Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Sebelum Terserang Difteri, Mahasiswi Malaysia sudah Idap Lupus

Yoseph Pencawan
24/9/2019 21:45
Sebelum Terserang Difteri, Mahasiswi Malaysia sudah Idap Lupus
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (HAM) Medan(MI/Yoseph Pencawan)

MANAJEMEN Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (HAM) Medan menyatakan bahwa pasien atas nama Nurul Arifah sudah mengidap penyakit lupus sebelum dirawat di rumah sakit tersebut sebagai pasien suspect difteri yang kemudian meninggal dunia pada Sabtu (21/9).

Zuhrial, dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUP HAM, mengatakan, manajemen Rumah Sakit HAM mengetahui bahwa Nurul Arifah mengidap penyakit lupus berdasarkan data yang diperoleh dari rumah sakit di Kuala Lumpur.

"Data tersebut mencantumkan bahwa Nurul Arifah sudah menderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) sejak 2017," ungkapnya saat memberi keterangan pers di Medan, Sumatra Utara, Selasa (24/9).

Dia menjelaskan, SLE merupakan salah satu penyakit mematikan yang terkait dengan kekebalan tubuh manusia. Sel pertahanan yang seharusnya melindungi tubuh dari masuknya kuman atau gangguan eksternal lain, justru menyerang tubuh pemiliknya.

Dengan kondisi seperti itu, penderita akan mudah diserang oleh sel pertahanan tubuhnya sendiri ke berbagai organ dalam. SLE bisa juga menyerang darah sehingga terjadinya infeksi akan lebih mudah.

Dari data yang didapatkan manajemen RS HAM, Nurul Arifah ialah penderita SLE yang memiliki kelainan pada darah. Bahkan pada Mei 2019, Nurul Arifah diketahui sempat kembali ke Malaysia menjalani terapi lupus di rumah sakit.


Baca juga: NTT Jadi Provinsi Terbanyak Alami Karhutla


Pada data tersebut terdapat tiga komponen yang mencolok. Pertama, kadar anti-nuclear antibody (ANA) pada darah Nurul Arifah berada pada tingkat yang tinggi. ANA adalah antibodi yang timbul lebih tinggi ketika terjadi penyakit otoimun.

Setiap individu memiliki otoantibodi dalam jumlah yang sedikit, tetapi sekitar 5% dari populasi terdapat otoantibodi yang meningkat. Dan setengah dari 5% tersebut menderita penyakit otoimun. Kemudian tingkat Anti-dsDNA Nurul Arifah juga tinggi serta komplemen yang rendah.

Pada saat masuk ke rumah sakit Adam Malik, kadar darah merah dan darah putihnya di bawah normal. Pembeku darah (trombosit) juga kurang dan itu semua merupakan tanda-tanda pada penderita SLE.

Nurul Arifah, 20, meninggal dunia pada Sabtu (21/9) dini hari setelah sebelumnya sempat menjalani perawatan di rumah sakit USU dan rumah sakit Adam Malik selama lima hari.

Belakangan diketahui bahwa selain difteri, mahasiswa semester lima FK USU asal Malaysia itu juga mengidap lupus yang diyakini dokter menjadi penyakit pemberat sehingga dirinya tidak mampu bertahan. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya