Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Revolusi Kakus

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
30/11/2017 05:31
Revolusi Kakus
(thinkstock)

MUDAH-MUDAHAN Anda masih ingat kata 'kakus', tempat buang air, alias jamban. Saya perlu katakan itu karena penggunaan kata kakus sudah lama digantikan WC, water closet (Belanda), yaitu kakus dengan penyemburan air. Sejalan dengan lenyapnya serapan kata asal Belanda digantikan asal Inggris, 'WC' pun digeser 'toilet'.

Anehnya perubahan itu tidak selalu disertai kata 'umum'. 'WC umum' tidak selalu berubah menjadi 'toilet umum', tetapi cukup tertera 'toilet'. Tidak percaya? Tidak usah repot-repot untuk membuktikannya. Untuk apa ada dusta di antara kita perihal WC umum? Selera yang lebih beradab pun sepertinya tidak pas dengan sebutan kakus.

Seorang kawan yang cantik parasnya dan halus budi bahasanya tidak pernah bilang mau ke WC atau ke toilet, apalagi ke kakus, tetapi membahasakannya, 'saya mau ke ladies'. Sebaliknya, saya belum pernah mendengar seorang gentleman mengatakan 'saya mau ke gentle...'. Apalagi bilang, maaf, 'saya mau ke ladies'.

Saya sendiri lebih suka menyebut kakus. Apa pun namanya, entah toilet, jamban, ataupun WC, kakus cermin keadaban suatu masyarakat atau bangsa, sebagai warga dunia. Sekali lagi sebagai warga dunia, bukan cuma warga suatu kota atau desa. Sedemikian penting kakus untuk warga dunia sampai-sampai PBB menjadikan 19 November sebagai Hari Kakus Dunia (World Toilet Day).

Apakah Anda merayakannya 10 hari lalu? Saya baru merayakannya sekarang ini dengan cara mengekspresikannya di 'Podium' ini. PBB beralasan kakus menyelamatkan manusia. Kotoran manusia yang tidak dibuang pada tempatnya yang berkeadaban menjadi penyebar penyakit yang dapat membunuh manusia.

Hari Kakus Dunia diproklamasikan untuk menginspirasi tindakan nyata mengatasi krisis sanitasi. Berkat kakus, pada 2030 diharapkan siapa pun warga dunia di kolong langit ini terbebas dari krisis sanitasi. Pemimpin besar Tiongkok Xi Jinping malah pada 2015 mencanangkan revolusi kakus, yaitu revolusi meningkatkan mutu kakus ke seluruh Tiongkok dalam rangka membangun suatu masyarakat lebih beradab dan memperbaiki higienitas massal.

"Kakus bukan urusan kecil," kata Xi Jinping di halaman depan koran Partai Komunis. Saban kali ke perdesaan, pemimpin besar itu selalu mengecek apakah rumah di desa itu menggunakan kakus yang higienis, sesuai standar. Di negara berpenduduk paling banyak di dunia itu pengecekan mutu kakus juga menjadi urusan sangat penting bagi pengembangan pariwisata.

Dalam tiga tahun, 2015-2017, pemerintah Tiongkok telah meningkatkan mutu 68 ribu kakus. Badan Pariwisata Nasional Tiongkok pekan lalu mengumumkan mulai 2018 sampai 2020 bakal membangun dan meningkatkan 64 ribu kakus. Bila PBB membahasakan 19 November hanya sebagai Hari Kakus Dunia, Tiongkok membuatnya lebih panjang sesuai selera komunis, yaitu 'Hari Kakus Dunia dan Hari Kesadaran Revolusi Kakus Tiongkok'.

Kiranya kita juga perlu semacam revolusi kakus versi Nusantara. Masih ada sebanyak 24% penduduk kota buang hajat sembarangan. Di Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu) saja ada sekitar 151 ribu keluarga yang setiap hari buang air besar sembarangan.

Kita tidak tahu berapa juta penduduk desa persisnya yang masih membutuhkan kakus sehat sehingga tidak membuang air besar di semak-semak. Kota Yogya kiranya boleh dijadikan gambaran. Di kota itu tidak ada lagi perilaku warga buang air besar sembarangan. Akan tetapi, kakusnya tidak layak. Saluran kakusnya langsung nyemplung ke bawah.

Yang dramatis ialah apa yang terjadi Senin (27/11) lalu. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meninjau kakus bertaraf internasional yang dibangun di bawah tanah di Jalan Panembahan Senopati dengan anggaran Rp5,7 miliar. "Kok ambune wes pesing (kok baunya sudah pesing)," kata Gubernur seraya menutup hidung.

Padahal kakus itu baru akan dibuka untuk umum Desember ini. Saya tidak paham apakah daya endus hidung rakyat berbeda dengan daya endus hidung seorang sultan yang berdarah biru. Fakta bahwa gubernur bilang 'ambune wis pesing' sambil tutup hidung kiranya menunjukkan dalam hal kakus itu hidung gubernur lebih peka ketimbang hidung aparatur pemerintahan yang bertanggung jawab atas pembangunan kakus internasional itu.

Ternyata revolusi mental juga diperlukan dalam menggelorakan revolusi kakus agar uang negara miliaran rupiah tidak dipakai untuk membangun kakus internasional yang bau pesing. Apa dikira turis yang datang ke Yogya hidungnya mampet?



Berita Lainnya
  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik