Headline

Kemenlu menyebut proses evakuasi WNI mulai dilakukan via jalur darat.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Presiden Pemersatu

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
15/9/2017 05:31
Presiden Pemersatu
(AP/Wallace Woon)

“TELAH kutafsir makna Melayuku
dari mata dan bibir sejarah
yang luka bagai selendang berdarah
yang pilu bagai perawan berduka
mengalirnya Melayumu
lembut dan terus
menjadi embun
dingin memesona
dan Melayuku
bagai riak danau
terkandas di lumpur
berdebu kotor.
Melayuku bagai serigala sengsara
sakit dan terseka
di perut gua
gelap bagai jelaga
.................................
Melayumu adalah bulan purnama
harum cempaka wangi cendana
Melayuku adalah pelamin yang patah
pusara yang legam
dan malam yang pasrah.”

SAJAK berjudul ‘Melayuku, Melayumu’ ditulis sastrawan Singapura, M Latif B Mohammed. Jelas ada nada pedih yang dalam di situ, pada ia yang disebut ‘Melayuku’. Ia ‘luka’, ‘terkandas di lumpur’, ‘ berdebu kotor’, ‘gelap bagai jelaga’, dan ‘pusara yang legam’.

Sementara yang disebut ‘Melayumu’, diamsalkan serupa ‘bulan purnama’, ‘harum cempaka’, dan ‘wangi cendana’. Ada kontras amat jauh antara ‘Melayuku’ dan ‘Melayumu’. Bolehlah saya menakwilkan ‘Melayuku’ yang pedih dan terluka mewakili sang penyair dan ‘Melayumu’ di luar sang penyair.

Bisa jadi Melayu di luar Singapura, misalnya di Malaysia dan Indonesia; atau ‘Melayu’ dalam pengertian alegoris, yakni puak yang paling diuntungkan di negara kota itu, sebut saja etnik China yang mencapai 74,3% penduduk Singapura. Melayu hanya 13,4%, India 9,1%, dan lain-lain 3,2%.

Dalam sajak berjudul ‘Singapura’, M Latif B Mohammed juga masih menyuarakan kegetiran itu. “Kulihat di langitmu ada titisan darah bagai lautan/ada takdir yang pecah/bagai cermin yang retak dan kusam.”

Tak usah bertanya kepada pengarangnya, apa maksud sajak Melayuku, Melayumu dan Singapura, toh kata Roland Barthes, ‘pengarang sudah mati’. Artinya, begitu karya ditulis, teks itu telah menjadi milik pembaca.

Singapura dulu bernama Temasek, dalam bahasa Melayu berarti ‘hutan rawa, atau ‘Tumasik’, dalam bahasa Jawa Kuno berarti ‘menyerupai’ laut. Kata guru besar arkeologi National University of Singapura, Singapura dulu ialah bagian dari jajahan Majapahit.

Secara resmi bahasa nasional Singapura bahasa Melayu; lagu kebangsaan pun berbahasa Melayu, Majulah Singapura. Namun, bahasa nasional Melayu agaknya hanya simbolis. Sementara itu, sejak presiden dari etnik Melayu pertama Singapura, Yusof Ishak, meninggal pada 1970, belum lagi ada puak Melayu menjadi presiden di negeri itu.

Karena itu, terpilihnya Halimah Yacob menjadi presiden ke-8 Singapura, menggantkan Tony Tan Keng Yam, menjadi penting. Memang ada protes ikhwal menuju tangga presiden karena tak melalui pemungutan suara.

Menurut Dapartemen Pemilihan Singapura, dari lima calon presiden yang maju, hanya Halimah yang memenuhi syarat. Maka, melengganglah mantan Ketua Parlemen Singapura itu sebagai calon tunggal tanpa pemilihan langsung.

Halimah yang pernah hidup susah ini dilantik menjadi presiden Singapura, Rabu (13/9). Meski presiden di Singapura seperti giliran dan tidak memegang kekuasaan eksekutif, tetapi pascaundang-undang pada Juni 2016 atas inisiatif PM Lee Hsien Long, presiden diberi hak veto antara lain

jika pemerintah penggunaan sumber daya negara. Tahun lalu, Lee Hsien Long memang sudah bicara akan memberikan kursi presiden pada puak Melayu. Ia sadar ketakutan pada Melayu seperti diperlihatkan sang ayah akan ada monoloyalitas Melayu, tidak relevan lagi.

PM Lee Hsien Long justru berharap Halimah sebagai figur pemersatu di negara yang multietnik itu. Halimah menyandang triple minoritas dalam konteks Singapura: perempuan, Melayu, dan Islam.

Secara historis, presiden di Singapura memang menjadi tokoh pemersatu untuk mewakili Singapura yang multietnik. Seperti ditulis surat kabar The Straits Times, Minggu (3/9), "Tidak ada petugas publik lain tidak juga perdana menteri, ketua pengadilan, atau ketua parlemen yang dimaksudkan untuk menjadi personifikasi negara dan simbol persatuan dalam cara kepresidenan itu.”

Menurut Tony Tan, dalam situasi keamanan sekarang, keputusan memilih presiden Melayu paling tepat. Ini menjadi semacam antitesis terhadap sikap mendiang Lee Kuan Yew, yang khawatir pada etnik Melayu jika ditempatkan di posisi penting di institusi negara.

Perasaan itu pula yang dialami etnik Melayu: diskriminasi. Kerusuhan etnik pada 1964, ketika Singapura menjadi bagian Malaysia, pasti jadi trauma. Presiden Halimah bisa menjadi perekat.

Dunia memang berubah. Pandangan lama yang menjadi belenggu kesetaraan warga negara mesti ditinggalkan, juga Singapura. Di pundak Halimah, perempuan kelahiran Singapura, 23 Agustus 1954, kepercayaan pada etnik Melayu ditumbuhkan.

Di pundaknya fungsi pemersatu bangsa Singapura yang multietnik dibebankan. Halimah mestinya menjawab juga apa yang ditulis penyair M Latif B Mohammed, yakni ‘Melayuku, Melayumu menjadi Melayu kita’. Kita di Indonesia ikut menunggu Halimah menunaikan tugasnya.



Berita Lainnya
  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.