Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Penerapan Praktik Pertambangan Berkelanjutan untuk Masa Depan yang Lebih Baik

 Lina Herlina
06/8/2024 17:04
Penerapan Praktik Pertambangan Berkelanjutan untuk Masa Depan yang Lebih Baik
PT Vale Indonesia Tbk menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) dengan menerapkan prinsip-prinsip pertambangan berkelanjutan. (Dok. PT Vale)

PENERAPAN lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST/ESG) merupakan hal penting bagi masa depan industri Tanah Air, termasuk pertambangan. Oleh karena itu, perusahaan pertambangan harus menjadikan LST sebagai bagian dari perseroan dan mempertimbangkan dampak LST dalam setiap keputusan yang diambil.

Febriany Eddy, CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, menyatakan, pihaknya telah menjalankan praktik-praktik pertambangan yang berkelanjutan pada seluruh kegiatan yang dilaksanakan. 

"Kami berpegang pada prinsip-prinsip pertambangan berkelanjutan yang dapat memberikan kontribusi signifikan bagi kesejahteraan bumi dan masyarakat," serunya.

Baca juga : Febriany Eddy, CEO Perempuan Pertama PT Vale Indonesia yang Bawa Perubahan 

PT Vale Indonesia, telah menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan tambang berkelanjutan berdasarkan kerangka kerja pembangunan berkelanjutan International Council of Mining and Metals (ICMM). Salah satunya pembangunan pembibitan atau pusat pembibitan Indonesia Growth Project (IGP) di Pomalaa , Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Fasilitas pembibitan memiliki luas lahan lima hektare dengan kapasitas satu juta bibit tanaman per tahun, termasuk jenis tanaman endemik Sulawesi Tenggara. Fasilitas ini dipersiapkan untuk reklamasi pascatambang di Blok Pomalaa, dan kebutuhan reklamasi lainnya di Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Perusahaan juga telah merealisasikan reklamasi lahan tambang hingga akhir Juni 2024 seluas 3.780 hektare dari pembukaan lahan tambang seluas 5.761 hektare, dengan jumlah pohon yang ditanam mencapai 4,83 juta batang.

Baca juga : Karyawan Lokal PT Vale Indonesia Buktikan Komitmen dan Dedikasi

Perusahaan membangun pusat pembibitan di kawasan IGP Pomalaa, dengan luas area lima hektar dan mampu memproduksi satu juta bibit tanaman setiap tahun. 

“Komitmen pada keanekaragaman hayati mendorong kami membangun Taman Keanekaragaman Hayati Sawerigading Wallacea , yang diresmikan Presiden Jokowi pada 30 Maret 2023, dan disiapkan sebagai pusat edukasi serta cikal bakal rumah bagi flora dan fauna endemik Sulawesi,” kata Febri.

Perusahaan juga telah menerapkan pengelolaan risiko dengan menerapkan ISO 31000:2018 , ISO 55001:2014 dan COSO-ERM tentang Manajemen Risiko dan Manajemen Aset. Salah satu fokus pengelolaan risiko adalah perubahan iklim yang dikelola dengan ditetapkannya Peta Jalan Menuju Karbon Netral 2050.

Baca juga : Muhammadiyah Sebut Banyak Pertimbangan Terima Izin Tambang

"Target jangka pendek tercapai dengan solusi efisiensi energi dan memaksimalkan pemakaian energi terbarukan; target jangka menengah tahun 2030 adalah pengurangan 33% emisi absolut mencakup 1 dan 2, target jangka panjang adalah mencapai karbon netral (net zero emisi) pada tahun 2050 atau lebih cepat 10 tahun dibandingkan target Indonesia,” lanjut Febri.

Senior Manager Operational Environment and Reclamation PT Vale Indonesia Tbk, Muhammad Firdaus Muttaqi menambahkan, dalam proses reklamasi, perusahaan melakukan delapan tahapan yakni menutup lubang bekas tambang, membentuk lereng atau kontur dan menghamparkan tanah pucuk yang kaya akan unsur hara. Setelah itu, perusahaan melakukan pengendalian erosi, perbaikan kualitas tanah menggunakan kompos, dan penanaman pohon serta tanaman penutup.

"Kami juga memanfaatkan lima jenis tanaman reklamasi dalam proses rehabilitasi lahan, yaitu tanaman penutup tanah atau cover crop, pohon perintis, pohon lokal, tanaman multiguna (MPTS), dan pohon endemik," tambah Firdaus.

Baca juga : Antara NU dan Muhammadiyah, Beda Pertimbangan Ormas dalam Menyikapi Izin Tambang

Keberhasilan reklamasi pascatambang yang dilakukan PT Vale Indonesia terlihat di Hutan rimbun yang dipenuhi puluhan jenis pohon, di Kecamatan Nuha, Kabupaten Lutim. Wilayah hutan lebat tersebut memiliki luas sekitar 50 hektare, yang dikenal dengan Hutan Himalaya.

Di sana, kita bisa melihat katalog tanaman dengan memindai kode batang yang dipasang di papan pengumuman. Jika tidak melihat papan informasi yang terpampang, pengunjung tidak akan menyangka jika kawasan hutan rimbun tersebut tersebut baru berusia 18 tahun. Maksudnya, baru sejak 2006, Bukit Himalaya berubah wujud. Dulunya, aktivitas penambangan nikel terjadi di sini.

"Setelah proses pengerukan nikel selesai, PT Vale Indonesia tidak lepas tangan. Perusahaan berkomitmen ingin menjaga lingkungan dengan menghijaukan kembali kawasan tersebut, seperti sebelum dilakukan penambangan. Tujuannya agar penambangan berkelanjutan benar-benar dipraktikkan," ungkap Firdaus

Karena area eks tambang dikembangkan menjadi kawasan hutan, otomatis berbagai hewan liar berdatangan. Selain menjadi rumah bagi burung dan serangga, rusa liar dari kawasan hutan asli di Lutim juga berdatangan, termasuk ular hitam. (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya