Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Mo Farah Masuk ke Inggris Sebagai Korban Perdagangan Manusia

Basuki Eka Purnama
12/7/2022 13:15
Mo Farah Masuk ke Inggris Sebagai Korban Perdagangan Manusia
Pelari Inggris Mo Farah(AFP/MARTIN BUREAU)

MANTAN juara Olimpiade asal Inggris Mo Farah, dalam artikel yang diterbitkan Senin (11/7) mengungkapkan bahwa dirinya masuk ke Inggris secara ilegal menggunakan nama anak lain dan dipaksa bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Dalam wawancara dengan BBC, Farah mengaku dirinya diberi nama Mohamed Farah oleh perempuan yang menerbangkan dirinya ke Inggris dari Djibouti di usia 9 tahun.

Pelari berusia 39 tahun, yang ayahnya dibunuh di Somalia ketika dia berusia 4 tahun, mengatakan nama aslinya adalah Hussein Abdi Kahin dan dia dipaksa bekerja saat tiba di Inggris.

Baca juga: Soal Atlet Transgender, Presiden Atletik Dunia Pilih Keadilan Ketimbang Inklusi

"Sejujurnya, saya bukanlah siapa yang Anda sangka," ujar Farah dalam film dokumenter yang akan tayang pada Rabu (13/7).

"Mayoritas orang mengenal saya sebagai Mo Farah namun itu bukanlah nama saya yang sebenarnya."

"Faktanya saya lahir di Somaliland, utara Somalia, dengan nama Hussein Abdi Kahin. Orangtua saya juga tidak pernah tinggal di Inggris."

"Ketika saya berusia 4 tahun ayah saya terbunuh saat perang saudara dan keluarga kami terpecah."

"Saya terpisah dari ibu saya dan dibawa ke Inggris secara ilegal dengan nama anak lain yang bernama Mohamed Farah," lanjutnya.

Farah yang menjadi atlet atletik Inggris pertama yang memenangkan empat medali emas Olimpiade mengatakan akhirnya memutuskan mengungkapkan hal yang sebenarnua karena anak-anaknya.

"Saya telah menyimpan rahasia ini sejak lama dan itu semakin sulit karena anak-anak saya mulai banyak pertama. Saya biasanya memiliki jawaban untuk segalanya namun saya tidak punya jawaban untuk hal satu ini," ungkap Farah.

"Itulah alasan utama saya mengungkapkan kisah saya yaitu agar saya bisa merasa normal dan tidak harus menyimpan rahasia lagi," imbuhnya.

Dalam program dokumenter itu, Farah mengaku menyangka dirinya akan bertolak ke Eropa untuk tinggal dengan kerabatnya dan diberi paspor Inggris untuk anak bernama Mohamed.

"Saya memiliki detail kontk kerabat saya namun saat saya tiba di rumah perempuan yang membawa saya, dia mengambilnya dari saya, merobeknya, dan membuangnya ke tempat sampah. Saat itu, saya menyadari saya dalam masalah," papar Farah.

Farah akhirnya mengungkapkan kondisinya ke guru olahraganya Alan Watkonson. Dia kemudian tinggal dengan ibu temannya, Kinsi, yang merawatnya dengan baik. Farah tinggal dengan keluarga Kinsi selama tujuh tahun.

Watkinson kemudian membantu Farah mendapatkan kewarganegaraan Inggris. Lewat proses yang panjang, pada 25 Juli 2000, Farah mendapatkan kewarganegaraan Inggris.

Farah, yang memberi nama anaknya Hussein, dari nama aslinya, mengatakan, "Saya kerap memikirkan nasib Mohamed Farah lain, yang posisinya saya ambil di pesawat itu, Saya harap dia baik-baik saja."

"Dimana pun dia berada, saya membawa namanya dan itu bisa menjadi masalah bagi saya dan keluarga saya."

"Yang terpenting bagi saya, saat ini, adalah saya telah mengungkapkan kebenaran," pungkasnya. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya