Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
CALON anggota legislatif (Caleg) DPRD Sleman, Ferdi Setiawan semakin giat menggelar kampanye dialogis dan blusukan mendengarkan keluhan masyarakat, bahkan aktivitas itu dilakukan politisi Partai NasDem itu sepanjang waktu.
Dalam kampanyenya, Ferdi mengusung program BERMORAL atau Bermasyarakat, Modifikasi, Restrukturisasi, Agama dan Lingkungan.
“Bagi saya sangat penting bisa kembali berguna dan bermanfaat untuk masyarakat Sleman khususnya di dapil saya yaitu Turi, Tempel dan Sleman, mengingat saya dulu juga bagian dari mereka saat saya masih aktif di beberapa organisasi seperti karang taruna, kegiatan keagamaan, dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Nah setelah 20 tahun merantau ke Jakarta, kini saatnya saya kembali berkontribusi nyata untuk masyarakat, apapun wujudnya salah satunya saya namakan Program BERMORA," ujar Ferdi.
Baca juga : Pentingnya Selisik Rekam Jejak Calon di Pileg dan Pilpres
Ferdi menjelaskan, program BERMORAL adalah sebuah gagasan baru tentang sistem kerja anggota dewan yang harus lebih aktif dan tidak monoton dalam mengabdi (Bermasyarakat) yaitu langsung memberikan solusi untuk publik.
Melalui program itu, setiap minggu sekali setiap anggota DPRD Sleman harus bertemu masyarakat guna mengkolaborasikan program warga (Modifikasi) dan mengkondisikan langsung aspirasi warga (Restrukturisasi) guna memaksimalkan aspirasi dan program program kerakyatan.
Baca juga ; Laporan Transaksi Mencurigakan dari PPATK Tak Terkait Politik Uang
Setiap anggota dewan harus menggelar pertemuan dengan sejumlah elemen masyarakat Sleman khususnya di dapil masing masing.
Selain itu, dengan program tersebut, setiap anggota legislatif harus hadir dalam kegiatan atau kajian religi (agama) serta harus ikut terlibat langsung dalam kegiatan gotong royong (lingkungan) agar lebih dekat dengan masyarakat dan merasakan langsung aktivitas rakyat (wong cilik).
Perebutan kursi DPRD kabupaten Sleman di dapil 1 Sleman yang meliputi kapanewon Turi, Tempel, dan Sleman memang sangat keras, bahkan di kalangan politisi Sleman sering menyebutnya “Dapil Neraka” karena banyak sekali calon petahana yang sudah lebih dari satu periode kembali mencalonkan diri sebagai caleg.
Meski sadar banyak sekali kompetitor di dapil 1 Sleman, namun bukan halangan bagi Ferdi yang saat ini tengah menempuh studi S2 magister Ilmu Komunikasi Politik di Universitas Paramadina Jakarta.
Ferdi menyebut semua caleg punya program bagus karena berjuang untuk masyarakat kecil, hanya saja Ferdi meminta agar para Caleg jangan memaksa masyarakat untuk memilih dengan diiming-imingi imbalan baik uang maupun barang, karena justru akan melukai hati masyarakat.
“Sekarang banyak fenomena masyarakat di dapil saya, dimana masyarakat tidak berkutik alias terkunci atas pemberian bantuan baik uang maupun fisik (barang atau bangunan) dari caleg incumbent, sehingga bisa jadi mereka (masyarakat) tak memilih sesuai hati nurani. Tentu butuh ikhtiar (usaha sungguh sungguh) bagi saya untuk mewujudkan semua aspirasi masyarakat, terutama bersaing dengan sejumlah caleg lain, khususnya caleg incumbent (petahana) yang memiliki dana besar baik seperti Dana Reses dan Dana Pokok Pikiran (Pokir) DPRD yang esensinya adalah uang memang seharusnya untuk rakyat. Namun saya menyakini Insyaa Allah sebagai Caleg Milenial akan menjadi Harapan Baru dapil 1 Sleman, untuk perubahan dan perbaikan untuk masyarakat Turi, Tempel dan Sleman,” imbuh warga Gabugan Donokerto Turi tersebut.
Di daerah pemilihan 1 Sleman (Turi, Tempel & Sleman) tercatat sebanyak 85 calon anggota legislatif (caleg) dari semua partai politik bertarung untuk merebutkan 7 kursi DPRD kabupaten Sleman. Caleg dari Partai NasSem yang salah satunya diwakili oleh alumni SMPN 1 Turi Ferdi Setiawan menjadi harapan baru bagi masyarakat Turi, Tempel & Sleman.
Kekuatan jaringan kerja dan aktivis skala Nasional yang dimiliki oleh Caleg nomer urut terakhir (nomor 7) tersebut diharapkan bisa membawa perubahan dan perbaikan nasib bagi wong Cilik di Sleman baik kalangan petani, peternak, pegiat UKM, pegiat wisata hingga kalangan milenial dan anak anak muda.
“Nomor urut paling bawah alias nomor 7 (pitu) adalah pitulungan alias pertolongan. Insyaa Allah saya akan selalu menolong masyarakat yang membutuhkan. Angka 7 (pitu) juga mengandung arti pitutur alias nasehat, Insyaa Allah sebagai anggota DPRD kabupaten Sleman akan selalu mendengarkan nasehat, keluhan dan aspirasi dari seluruh masyarakat Sleman pada umumnya dan masyarakat Turi, Tempel & Sleman pada khususnya” tutur Sarjana Teknologi Pertanian alumni UMBY.
Di era keterbukaan informasi, masyarakat lebih mudah dalam mengenal sosok sosok calon anggota legislatif yang kelak akan membawa amanah rakyat di gedung parlemen. Tak hanya di media massa, kini media sosial juga diramaikan dengan profil profil Sang Caleg, dengan demikian masyarakat tidak salah pilih wakil rakyat yang akan duduk di kursi DPRD kabupaten Sleman.
Sebagai caleg Harapan Sleman, Ferdi juga membuka kesempatan luas bagi masyarakat untuk sekedar mengenal bahkan berinteraksi langsung melalui Instagram ferdi.setiawans, atau Youtube dengan akun Ferdi.Setiawan atau The Blangkon TV termasuk nama yang sama dengan akun TikToknya. (RO/Z-5)
Sehingga dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan kualitas hidup masyarakat DKI Jakarta.
Ia menilai, peran DPRD terkait fungsi pengawasan kepada jajaran eksekutif kurang efektif. Pasalnya, saat ini penilaian hanya tertumpu pada penyerapan anggaran.
Kepala Dinas PUPR OKU Nopriansyah menawarkan sembilan proyek kepada Fauzi dan Ahmad Sugeng Santoso. Proyek tersebut mencakup komitmen fee 22%.
Anggota DPRD dari PDIP juga harus bisa melakukan advokasi pada kepentingan-kepentingan rakyat.
Tindakan yang dilakukan oleh Satpol PP tidak memiliki asas kebermanfaatan dan hanya membuat gaduh.
Kejadian pemadaman listrik itu bertepatan dengan Penampahan Hari Raya Kuningan, ketika umat Hindu di Bali harus menyelesaikan perlengkapan persembahyangan di keesokan harinya.
Siti Fatimah, pengusaha wanita asal Sleman, sukses membangun usaha kuliner lokal berbasis daun kelor bernama Pawon Teges. Berkat inovasi dan dukungan KUR BRI.
Usai penyerahan LHP, Harda berterima kasih kepada seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Sleman yang telah bekerja dengan cepat dan baik.
Jika dilihat dari kelompok umur, belanja wisatawan nusantara yang berkunjung di wilayah Kabupaten Sleman, tertinggi oleh kelompok umur 55-64 tahun dengan rata-rata belanja Rp1.606.900.
Menteri Kebudayaan akan memberikan dukungan agar museum dapat berkembang dan naik kelas.
Khusus salak madu, ada dua varietas yang dikembangkan di Sleman yaitu Salak Madu Balerante dan Salak Madu Sokomartani
"Stunting di Sleman bukan karena kemiskinan. Data kami, (stunting) yang disebabkan kemiskinan hanya 5%, sedangkan 90% ke atas karena pola asuh,”
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved