Pemkot Bandung Lakukan Berbagai Langkah Cegah Penyebaran HIV/AIDS

Naviandri
29/8/2022 18:03
Pemkot Bandung Lakukan Berbagai Langkah Cegah Penyebaran HIV/AIDS
Ilustrasi(DOK MI)

KASUS HIV/AIDS di Kota Bandung, Jawa Barat terlihat seperti fenomena gunung es. Kondisi ini makin diperparah dengan stigma negatif dan diskriminasi dari masyarakat terhadap para pengidap HIV/AIDS.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr. Ira Dewi Jani di Bandung Senin (29/8), mengatakan semakin cepat penyakit ini bisa dideteksi, maka harapan hidup sehat dan produktif bagi pengidap HIV/AIDS semakin tinggi.

"Meskipun tidak bisa sembuh, tapi bisa berkurang sampai tidak bisa terdeteksi atau undetectable. Kalau tidak terdeteksi, dia tidak bisa menular. Karena itu kita harus mereka yang mengidap HIV/AIDS. Kalau tidak, nanti terlihatnya seperti fenomena gunung es," katanya.

Bagi Ira, stigma negatif tentang HIV/AIDS membuat para tenaga kesehatan sulit mendeteksi secara dini. Padahal, jika bisa dideteksi secara dini, masih ada kesempatan agar seseorang tidak masuk ke fase AIDS. "Jangan sampai ada yang meninggal karena sudah masuk fase AIDS. Kita berharap bisa menemukan dan mengobati dari fase HIV," harapnya.

"HIV/AIDS meski bisa diobati tapi pengidapnya tak akan pernah sembuh. Jika seseorang telah terdiagnosa HIV dan tercatat, serta  terlaporkan dalam Sistem Informasi HIV (SIH), datanya akan terus ada sehingga jumlah kasusnya termasuk kumulatif," terangnya.

Beragam langkah telah dilakukan Pemerintah Kota Bandung untuk mencegah dan mengatasi HIV/AIDS. Mulai dari tindakan promotif, kuratif, hingga rehabilitatif. Melalui tindakan promotif, Pemkot Bandung telah mengenalkan materi kesehatan reproduksi dari kalangan usia SMP atau remaja yang disesuaikan dengan kapabilitas usia mereka.

"Kita sudah ada program Hidup Sehat bersama Sahabat (HEBAT). Kita juga melakulan penyuluhan di tempat-tempat kerja. Lalu, pada tindakan prefentif, setiap ibu hamil harus melakukan pemeriksaan amanat standar pelayanan minimal bidang kesehatan, salah satunya tes HIV," ungkapnya.

Kemudian, jelas Ira, dari tindakan kuratif telah diterapkan Antiretroviral (ARV) terapi di rumah sakit dan beberapa puskesmas Kota Bandung. Selanjutnya, melalui tindakan rehabilitatif, dilakukan pendampingan untuk mengurai masalah psikologis, sosial, dan ekonomi dari HIV/AIDS.

Ia menekankan, tentu semua upaya ini harus dijalankan dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, terlebih dalam mengurangi stigma negatif dan diskriminasi bagi para pengidap HIV/AIDS. "Kalau kita tidak cari dan deteksi sedini mungkin, bisa jadi berpengaruh terhadap bonus demografi karena si penderita bisa menularkan. Kalau gaya hidupnya tidak diperbaiki lebih cepat, bisa masuk tahap AIDS," ujarnya. (OL-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya