Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
GUBERNUR Jawa Tengah Ganjar Pranowo dikenal sebagai sosok pekerja keras. Seolah tak pernah lelah, disela-sela kesibukannya melayani masyarakat Jawa Tengah, ternyata ia kerap menyempatkan diri untuk membaca buku.
Sejak muda, Ganjar memang senang membaca buku. Ia bahkan pernah memperlihatkan koleksi buku yang ia punya di kantornya saat di wawancara Klub Buku Narasi. Dengan gembira, Ganjar mengenalkan buku-buku berbagai genre miliknya, seperti politik, sejarah, sains, fiksi, hingga teknologi. Buku sejarah menjadi salah satu favoritnya.
Ganjar rupanya kerap mendapatkan kiriman buku dari kawan-kawannya ataupun berasal dari seseorang yang belum dirinya kenal. Contohnya ketika ia ditawari paket yang berisi buku-buku kuno. Buku tersebut menurutnya berisi mengenai nilai-nilai sejarah, salah satunya berjudul “Pedoman Melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat”.
Bagi Ganjar, buku itu memberikan banyak manfaat untuknya dalam memahami dan mengetahui sejarah masa lalu.
Di sisi lain, Ganjar yang seorang aktivis partai juga banyak membaca buku bertema nasionalisme. Salah satu yang menjadi favoritnya yakni buku-buku yang ditulis oleh presiden pertama Republik Indonesia, Ir.Soekarno.
Beberapa buku Ir.Soekarno yang telah habis dibaca Ganjar Pranowo yakni bertajuk “Lahirnya Pancasila”, “Indonesia Menggugat”, “Cerita Sarinah” dan “Di Bawah Bendera Revolusi”.
Namun salah satu buku yang paling menarik bagi Ganjar Pranowo yang ditulis oleh Ir.Soekarno yakni “Di Bawah Bendera Revolusi”. Ganjar menyebut buku tersebut seharusnya dibaca oleh masyarakat Indonesia.
Baca juga : Sahabat Ganjar Gelar Kirab Budaya di Dieng
Ada satu fakta menarik tentang buku tersebut, Ganjar yang hobi membaca buku mengaku sudah memiliki buku “Di Bawah Bendera Revolusi” yang dicetak tahun 60-an. Sayangnya, buku itu hilang dan tak tahu siapa yang meminjam. Untuk itu, ia kembali membeli buku tersebut yang terdiri dari dua jilid yang dicetak pada 2015. Selain itu, Ganjar juga mengaku kerap dikirimi buku oleh seseorang yang tak ia kenal.
“Saya dikirimi (buku) oleh seseorang yang tak saya tidak terlalu kenal, ‘Bung Karno Di Hadapan Pengadilan Kolonial’. Buku ini cukup kuno, tidak tahu (dicoret-coret oleh) anaknya atau cucunyaa sudah dicoret-coret bukunya, dan kemudian dicoba dijilid ulang (bukunya)” jelas Ganjar Pranowo.
Buku berjudul “Bung Karno Di Hadapan Pengadilan Kolonial” diketahui ditulis oleh H.A Notosoetardjo. Selain buku yang bertema sejarah politik, buku favorit Ganjar lainnya berjudul “Homo Sapiens” karya Yuval Noah Harari.
Buku “Homo Sapiens” berisi mengenai sejarah manusia berbagai penyakit dimana salah satu pembahasan dalam buku tersebut yakni membahas tentang bagaimana manusia bisa punah.
Hobi Ganjar membaca buku diikuti oleh putra semata wayangnya Alam Ganjar. Semasa SD hingga remaja Alam doyan membaca novel fiksi salah satunya yang ditulis oleh Rick Riordan.
Ganjar juga menceritakan pertemuannya dengan sejarawan asal Inggris yakni Peter Carey saat datang ke Indonesia. Kala itu, Peter Carey memberikan satu buku untuk suami dari Siti Atikoh ini yang berjudul “Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855 Jilid 1” yang ditulis olehnya. (RO/OL-7)
Lebih dari sekadar karya tulis, buku karya Connie Rahakundini Bakrie ini adalah seruan dan ajakan untuk membangkitkan kesadaran kolektif bangsa akan makna sejati berbangsa dan bernegara.
Hingga Juni 2024, telah disalurkan 490 Al-Qur’an dan 13.790 buku tulis ke sekolah-sekolah dasar di wilayah Tangerang.
Buku ini bukan hanya kumpulan resep, melainkan potret kehidupan harian masyarakat Indonesia dari sudut pandang kuliner.
ASTA Index mengatasi keterbatasan metode pengukuran konvensional yang hanya fokus pada indikator makro.
Buku tersebut merupakan bagian dari komitmen dan kontribusi IFSR dalam mendukung pelaksanaan MBG yang telah ditetapkan sebagai program prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Literasi digital tak hanya mampu menggunakan perangkat tetapi juga tentang mampu mengevaluasi informasi secara kritis.
Melalui Program Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia, sebanyak 716 judul buku cerita anak telah diproduksi dan dipilih secara ketat.
TOKOH politik sekaligus mantan Ketua DPRD Buleleng, Dewa Nyoman Sukrawan, menyebut Buleleng kebobolan di rumahnya sendiri.
MEMBACA adalah jantungnya literasi. Membaca memberi asupan kepada nalar dan pikiran sehingga semakin terbuka, kritis, dan analitis.
Literasi harus dimulai dari rumah. Anak-anak yang terbiasa membaca akan memiliki wawasan luas yang mempersiapkan mereka untuk meraih cita-cita.
Pernahkah kamu merasa canggung atau tidak ingin orang tahu bahwa kamu sudah membaca pesan WhatsApp mereka?
Ada Slogan Jadi Logam - Kedunguan dapat dilarutkan dengan banyak membaca.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved