Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PARA petani yang berwawasan Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) berupaya mengatasi ketergantungan pada pestisida nabati yang tergolong mahal dan tidak ramah lingkungan.
Bahkan pestisida nabati yang bahan bakunya tersedia di sekitar lahan petani sekaligus mendukung pertanian berkelanjutan, untuk mengatasi hama dan penyakit akibat organisme pengganggu tanaman (OPT).
Sejumlah petani CSA Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) memanfaatkan ´daun mimba´ sebagai bahan baku dasar pestisida nabati oleh Kelompok Tani (Poktan) Sipaenre di Desa Pananrang, Kecamatan Mattiro Bulu, belum lama ini.
Baca juga: Atasi Hama Pada Porang dan Talas, Kementan Galakan Penggunaan Pestisida Nabati
Upaya tersebut ditempuh Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) pada Sekolah Lapang (SL) Scalling Up yang didampingi para penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] Mattiro Bulu membuat pestisida dari daun mimba.
Daun Mimba Miliki Banyak Bahan Aktif
Daun mimba [azadirachta indica] diketahui memiliki kandungan bahan aktif azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin, dan nimbidin sebagai hasil metabolit sekunder yang mengendalikan hama dan penyakit tanaman dengan cara mempengaruhi pertumbuhan, daya makan dan reproduksi.
Baca juga: Petani Manggarai Barat Pelajari Pembuatan Pupuk Pestisida
Langkah SIMURP Pinrang sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa Kementan senantiasa mendukung upaya dan kegiatan inovatif bagi pengamanan produksi pangan dari gangguan OPT dengan membuat dan memanfaatkan pestisida nabati.
"Upaya tersebut untuk mendukung pencapaian target produksi yang telah ditetapkan guna memenuhi kebutuhan pangan bagi seluruh rakyat di negeri ini," katanya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengingatkan hal serupa.
"Pertanian harus memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, dalam kondisi apapun pertanian tidak boleh berhenti. Pertanian tidak boleh bermasalah. Kita harus tanam, tanam, tanam," katanya.
Baca juga: Utamakan Ramah Lingkungan, Kementan Dukung Penggunaan Pestisida Biologi
Kendati demikian, kata Dedi Nursyamsi, petani dituntut untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Jangan sampai petani hanya tahu tanam, panen, jual.
Jaga dan Tingkatkan Kualitas Tanaman
"Petani harus menguasai aktivitas pertanian dari hulu sampai hilir, termasuk bagaimana menjaga dan meningkatkan kualitas tanaman," katanya lagi.
Hama dan penyakit merupakan OPT yang merusak dan merugikan kerugian yang mengganggu pertumbuhan tanaman, hasil produksi menurun hingga gagal panen.
Banyak jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman yang diusahakan petani seperti ulat, belalang, kumbang, lalat, kutu, kepik (hama) dan bakteri, cendawan atau jamur, virus (penyakit).
Baca juga: Petani Parigi Moutong Terdesak Mahalnya Pestisida
Pengendalian OPT umumnya menggunakan pestisida kimia karena hasilnya cepat terlihat dan praktis karena tersedia di pasar.
Padahal, sejumlah tanaman diketahui berpotensi sebagai bahan baku pestisida nabati, yang merupakan senyawa kimia dari tumbuhan untuk memberantas OPT maupun tumbuhan pengganggu [gulma].
Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tumbuhan baik dari daun, buah, biji atau akar. Biasanya bagian tumbuhan tersebut mengandung senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu.
Kelebihan pestisida nabati antara lain cepat terurai karena terdegradasi oleh sinar matahari, pengaruhnya cepat yaitu menghentikan nafsu makan serangga walaupun jarang menyebabkan kematian.
Daya racun atau toksisitas umumnya rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman bagi manusia dan lingkungan, spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan saraf) dan bersifat selektif; dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia;
phitotoksitas rendah karena tidak meracuni dan merusak tanaman serta murah dan mudah dibuat oleh petani.
Bahan baku pestisida nabati salah satunya adalah daun mimba dikombinasikan dengan beberapa tanaman lain seperti lengkuas dan serai. (RO/S-4)
PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo subholding dari PTPN III (Persero) mendapat apresiasi dari Pimpinan VII BPK Slamet Edy Purnomo dalam kunjungan kerjanya ke Java Coffee Estate.
PEMERINTAH Indonesia tengah memacu transformasi ekonomi nasional melalui penguatan sektor pangan dan energi domestik.
Keunggulan melon itu terletak pada produktivitas tinggi, ketahanan terhadap penyakit, dan kualitas buah premium yang sesuai dengan permintaan pasar modern.
Permentan 15/2025 Permudah Petani Peroleh Pupuk Bersubsidi
Kakao (Theobrema cacao L.) tidak hanya berperan sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber devisa negara, tetapi juga menjadi tulang punggung pendapatan ribuan petani.
Adapun Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan 10 dari 212 produsen beras nakal telah diperiksa.
Peneliti Rice University dan University of Houston menciptakan biopolimer baru sekuat logam namun fleksibel seperti plastik, tanpa polusi.
Keberadaan TPSR3 yang ramah lingkungan itu, nantinya juga akan memiliki potensi ekonomi bagi masyarakat.
Tim mahasiswa Sampoerna University mempresentasikan Green Asphalt, sebuah inovasi dari Plastic Waste for Sustainable Pavement Centre (PWSPC) Sampoerna University.
Lokapasar khusus produk rumah tangga dan gaya hidup atau home and living, Renos, menggelar Renos Fair 2025 berkolaborasi dengan Semasa Piknik.
PT Pertamina mendorong produk-produk ramah lingkungan besutan Namira Ecoprint untuk bisa menjelajahi pasar internasional melalui program UMK Academy 2025.
Inisiatif pengembangan produk baja yang efisien energi dan ramah lingkungan merupakan langkah penting dalam memperkuat daya saing industri nasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved