Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Setelah Penerapan 4 Tahun, Jember Siap Jadi Percontohan CSA di Jawa Timur

Media Indonesia
12/10/2023 09:03
Setelah Penerapan 4 Tahun, Jember Siap Jadi Percontohan CSA di Jawa Timur
Project Manager SIMURP, Sri Mulyani (depan, kedaua dari kanan)(Ist)

PENERAPAN teknologi Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) berlangsung empat tahun, sejak 2019, di Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim).

Setelah Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) berakhir pada 2023, maka Jember akan menjadi percontohan untuk penerapan CSA bagi kabupaten lain di Jatim.

Tekad tersebut dikemukakan Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Pemkab Jember, Imam Sudarmaji pada Temu Lapang Petani atau Farmers Field Day (FFD) Scalling Up CSA di Desa Mangaran, Kecamatan Ajung, belum lama ini yang dihadiri Project Manager SIMURP, Sri Mulyani mewakili Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan (Pusluhtan) Bustanul Arifin Caya.

Baca juga: Bank Dunia Akui Keberhasilan Indonesia Implementasi CSA

Imam Sudarmaji mengatakan berupaya menjadikan Jember sebagai wilayah percontohan penerapan CSA di Jatim sebagai bagian dari upaya replikasi CSA. Pasalnya, SIMURP mendorong petani Jember mampu memproduksi dan menggunakan pupuk organik dan agensi hayati lainnya.

"Produktivitas meningkat. Biaya produksi dapat ditekan. Hasil panen lebih sehat karena minim bahan kimia. Tanah lebih subur. Hubungan penyuluh dan petani pun menjadi lebih erat dalam koordinasi maupun kerjasama," katanya.

Upaya petani berwawasan CSA sejalan dengan kebijakan dan strategi Kementan bagi petani didampingi penyuluh dari lokasi kegiatan SIMURP untuk berperan aktif mengembangkan produk olahan pertanian sebagai upaya hilirisasi CSA.

Baca juga: Petani CSA Lombok Tengah Diminta Replikasi Penerapan di Luar Lokasi Program

Ke depan, dunia akan dihadapkan pada ancaman krisis pangan global, diperkirakan 30% produktivitas pertanian diprediksi akan terus menurun maka Indonesia harus siap mengantisipasi perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global melalui implementasi teknologi CSA.

Hal senada dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi bahwa Farmers Field Day (FFD) atas inisiasi Kementan dan SIMURP merupakan salah satu metode pemberdayaan petani melalui pertemuan antar petani, peneliti, dan penyuluh.

"Tujuannya, bertukar informasi khususnya teknologi pertanian yang diterapkan untuk mendapatkan feedback dari petani terhadap kendala dan tantangan lapangan," katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan, SIMURP mengajarkan banyak hal pada petani, khususnya bagaimana melakukan pertanian pintar menghadapi perubahan iklim, termasuk mengantisipasi dan menangani penyakit tanaman, juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

"Kehadiran SIMURP, diharapkan mendorong petani penerima manfaat dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dengan mengedepankan penggunaan air yang efisien tanpa bergantung pada kondisi iklim," katanya.

Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan [Pusluhtan] Bustanul Arifin Caya mengatakan SIMURP juga membangun pemupukan berimbang dan menggaungkan program pestisida nabati, untuk mengurangi pestisida kimia, apalagi saat ini harga pupuk kimia terus melambung.

"Tujuan CSA SIMURP adalah peningkatan Intensitas Pertanaman, meningkatkan produktivitas dan pendapatan sektor pertanian dan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca," kata Kapusluh dalam sambutannya yang disampaikan Project Manager SIMURP, Sri Mulyani.

Baca juga: Teknologi CSA Genjot Produktivitas Gabah Lebih Banyak

Sri Mulyani mengapresiasi antusias petani beserta penyuluh CSA Jember menghadiri FFD Scalling Up di Desa Mangaran, Kecamatan Ajung yang dihadiri Kadistan Pemkab Jember, Imam Sudarmaji; ; Penanggungjawab Teknis SIMURP Jatim, Dyah Sulistyowati; Tim Ahli SIMURP, Nandang Sunandar dan tim SIMURP Kementan.

"Perubahan iklim sangat dirasakan akhir-akhir ini. Ditandai panas terik yang menyengat di seluruh Indonesia, ini isu yang perlu dikhawatirkan dan harus diperhatikan," katanya.

Sri Mulyani menambahkan, dampak perubahan iklim harus dipikirkan bagaimana sektor pertanian dapat meminimalisir dampaknya dan andil mengurangi emisi Gas Rumah Kaca, maka dikenalkan teknologi CSA agar petani siap menghadapi perubahan iklim yang sedang terjadi.

Dia menyambut baik tekad dan komitmen Pemkab Jember, empat tahun menerapkan Pertanian CSA, dan setelah berakhirnya Proyek SIMURP pada 2023 maka Jember akan menjadi percontohan bagi wilayah lain di Jawa Timur, sehingga petani dapat memaksimalkan pembuatan maupun penggunaan pupuk organik dan agen hayati lain disertai pemupukan berimbang.

"Bahan-bahan pupuk organik sangat mudah ditemukan di sekitaran lingkungan. Berkurangnya ketersediaan dan meningkatnya harga bahan baku pupuk kimia, maka pupuk organik menjadi solusi tepat mengatasi ketersediaan pupuk kimia," kata Sri Mulyani. (RO/S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya