Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BULOG memberikan teguran keras kepada pedagang beras di Pasar Gedhe Klaten, Jawa Tengah, yang menjual beras SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan) di atas harga eceran tertinggi.
Sebelum ada teguran, beras SPHP di pasar tradisional itu oleh pedagang rata-rata dijual Rp56.000-Rp57.500 per lima kilogram. Padahal, HET SPHP ditetapkan Rp54.000 per lima kilogram.
Hal itu dikatakan Kepala Gudang Bulog Meger, Ceper, Klaten, Syamsul Bahri, menyikapi harga beras di pasar yang masih tinggi. Padahal, beras SPHP sudah banyak disalurkan di Pasar Gedhe Klaten.
Baca juga : Program SPHP belum Mampu Turunkan Harga Beras
"Saya berikan teguran pedagang yang menjual beras SPHP tidak sesuai HET Rp10.900 per kilogram atau Rp54.000 per lima kilogram. Jadi, beras pemerintah ini tidak boleh dijual di atas HET," jelasnya.
Beras SPHP disalurkan ke pasar di Kabupaten Klaten melalui pedagang beras dengan jumlah sekitar 200 pedagang. Penyaluran beras ini untuk pengendalian harga beras di pasar yang saat ini mahal.
Baca juga : Harga Beras di Purwakarta Naik Lagi
Pedagang beras di Pasar Gedhe Klaten, Marinem, mengaku menjual beras SPHP Rp56.000-Rp57.500 per lima kilogram. Alasannya, ia ambil beras dari teman yang juga pedagang Rp55.000 per lima kilogram.
"Saya jual beras SPHP di atas harga pembelian Rp55.000 per lima kilogram lantaran harus menanggung biaya angkutan. Jadi, saya hanya mengambil untung sedikit dari jual beras SPHP," katanya.
Di sisi lain, Sunarti, pedagang di Pasar Gedhe Klaten rutin setiap awal pekan mendapat beras SPHP lima kuintal atau 100 pak. Banyak juga pedagang lain yang nempil (beli) beras SPHP dari jatahnya.
"Setiap awal pekan saya dapat beras SPHP dari Gudang Bulog 100 pak. Tapi, begitu beras tiba di kios banyak pedagang mengambil dengan harga Rp54.000 per pak atau Rp10.900 per kilogram," katanya.
Sementara itu, harga beras medium dan premium bertahan tinggi di Pasar Gedhe Klaten. Beras medium C4 Rp70.000 dan beras premium Mentik Wangi Rp75.000 per kemasan lima kilogram.
"Harga beras medium masih mahal dan belum menunjukkan tren penurunan, sekalipun di pasar ini juga banyak beras SPHP yang djual dengan harga sedikit murah," ujar Arny, pemilik Kios Sembako Anton. (Z-4)
TINGGINYA harga beras saat ini, tak begitu saja dinikmati oleh para petani di Purwakarta Jawa Barat, yang terbebani dengan harga pupuk dan obat pertanian yang mahal.
DALAM rangkaian kunjungan kerja di Majene, Sulawesi Barat, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman turut memantau jalannya Gerakan Pangan Murah Beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan).
Pernyataan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang mengungkap temuan 212 merek beras diduga melakukan pengoplosan dan pelanggaran mutu, memantik perhatian publik.
MARAKNYA beras oplosan berpotensi menyebabkan harga beras menjadi naik.
DISTRIBUSI beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh pemerintah mulai dilakukan sejak Juni 2025.
Melambungnya harga beras tersebut, telah mengusik pendapatan atau terganggu keuntungan yang mereka peroleh dari hasil penjualan.
Perum Bulog diminta mempercepat operasi pasar, khususnya untuk menyalurkan beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) setelah maraknya beras oplosan
Bulog melakukan operasi pasar karena terdapat beberapa daerah yang mengalami kenaikan harga pangan.
pemerintah perlu juga menganalisa penyebab terjadinya pelanggaran pengoplosan beras.
Peringatan ini didasari oleh investigasi Satgas Pangan terhadap dugaan pelanggaran sejumlah produsen besar yang diduga mengedarkan beras tidak sesuai standar mutu dan takaran.
Pemerintah Bakal Gelontorkan Bantuan Pangan ke 18,27 Juta KPM dan SPHP hingga Desember
Beras SPHP disalurkan ke pedagang seharga Rp56.000 per 5 kilogram. Penyaluran beras medium harga murah ini untuk mengendalikan harga beras lokal di pasar yang melambung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved