Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tujuh Guru Besar Menari Beksan Pitutur Jati

Agus Utantoro
14/3/2020 08:07
Tujuh Guru Besar Menari Beksan Pitutur Jati
Tujuh guru besar membawakan tarian Beksan Pitutur Jati ciptaan KGPAA Paku Alam IX di Istana Puro Pakualaman, Jumat (13/3/2020).(MI/Agus Utantoro )

ADA yang sangat istimewa dalam upacara tradisi Tingalan Wiyosan Dalem atau peringatan hari ulang tahun yang ke 59, Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Paku Alam X yang diselenggarakan di Istana Puro Pakualaman, Jumat (13/3). Pada upacara ini dipentaskan tarian Jawa klasik, Beksan Pitutur Jati. Tarian ini, ciptaan KGPAA Paku Alam IX. Tarian ini ternyata ditarikan oleh tujuh orang guru besar atau profesor.
 
Mereka yang menarikan tari klasik karya ayahanda KGPAA X yang bertahta ini adalah Prof. Dr. Y Sumandiyo Hadi dan Prof. Dr I Wayan Dana (Institut Seni Inonesia Yogyakarta), Prof. Dr. Djazuli (UNNES Semarang), Prof. Dr. Sri Rochana Widyastutieningrum dan Prof Dr Nanik Sri Prihatini (Institut Seni Indonesia Surakarta), serta Prof. Dra. Indah Susilowati dan Prof. Dr. Ir. Erni Setyowati (Universitas Diponegoro Semarang). Beksan Pitutur Jati ini berdurasi 15 menit.

Meski para penari ini sudah uzur, namun ternyata para wredha ini mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam olah bawa dan olah rasa hambeksa. Pitutur Jati itu sendiri bermakna ajaran tentang kesungguhan hati, sikap, perilaku dan keutamaan hidup.

"Pitutur sendiri berarti ajaran atau nasihat, sedangkan jati berarti bersungguh-sungguh," kata Humas Tingalan Wiyosan Dalem KGPAA Paku Alam X, KRT Radyo Wisroyo.

Inti dari beksan Pitutur Jati, lanjut KRT Widyo Wisroyi, adalah pemberian nasihat kepada generasi muda untuk selalu berpegang teguh pada  nilai-nilai luhur kebaikan, kesahajaan, tata krama dan kerendahan hati yang diajarkan leluhur.  

"Agar generasi muda tidak kehilangan arah dalam menjalani kehidupan," ujarnya lagi.

Tarian ini, lanjut dia, juga menggambarkan kerukunan,  keselarasan, keseimbangan, keserasian, dan sikap saling menghormati. Tarian ini  direpresentasikan oleh adanya penari laki-laki dan perempuan menari beriringan satu sama lain.

Salah satu penari yang membawakan Beksan Pitutur Jati, I Wayan Dana, mengatakan melalui beksan Pitutur Jati ciptaan Paku Alam IX ini dimaksudkan agar pemimpin mau mendengar keluh-kesah rakyatnya.
 
"Jangan maunya yang di atas saja, tapi mau mendengarkan pula keluh-kesah dan informasi masyarakat perkotaan maupun perdesaan,"jelas pengajar di ISI Yogyakarta ini.

Wayan mengaku sudah dua kali mementaskan beksan karya KGPAA Paku Alam IX ini.

"Dulu, lima-enam tahun lalu saya juga pernah membawakan Beksan Pitutur jati di sini, ketika acara Paku Alam " kenang  dia.

Kenapa beksan ini harus dibawakan oleh penari yang bergelar profesor? Menurutnya, paling pantas memberikan suatu teladan atau ajaran kepada mahasiswa dan masyarakat adalah seorang maha guru.

baca juga: Surakarta KLB Korona, Sekolah Diliburkan Mulai Senin

"Kami profesor kan maha guru," sebutnya.

Penampilan ketujuh  penari sepuh membawakan beksan ini memukau para tamu undangan dari belasan kerajaan daerah lain. Mereka tepuk tangan gemuruh, usai tarian Beksan Pitutur Jati ini disuguhkan.  Paduka Paku Alam X disertai permaisurinya menyalami satu persatu para penari gaek itu, begitu mereka selesai pentas. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya