Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Siapapun Pelakunya, Aksi Teror Musuh Bersama Kemanusiaan

Pengamat Politik President University Muhammad AS Hikam
29/4/2019 17:06
Siapapun Pelakunya, Aksi Teror Musuh Bersama Kemanusiaan
Muhammad AS Hikam(Dok Pribadi)

PADA Minggu (28/04) waktu Indonesia atau Sabtu (27/04) waktu setempat, terjadi aksi teror terhadap jemaah yang sedang beribadah di di Sinagog Chabad di kota Poway, dekat Kota San Diego, California, Amerika Serikat. Pelaku aksi teror John Earnest (JE), 19, menembaki jemaah yang menewaskan satu jemaah perempuan dan melukai tiga orang lainnya.

Ini adalah serangan teror kedua selama setahun terakhir terhadap tempat ibadah ummat Yahudi sinagog di AS. Sebelumnya, pada 28 Oktober 2018, terjadi aksi teror dengan penembakan terhadap jemaah Sinagog L'Simcha di kota Squirrel Hill, dekat Pittsburgh, Pennsylvania, yang  mengakibatkan tewasnya 11 orang jemaah.

Dalam aksi di Poway ini, JE mengklaim mengikuti jejak Brenton Tarrant, teroris yang menulis manifesto dan merekam melalui Facebook aksi penembakan yang dilakukan di dua Masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru. Korban aksi teror tunggal itu adalah 50 jemaah muslim tewas. JE juga mengaku meniru atau terinspirasi oleh aksi teror yang terjadi di Pittsburgh. Kedua pelaku aksi itu mengatasnamakan diri sebagai para pembela perjuangan kelompok Supremasi Kulit Putih (White Supremacist).

Dua kasus teror di Selandia Baru dan di AS ini menjadi bukti radikalisme dan terorisme tidak hanya monopoli kelompok radikal berkedok ideologi agama, tetapi juga ideologi sekuler seperti rasisme, fasisme, dan nasionalisme ekstrem.

Pada dasarnya, semua ideologi teror memiliki ciri-ciri yang mirip yakni pengunggulan identitas primordial, antiasing (xenophobia), eksklusif, intoleran, merasa paling benar, dan antidemokrasi.

Maraknya aksi teror kelompok rasis Kulit Putih dan Nasionalis Ekstrem di negara barat terjadi bersamaan dengan muncul dan berkembangnya kelompok ultra kanan yang memenangi kontestasi politik. Kemenangan Trump di AS, Bolsonaro di Brazil, Guaido di Venezuela, dan juga kemenangan partai ultra nasionalis di Eropa merupakan contohnya.

Baca juga: Ketua NU NTT & Pesta Paduan Suara Gerejani

Akankah radikalisme dan teror kelompok berideologi sekuler tersebut bertabrakan atau malah berkoalisi dengan kelompok berideologi agama untuk menghancurkan demokrasi di seluruh dunia?

Secara teoretis koalisi itu tampak mustahil, sedangkan tabrakan antara keduanya lebih mungkin. Namun, kalaupun kedua kekuatan destruktif berdiri sendiri-sendiri tetapi berjaya dalam aksi mereka secara terpisah, tetap saja implikasinya terhadap kemanusiaan dan peradaban dunia sama yaitu sebuah kehancuran masif dan total.

NKRI saat ini sedang menghadapi ancaman radikalisme dari kelompok ideologis yang mengatasnamakan membela agama. Jangan sampai aksi-aksi teror seperti di Selandia Baru dan AS menjadi alasan dan motif pembenaran mereka melakukan penetrasi dan infiltrasi ideologis di dalam masyarakat maupun penyelenggara negara kita. Jangan pula aksi-aksi teror kelompok Supremasi Kulit putih dijadikan alasan balas dendam sehingga mengabsahkan tindakan sama.

Kita berduka dan berdoa untuk semua korban terorisme di manapun mereka dan apapun latar belakang agama mereka. Kita juga mengutuk aksi biadab tesebut. Baik yang dilakukan oleh pihak yang mengatasnamakan ideologi sekuler maupun agama. Karena sesungguhnya aksi teror tersebut adalah musuh bersama, yaitu musuh kemanusiaan dan peradaban.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik