Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ALUMNI Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor meluncurkan petisi Selamatkan Demokrasi dari kesewenang-wenangan kekuasaan yang dilakukan Presiden Joko Widodo.
“Cita-cita reformasi masih harus diselamatkan. Pelanggaran etika berat di Mahkamah Konstitusi, pelanggaran etika oleh ketua KPU dan anggotanya, ketidaknetralan penyelenggara negara, politisasi bansos, pengerahan aparatur desa, dan serangkaian kecurangan pemilu menjadi ancaman yang sangat serius dan berbahaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia," tandas Muhammad Afton Lubi, salah satu dari 5 perwakilan alumni Gontor lewat keterangan yang diterima.
Masyarakat Indonesia. sambung Afton, sampai saat ini dibuat sangat kebingungan dan marah besar atas semua kecurangan yang dilakukan oleh elite politik.
Baca juga : BEM SI Nobatkan Presiden Jokowi sebagai Tokoh Perusak Demokrasi
Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk melawan ketidakadilan tersebut dengan menyatakan beberapa desakan kepada Jokowi.
Desakan tidak hanya ditujukan untuk Jokowi, namun juga untuk Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
"Satu, mendesak Presiden Jokowi untuk netral dan tidak menggunakan kekuasaannya untuk memenangkan anaknya dalam pemilu."
Baca juga : Lakukan Konsolidasi Relawan, Oktafiandi Serukan Semangat Jaga Demokrasi
"Dua, mendesak bawaslu untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya sebagai garda terdepan pengawasan pemilu, jika bawaslu sewenang-wenang dalam menjalankan tugas maka rakyat siap bergerak menjadi pengawas dan pengadil jalanan," ungkapnya.
Alumni Gontor juga memperingatkan kepada seluruh aparatur negara untuk menjunjung tinggi etika, moral, dan netralitas dalam pemilu 2024 agar menjadi pemilu yang adil
“Engkau beri kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Demi NKRI, alumni Gontor bergerak selamatkan NKRI," pungkas pernyataan tersebut. (P-4)
PIMPINAN Pondok Modern Gontor menyesalkan peristiwa tewasnya santri berinisial ‘AM’ di Pondok Modern Gontor 1 Senin (22/8) lalu.
Menurutnya, peningkatan pengawasan tersebut dapat mencegah terjadinya kekerasan ataupun penganiayaan terhadap santri.
Meskipun anak-anak menempa pendidikan di ponpes, orang tua sepatutnya melakukan pengawasan dan tidak menyerahkan sepenuhnya pengawasan tersebut terhadap lembaga pendidikan.
Puan Maharani menyoroti kasus kematian santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), Ponorogo, Jawa Timur, berinisial AM,17, yang diduga dianiaya teman sesama santri.
KETUA Umum PP Muhammadiyah meminta, seyogyanya semua pihak bersikap lebih proporsional dan tidak mengeneralisasi secara berlebihan dalam kasus wafatnya santri Ponpes Gontor.
Menag menjelaskan pihaknya juga telah mengerahkan aparat dari kementerian untuk menelusuri kemungkinan perundungan di berbagai cabang Pondok Pesantren Gontor.
Uu Ruzhanul Ulum mengungkapkan, sebagai seorang politisi, dirinya siap berbeda demi kebersamaan.
Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia Jawa Barat memberi pelatihan tentang jurnalistik bagi para santri.
Kementerian Agama mengeksplorasi Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah agar mampu mengintegrasikan dakwah dan pelatihan keterampilan untuk para santrinya.
Dari pengakuan korban, ia mendapatkan rudapaksa sebanyak 10 kali. Saat ini, korban mengalami trauma berat.
IJTI juga memberi pelatihan tentang jurnalistik bagi para santri.
Dia juga membangun kedekatan emosional dengan semua santri agar mereka patuh, disiplin dan menjauhi hal negatif yang bisa merusak masa depan mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved