu ialah maju capres kalah, maju cawapres kalah, dan kini menjadi pembantu presiden sebagai Menko Polhukam.

JK menjelang 76 tahun, pernah menjadi capres dan kalah.

Sejauh ini dia satu-satunya anak bangsa yang dua kali menjadi wapres.

Hemat saya, JK pun tidak berhasrat lagi menjadi capres.

Wapres dua kali lebih dari cukup dan pula konstitusi tidak lagi mengizinkannya.

Perubahan pertama UUD 1945 jelas berbunyi, "Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan."

SBY, 68, pun sudah dua kali masa jabatan terpilih sebagai presiden.

Sekalipun usianya lebih muda daripada empat tokoh nasional tersebut, sekalipun partainya berhasrat mengusungnya kembali menjadi presiden, konstitusi tidak memungkinkannya.

Prabowo Subianto lebih muda lagi, berusia 66 tahun.

Ia baru sekali maju sebagai cawapres, kemudian capres.

Sekali kalah dalam pilpres belum ukuran.

Karena itu, Prabowo amat mungkin diusung kembali menjadi capres.

Maka, sejauh ini sepertinya bakal terulang kembali kontes dan kompetisi capres pada 2014 karena Jokowi bakal dicalonkan kembali.

Partai NasDem, misalnya, telah resmi memproklamasikan mengusung kembali Jokowi.

Sejauh ini yang belum terjawab ialah siapa yang menjadi cawapres.

Posisi wakil presiden itu bahkan bisa menjadi masalah krusial karena banyak yang merasa pantas dan cakap duduk di kursi itu, terlebih untuk mendampingi petahana, Presiden Jokowi.

Fenomena tahun politik 2018 dan 2019 ialah posisi wakil.

Itu merupakan urusan besar sebagaimana ditunjukkan dalam pilgub di Jawa.

Berkaca di cermin bisa saja tampak diri yang terlihat pantas dan cakap serta saham partai yang signifikan, tetapi tidak disepakati untuk dijadikan cawapres, sehingga koalisi pecah membentuk konfigurasi baru.

Play to win kiranya semboyan yang perlu dipegang dalam pilkada ataupun pilpres.

Bukan play for selfish.

Bangsa ini perlu pemimpin nasional, bukan selebritas politik yang gemar mejeng unjuk diri yang jumlahnya sudah kebanyakan.



Berita Lainnya
  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.