Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BUTIRAN-butiran merah muda berjumlah jutaan tak terkira tertampung dalam sebuah ember berukuran 10 liter ketika arunika memancarkan rona jingga di langit. Butiran berukuran hampir seperti kacang hijau sangat kecil itu lalu terlempar dari genggaman telapak tangan dengan lengan hitam berurat. Butiran-butiran itu terhempas jatuh diantara dedaunan padi lalu masuk ke dalam lumpur dekat batang-batang padi setinggi 60-70 cm dalam pematang sawah bertingkat di belakang sebuah rumah di perkampungan desa Kabupaten Nagekeo, NTT.
Pematang-pematang sawah itu terbentang bertingkat pada kemiringan mulai dari bantaran sungai hingga ke belakang rumahnya. Sudah hampir 5 tahun, Maksi Yenge (64) selepas pensiun dari pegawai negeri sipil di Kabupaten Nagekeo, NTT, berpindah dari ibu kota Mbay ke Desa Ratedao. Warga desa tempat Maksi tinggal banyak mengolah lahan mereka menjadi sawah tadah hujan. Seperti kebanyakan warga, Ia juga memanfaatkan lahan di belakang rumahnya untuk ditanami padi pada setiap musim hujan tiba.
Padi yang ditanami Maksi kini sudah berumur 45 hari. Ia harus melakukan pemupukan ketiga untuk mendukung perkembangan padi atau fase generatif. Maksi menuturkan padi memiliki fase vegetatif atau pertumbuhan dan fase generatif atau perkembangan sehingga perlu pemupukan pada fase-fase tersebut sehingga bisa memberikan hasil panen berlimpah.
“Harus 45 hari agar pupuk bisa terserap dengan baik, kalau ada yang lebih sampai 60 hari maka sebagian nutrisi dari pupuk tidak akan terserap dengan baik oleh padi,” ungkap Maksi sambil terus menebarkan pupuk di tangannya.
Menurut Maksi, pada pemupukan pertama diberikan ketika padi belum ditanam pada lahan yang siap untuk ditanami padi. Pemupukan pertama menggunakan pupuk NPK. Selanjutnya pada pemupukan kedua atau pupuk lanjutan pada 15 hari setelah tanam menggunakan pupuk NPK dan Urea dan pada pemupukan ketiga hanya menggunakan Urea. Total ada 3 kali pemupukan. Bila padinya kerdil maka ia akan memberikan banyak pupuk NPK sedangkan bila daunnya menguning maka akan diberikan pupuk Urea.
Maksi Yenge mengungkapkan dalam satu hektar kebutuhan pupuk mencapai 400 kg. Sedangkan lahan sawah di belakang rumahnya sekitar 50 Are atau setengah hektar sehingga hanya membutuhkan pupuk sebesar 200 kg.
“Jadi kalo lahannya setengah hektar, maka kebutuhan pupuk NPK ditambah Urea besarnya 200 kg, tinggal kita lihat pertumbuhan dan perkembangan padi apakah lebih banyak Urea atau lebih banyak NPK ataukah harus seimbang, semuanya juga tergantung kondisi padi,” ungkap lulusan politeknik pertanian yang kini berprofesi sebagai petani selepas pensiun dari pegawai Dinas Pertanian.
Maksi menuturkan untuk lahan sawah tadah hujan yang sekarang ia kerjakan memang pengeluaran biaya selama produksi tidak terlalu besar namun produksi tetap dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk subsidi. Ia mengaku bila tidak diberi pupuk hasil panennya menurun. Ia hanya memperoleh 14 karung gabah kering sekali panen pada beberapa tahun lalu karena tak ada modal untuk membeli pupuk. Namun setelah diberikan pemupukan pada tahun berikutnya maka produksi padinya meningkat drastis menjadi 20 -25 karung sekali panen.
Maksi mengungkapkan sebelum mengerjakan lahan tadah hujan ia juga pernah menanam padi pada sawah irigasi di Mbay yang bisa panen 3 kali setahun selama hampir lebih dari 20 tahun. Menurutnya pada sawah irigasi di Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo, karena sawah terus ditanami padi maka kualitas tanah semakin menurun sehingga membutuhkan pupuk yang tinggi untuk meningkatkan kualitas tanah hingga akhirnya membengkak pada biaya produksi.
“Beruntung bisa dengan pupuk subsidi baik NPK atau Urea karena saya pernah coba kalau pupuknya bagus dan pemberian sesuai kebutuhan maka saya bisa panen lebih dari 80 karung bahkan bisa 86 karung, itu belum termasuk ampasnya yang 15 karung jadi bisa 100 karung, makanya saya kira dengan pupuk yang ada kita bisa swasembada pangan, “ ungkap Maksi seraya menunjukkan karung berukuran 100 kg berisi padi di samping rumahnya sisa panen tahun lalu.
Selain itu Maksi mengungkapkan dalam pemberian pupuk untuk mencapai hasil yang diinginkan maka perlu mengetahui waktu yang baik harus memberi pupuk serta tahu sasaran atau tujuannya untuk apa sehingga tidak asal memberi pupuk. Sebagai petani harus peka terhadap tanaman sehingga penting untuk terus mengecek kondisi tanaman atau rajin merawatnya.
Bagi Maksi dengan penghasilan yang pas-pasan selepas pensiun, pupuk subsidi yang relatif terjangkau berupa NPK dan Urea, cukup membantu ketahanan pangan keluarganya dan ekonomi rumah tangganya terutama membantunya membiayai anak-anaknya berjumlah 3 orang hingga lulus perguruan tinggi dari hasil menjual beras.
Sebuah motor bebek buntut 125 cc menusuk masuk ke kiri jalan tanah putih. Memasuki jalan berlumpur. Ia harus melewati jalan dengan beberapa lubang penuh air pada jalan tani menuju Desa Marapokot, Kabupaten Nagekeo. Gasnya meraung seakan berteriak. Pingangnya menggeol kiri dan kanan seperti penari lagu dangdut karena laher ban sepeda motornya yang rusak alias oblak. Velg dan pegas rem kaki penuh lumpur sedikit berkarat akibat air bergaram di area sawah mereka. Di belakang motornya sebuah mobil pick up hitam terus membututinya. Di belakang bak mobil tersebut terisi beberapa karung putih masing-masing 50 kg . Mereka terus berjalan masuk melewati area persawahan, kemudian memasuki rumah panggung kayu di area sawah dengan pohon kelapa di sisi belakangnya. Peter Tenda (32) sang pengendara motor lalu berhenti dan menuntun sopir mobil tersebut untuk mundur diantara rerumputan jarum yang hijau nan asri di depan rumahnya. Mereka lalu menurunkan karung-karung pupuk subsidi Urea dan NPK. Pagi ini, ia akan menebar pupuk pada padinya yang sudah berumur sekitar 20 hari.
Peter Tenda (32) menjadi satu- satunya anak muda seumuran yang masih aktif mengerjakan sawah di saat kawan-kawan seusianya di desa mereka lebih memilih untuk merantau antar pulau hingga ke luar negeri seperti Malaysia menjadi tenaga kerja. Sudah sekitar 10 tahun Peter bergelut dengan sawah untuk menopang istri dan anak perempuannya serta ayahnya yang tinggal bersamanya.
Menurut Peter lahan sawah di desanya punya tanah dengan kadar garam yang agak tinggi karena dekat dengan pantai dibandingkan beberapa desa lain di area sawah Irigasi Mbay kanan yang mencapai 3000-an hektar. Sehingga untuk meningkatkan produktivitas hanyalah dengan cara pemupukan yang tepat agar usaha kerja keras tak sia-sia.
“Belum ada kajian ilmiah untuk kadar garam di sawah yang dekat laut, satu-satunya cara adalah pupuk, dan pupuk subsudi ini yang paling realistis dan masuk akal karena harganya murah dan mudah terjangkau,” ungkap Peter sambil membuka karung pupuk Urea dan NPK yang nanti akan disiram di sawah belakang rumahnya seluas kurang lebih 1 hektar.
Peter mengungkapkan berdasarkan pengamatan dengan kondisi padi yang ada, ia biasanya melakukan 2 kali pemupukan dengan perbandingan 3 karung Urea berjumlah 150 kg ditambah 50 kg NPK untuk pemupukan pertama pada umur padi sekitar 18 - 20 hari setelah tanam. Kemudian akan dilakukan pemupukan kedua pada umur padi 45 hari atau fase generatif ketika padi bunting dengan dosis terbalik 150 kg pupuk NPK dan 50 kg Urea. Peter mengaku dengan kondisi tanah seperti ini maka pemupukan menjadi pilihan terbaik dalam meningkatkan produktivitas karena sepengalamannya bila tidak menggunakan pupuk maka hasilnya menurun bisa 3 kali lipat.
“Seharusnya 3 kali tapi saya 2 kali kasih pupuk. Pernah ketika kami uang tidak ada beli pupuk, hasilnya hanya 10-15 karung ukuran 100 kg, namun kalo pakai pupuk ini luas lahan sekarang kami bisa dapat 35-40 karung dan kalau perawatannya baik, pengendalian hamanya bagus bisa mencapai 50 sampai 60 karung. Jadi harus pupuk kalo tidak sia-sia ini keringat,” ungkap Peter sambari mulai mencampurkan pupuk Urea dan NPK pada alas terpal.
Setelah mencampur, ia lalu mengukurnya pada ember untuk dibagikan pada setiap pematang sawah miliknya. Dengan perlahan Peter lalu masuk ke dalam pematang sawah berlumpur dengan ember berbalut kain berisi pupuk yang tercampur tadi. Ia lalu berjalan diantara baris padi lalu menebar pupuk di terik matahari yang mulai naik hingga butiran keringat yang mulai menetes di pipinya. Ia terus berharap usahanya tidak sia-sia, hasil panen tahun ini bisa lebih baik.
Peter menuturkan banyak anak muda seumurannya tidak bertahan bekerja sawah di sekitar desa mereka karena produktivitas tidak sesuai yang diharapkan sehingga beralih profesi atau menggadaikan lahannya kepada orang yang bersedia untuk mengolah sawah. Itu karena tingginya kadar garam dalam tanah sehingga produktivitas menurun. Penggunaan pupuk dari bahan alami tidak menuai hasil baik.
"Orang muda di sekitar saya banyak yang merantau, daripada kerja sawah tapi hasilnya hanya 10 karung. Ketahanan pangan saya dalam rumah tangga selama ini aman karena pupuk murah ini bisa dapat panen bagus di tanah garam ini, makanya saya selalu punya modal untuk berjaga-jaga dalam membeli pupuk karena ini yang bisa buat hasil panen meningkat,” pungkas Peter.
Menurut Peter, pupuk subsidi menjadi pilihan yang lebih realistis dan masuk akal bagi rata-rata petani di daerahnya karena harganya yang relatif murah dan mudah terjangkau. Selain itu pupuk subsidi ini satu-satunya cara yang bisa meningkatkan hasil panen walau tingginya kadar garam dalam tanah. Bagi Peter selama ini faktor terbesar produktivitas menurun akibat pemberian pupuk yang kurang tepat ditambah lagi dengan pengendalian hama dan perawatan yang minim hingga orang muda banyak yang hengkang atau menyerah untuk kerja sawah.
Di hadapan beberapa petani di persawahan Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa, Yanuarius Mere (48) terlihat sibuk memeriksa beberapa batang padi yang terkena serangan hama. Sesekali ia juga bertanya kepada para petani jadwal pemberian pupuk. Yanuarius adalah salah satu penyuluh pertanian Dinas Pertanian Nagekeo yang selama ini mendampingi petani di Desa Aeramo. Selain sebagai penyuluh dan mendampingi petani, Yanuarius yang lulusan fakultas pertanian di salah satu universitas di Yogyakarta ini juga bekerja menanam padi untuk menunjang kebutuhan ekonomi rumah tangganya.
Yanuarius menjelaskan pada umumnya para petani di dataran Mbay selalu menggunakan pupuk subsidi Urea dan NPK dalam meningkatkan produktivitas karena tanpa pupuk maka produktivitas akan menurun jauh.
“Tidak bisa tanpa pupuk kalau di Mbay ini harus dengan pupuk. Biasanya pakai Urea untuk daun sedangkan NPK untuk akar, batang juga daun. Kalau tidak pakai pupuk panennya menurun jauh,” ungkap Yanuarius.
Yanuarius menjelaskan kuota pupuk di Mbay, Nagekeo saat ini mencukupi. Setiap petani punya jatah pupuk NPK 10 karung per hektar dan pupuk urea 15 karung per hektar dengan masing-masing karung berukuran 50 kg. Harga untuk pupuk subsisi urea sebesar Rp. 112,5 ribu / 50 kg dan pupuk NPK Rp. 115 ribu/ 50 kg. Namun yang dirasa kurang adalah soal edukasi untuk pemberian pupuk. Dalam pengalamannya sebagai penyuluh menemui beberapa kelompok tani. Banyak petani dalam pemupukan tidak berdasarkan anjuran yang ada namun berdasarkan pengalaman mereka sendiri serta sering mengabaikan aturan pemberian pupuk sehingga berpengaruh pada produktivitas padi.
“Seharusnya pemberian pupuk dalam satu kali tanam sebanyak 3 kali namun banyak petani lalai atau abai, mungkin karena pengalamannya atau karena kekurangan modal dalam membeli pupuk subsidi, padahal anjuran yang diberikan sudah berdasarkan penelitian lebih jauh,” kata Yanuarius.
Yanuarius mengungkapkan saat ini untuk sawah irigasi di Mbay produktivitas padi sekitar 5-8 ton per hektar. Semuanya berkisar pada angka tersebut karena tergantung pada jenis tanah dimana ada beberapa daerah yang kualitas tanahnya lempung, lempung pasir serta lempung liat. Walaupun kualitas tanahnya berbeda menurut Yanuarius, beberapa jenis tanah yang tidak subur tersebut produktivitasnya dapat ditingkatkan dengan pemupukan namun harus memperhatikan ketepatan seperti tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara.
“Tepat jenis itu harus tau padi ini kurang unsur N maka kasih Urea, harus sesuai waktunya jangan terlambat misalnya pagi jam 8-10, lalu dosisnya sesuai anjuran jangan sampai overdosis, serta caranya harus tepat taburkan di media tanah,” ujar Yanuarius.
Yanuarius menambahkan pemberian pupuk dalam satu hektar di area pesawahan berkisar sekitar 350-400 kg. Pemberian pupuk yang tepat seharusnya dimulai setelah 1-2 hari setelah tanam sebagai pupuk dasar. Pupuk dasar bagi Yanuarius dalam pengalamannya dan pembelajarannya selama di lapangan sangat berpengaruh terhadap produktivitas padi di masa panen.
“Pupuk dasar ini sangat penting dalam mendukung pertumbuhan akar, tunas baru, batang serta daun ketika anakan padi pindah tanam karena itu pemupukan pertama pakai NPK,” ungkap Yanuarius.
Yanuarius menambahkan untuk umur padi 100-115 hari maka pemberian pupuk setelah pupuk dasar, dilakukan pada hari ke-14 setelah tanam menggunakan pupuk Urea dalam mendukung pertumbuhan daun serta dilanjutkan pemupukan ketiga pada hari 35-45 menggunakan pupuk Urea dan NPK.
“Kalo ada padi yang umurnya di bawah115 hari maka waktu pemupukan juga disesuaikan. Saya kira sebagus-bagusnya pupuk tapi tidak ditunjang juga soal pengetahuan lain seperti jarak tanam, pengendalian hama, pengaturan air mungkin hasilnya tetap sama, “ ungkap Yedi sapaan akrab Yanuarius sambil menunjukan padi jenis Inpari 6 JETE yang kebanyakan ditanam petani di Mbay karena rasanya yang pulen, butiran berasnya bulat dan bening kaca.
Bagi Yanuarius pupuk subsidi saat ini sangat mendukung ketahanan pangan petani yang juga berimbas menjaga ketahanan pangan secara nasional karena tanpa pupuk produktivitas sudah tentu menurun dan membuat petani menjadi miskin dan kehilangan harapan. Yang diperlukan sekarang tinggal edukasi soal bagaimana pemberian pupuk pada tanaman serta peningkatan pengetahuan petani.
“Kalau petani penennya sedikit pasti petani tidak akan bertahan ia akan terus miskin. Kita ada uang tidak bisa beli beras harganya tinggi, karena stoknya sedikit. Kita negara agraris harusnya memuliakan petani dengan membantu dari edukasi pupuk karena dengan petani kita pun dapat makan. Kita tidak bisa makan uang, ” tegas Yedi.
Yedi menganjurkan untuk lebih meningkatkan produktivitas padi, petani harus memperhatikan bibit yang disemai agar tidak boleh lebih dari satu bulan untuk tanam. Menurut Yedi, paling bagus 14 hari atau bibit yang masih muda karena bila menggunakan bibit tua atau lebih dari satu bulan maka anakan padi akan kurang dan pembentukan akar serta malai sedikit.
"Sama seperti manusia kalo bibitnya tua pasti menurun produktivitasnya. Anakan, malai sedikit. Selain itu anakan untuk tanam cukup 2 sampai 3, lalu sistem jajar legowo, ada jarak tanam sehingga sinar matahari bisa masuk dan membuat produkivitas padi meningkat,” tutup Yedi.
Kadis pertanian Kabupaten Nagekeo, Efraim Muga, mengatakan produktivitas pertanian di area perasawahan Mbay rata-rata 7-8 ton per hektar dalam setiap kali musim panen. Pupuk menjadi penunjang utama produktivitas padi di sawah irigasi Mbay, Kecamatan Aesesa, Nagekeo yang mencapai 4.725 hektar. Selama ini pihak dinas memberikan pendampingan melaui penyuluh pertanian yang bersama kelompok-kelompok tani dalam memberikan edukasi mengenai pupuk dan pola tanam.
Efraim menjelaskan kondisi tanah yang jenuh akibat tanam tanpa henti sangat membutuhkan nutrisi dari pupuk sehingga dalam edukasi dengan petani pihaknya sangat menyarankan untuk ketepatan memberi pupuk disertai pola tanam, pemilihan benih agar mencapai produktivitas yang diinginkan.
Efraim mengaku pada tahun lalu produktivitas padi meningkat tajam akibat perubahan pola tanam. Dalam satu tahun biasanya 3 kali tanam namun karena produktifvitasnya menurun maka diubah menjadi 2 kali tanam dengan satu kali hortikultura.
“Sekarang kami rubah pola dengan setelah tanam pertama yang kedua tanam hortikultura lalu yang ketiga kembali dengan padi. Jadi kebutuhan pupuk tidak terlalu banyak namun memberikan peningkatan produktivitas mencapai 10 ton untuk satu hektar seperti pada tahun 2024 lalu,” kata Efraim.
(H-3)
Perubahan iklim juga harus diantisipasi. Misalnya, daerah-daerah yang memiliki ketersediaan air tinggi akan lebih dioptimalkan untuk pertanian.
Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) menyebutkan kondisi ketahanan pangan harus memenuhi empat komponen, salah satunya ketersediaan bahan pangan.
Karyawan Palmco menuntaskan penyaluran bagi lebih dari 61 ton paket daging kurban untuk karyawan dan masyarakat di sekitar Perusahaan.
SEMANGAT kebersamaan untuk mendukung program ketahanan pangan yang digerakkan Polda Jambi kian menggaung ke pelosok kabupaten kota di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, Provinsi Jambi.
Ketua Gapoktan Maju Tani, Ronald Tambunan menyebut bahwa penanaman perdana padi varietas Gamagora yang dilakukan beberapa waktu yang lalu
Pemkab Sidoarjo juga menyediakan bantuan benih jagung kepada para petani.
Menteri PPPA Arifah Fauzimengecam kekerasan seksual yang dialami seorang perempuan (MML) oleh oknum anggota Polisi (Aipda PS) di Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT.
EYAA mempertemukan organisasi masyarakat sipil dan social enterprise dari berbagai negara ASEAN dengan relawan muda ASEAN untuk merancang dan menjalankan program sosial.
Tahun ini, Festival Film Flobamora mengangkat tema Kalunga dari bahasa Sumba sebagai simbol tumbuh dan berkembangnya perfilman di wilayah ini.
SETELAH 15 tahun berkecimpung di dunia televisi, mulai dari reporter hingga produser, Dody Johanjaya memutuskan untuk menukar kamera dengan setang sepeda.
KKP berkomitmen membangun sejumlah sarana dan prasarana di kawasan Warloka Pesisir yang mencakup dermaga permanen, gudang beku (cold storage) berkapasitas memadai, serta pabrik es.
HINGGA bulan Mei 2025, Wabah Virus mematikan African Swine Fever (ASF), telah menewaskan 1569 ekor hewan ternak babi milik warga Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved