Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

In Memoriam Pak Sabar

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
26/9/2017 05:31
In Memoriam Pak Sabar
(thinkstock)

IA bukan siapa-siapa dalam hierarki orang berkuasa. Ia juga jauh dari posisi orang ternama. Namun, sosok ini amatlah penting. Tanpanya warga bisa senewen dan lingkungan jadi terganggu.

Ia Pak Sabar, pengangkut sampah yang berdedikasi dan punya harga diri. Baru-baru ini, saya mendengar kabar dari beberapa warga Pak Sabar telah tiada. Tak ada yang tahu apa penyakitnya, kapan persis meninggalnya, sebab memang tak ada yang tahu di mana tempat tinggalnya.

Warga tempat kami bermukim, dulu, di Bojong Gede, Cibinong, Jawa Barat, hanya mengatakan Pak Sabar telah berpulang. Kabar duka yang biasa saja. Bulan ini ketika Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat mewacanakan operasi tangkap tangan bagi warga yang membuang sampah sembarangan, saya teringat Pak Sabar.

Sosok yang setiap hari menghela gerobak sampah hingga kerap napasnya terengah-engah berkeliling dari rumah ke rumah. Usianya sekitar 55 tahun, tapi ia tak pernah berpantang bekerja walau panas dan hujan datang.

Pak Sabar selalu berkaus lengan panjang, memakai masker, bertopi, dan bersepatu bot karet. Ia selalu membawa sebotol susu sapi murni ukuran 600 mililiter yang digelantungkan di bagian luar gerobak.

Ia penting minum susu untuk menjaga kesehatannya. Saya lupa bertanya dari mana fulus untuk membeli susu sapi murni. Suatu hari saya melihat Pak Sabar tidak sabar lagi. Ia berseteru mulut sengit dengan seorang warga yang melempar sampah dari teras rumahnya ke arah bak penampungan sampah yang tengah diangkut isinya.

Cara warga membuang sampah seperti itu, kata Pak Sabar, sangat menghina dirinya. "Ini orang terhormat tapi tak bisa menjaga kehormatannya. Saya ini hidup bersama sampah setiap hari, tapi jangan Bapak memperlakukan saya seperti sampah," kata Pak Sabar dengan suara tinggi kepada seorang warga yang membuang sampah sembarangan itu. Saya yang tak jauh dari mereka berdua mendengar dengan jelas percekcokan itu.

Yang membuang sampah tak merasa bersalah. Saya baru tahu, Pak Sabar ternyata punya batas kesabaran, sosok yang punya prinsip. Ia akan menegur siapa saja yang tak memisahkan sampah organik dan nonorganik.

Pak Sabar pernah bilang, warga kompleks, orang-orang berpendidikan, tapi membuang sampah yang benar saja banyak yang tidak tahu. "Katanya, kebersihan sebagian dari iman!" kata Pak Sabar menyindir.

Pak Sabar tak jauh dari ribuan tukang sampah di negeri ini. Sama seperti Imam Syafii, tukang sampah di kawasan Guntur, Jakarta Pusat, yang aktivitasnya pernah ditayangkan stasiun berita BBC pada Januari 2012.

BBC waktu itu menayangkan hasil studi banding, petugas kebersihan asal London, Wilbur Ramirez, Inggris, ke Jakarta, berjudul Toughest Place to be a Binman (Tempat Paling Sulit Menjadi Tukang Sampah).

Ramirez takjub dengan 'Tukang Sampah' di Indonesia, Imam Sjafii yang bekerja seorang diri, berjalan kaki, memungut sampah dari tempat-tempat berlumpur; Ia bekerja dengan peralatan terbatas, kerja keras, tapi bergaji kecil, tanpa tersentuh jaminan kesehatan.

Potret buram pengelolaan sampah di Jakarta pun terlihat dunia. Tentu ini bagai bumi dan langit dengan Ramirez yang membersihkan sampah dengan peralatan modern. Padahal, ketika Bang Ali dipilih Bung Karno menjadi Gubernur DKI Jakarta, salah satu tugas penting ialah membersihkan Jakarta dari sampah.

"Apa lagi ndoro dan ndoro ayu sudah tahu, tidak boleh membuang sampah semau-maunya di pinggir jalan, tapi ndoro dan ndoro ayu toh menaruh sampah di pinggir jalan. Nah, itu perlu dihadapi orang yang sedikit keras, yang sedikit koppig," kata Bung Karno kepada Ali.

Namun, hingga kini sampah di Jakarta belum jua menemukan solusi terbaik. Percakapan kita tentang sampah ialah percakapan tentang keluh kesah. Indonesia darurat sampah.

Hasil riset Jenna R Jambeck (publikasi di www.sciencemag.org 12 Februari 2015) yang diunduh dari laman www.iswa.org pada 20 Januari 2016 menyebutkan Indonesia berada di posisi kedua penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, setiap hari sekitar 7.000 ton sampah dibuang ke sungai Ciliwung, dan yang bisa diangkut hanya 75%, 25% dibiarkan mencemari sungai dan laut.

Saya setuju, usulan pengelolaan sampah menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan kerja lurah/kepala desa dan juga camat. Lurah/kepala desa dan camat yang berhasil, artinya mereka telah mampu mengatasi sampah di wilayahnya.

Terlebih lurah dan camat di Jakarta yang telah menerima gaji cukup besar. Setiap melihat sampah di mana-mana, saya teringat Pak Sabar. Tukang sampah yang berdedikasi dan amat mencintai bumi. Saya kira ia orang yang mulia.



Berita Lainnya
  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.

  • Perseteruan Profesor-Menkes

    26/5/2025 05:00

    ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”