Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Papua Ibarat Raksasa Tidur yang Berpotensi Besarkan Indonesia

Mediaindonesia.com
23/8/2019 17:20
Papua Ibarat Raksasa Tidur yang Berpotensi Besarkan Indonesia
Konsultan politik Denny JA saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (23/8).(Ist)

PAPUA dan Papua Barat itu ibarat raksasa yang sedang tidur. Ketika raksasa itu kelak berhasil dibangunkan dan bergerak, dua provinsi itu tumbuh menjadi provinsi terkaya yang ikut membesarkan Indonesia.

Hal itu disampaikan konsultan politik Denny Januar Ali atau akrab disapa Denny JA saat menjadi pembicara dalam diskusi 'Merajuk Kembali Kebinekaan yang Mulai Terkoyak' di Cafe Tji Liwoeng, Condet, Jakarta, Jumat (23/8).

Hadir dalam diskusi itu para aktivis dan intelektual seperti Nursyahbani Katjasungkana, Natalius Pigai, Soedarsono Harjasoekarto, Isti Nugroho, Elza Peldi Taher, dan Jonminofri.

Diskusi itu juga menandai dibukanya Cafe Tji Liwoeng sebagai simpul budaya di daerah Condet.

Menurut pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA ini, ada dua alasan Papua layak disebut raksasa. Pertama, hasil riset dari mining.com. Laman berita khusus tambang itu membuat daftar 10 tambang emas terbesar di dunia. Nomor satu adalah Grasberg di Papua, Indonesia.

Sumber daya yang ada di Papua melampaui semua sumber daya di belahan dunia lain baik di Muruntau, Uzbekistan, atau di Goldstrike, Amerika Serikat, ataupun di Olimpiada, Rusia. Padahal, sudah pula menjadi pengetahuan umum. Grasberg itu hanya satu wilayah yang sudah kasat mata.

"Yang masih tersimpan, tersembunyi dalam kawasan Papua dan Papua Barat, siapa yang bisa duga?" ujar dia.

Kedua, lanjut Denny, hasil riset dari laman lingkungan hidup conservation.org. Kawasan paling kaya untuk keragaman hidup bawah laut ada di Papua. Kekayaan flaura dan fauna di sana juga tak tertandingi wilayah lain di seluruh dunia.

"Provinsi mana lagi yang bisa menyaingi Papua dan Papua Barat untuk kekayaan tambang dan flora fauna? Bukan hanya tak ada provinsi di Indonesia yang mendekati kekayaan itu, tak ada pula provinsi di kawasan dunia lainnya," paparnya.

Menurut dia, Papua merupakan masa depan Indonesia. Jika infrastruktur terus tumbuh di Papua, menghubungkan aneka area strategis, dan stabilitas politik terjaga, serta dapat dikondisikan suasana membangun yang harmoni, maka 50 tahun dari sekarang akan tumbuh taman firdaus di provinsi paling ujung timur Nusantara itu.

Denny pun menilai, gejolak yang selalu muncul setiap tahun, mulai dari pembakaran gedung pemerintah hingga rumah ibadah, mulai dari isu kemiskinan hingga separatisme, itu hanyalah riak-riak.

"Jalur gelombang utama itulah yang menjadi inti. Riak-riak hanya nuansa sekitar yang temporer. Namun jika tak diatasi, riak-riak itu dapat pula menenggelamkan gelombang utama," kata Denny.

Ia menyebutkan, gelombang utama di Papua adalah dari sisi politik, seperti terlihat dari data Pemilihan Umum 2019. Partisipasi politik rakyat Papua dan Papua Barat dalam Pemilu Presiden 2019 sangat tinggi. Golput di Papua dan Papua Barat jauh lebih kecil ketimbang golput nasional.


Baca juga: Tangkuban Parahu masih Erupsi, Subang Buat Jalur Evakuasi


"Golput Piplres 2019 di Papua hanya di bawah 10% dan di Papua Barat di bawah 16%. Padahal, Golput Pilpres nasional sekitar 19%," ungkapnya.

Lihat pula kemenangan Joko Widodo pada Pilpres 2019. Kemenangan Jokowi di Papua dan Papua Barat jauh melampaui kemenangan Jokowi dalam rata rata nasional. Jokowi menang di Papua pada Pilpres 2019 di angka 90%. Di Papua Barat, Jokowi menang di angka 79%. Padahal secara nasional, Jokowi hanya menang 55,5%.

Kemenangan Jokowi pada 2019 bahkan lebih tinggi ketimbang 2014. Di Papua pada Pilpres 2014, Jokowi menang sebesar 72,49%. Di Papua Barat pada 2014, Jokowi menang 67,63%. Ada kenaikan dukungan untuk Jokowi di dua provinsi itu, masing masing di atas 10% dalam 5 tahun.

"Rendahnya angka golput di Papua dan Papua Barat juga menunjukkan mayoritas rakyat di sana semakin menyatu dengan Indonesia. Sedangkan menaiknya dukungan untuk Jokowi di Pemilu 2019 mau ditafsir apalagi? Tafsir yang paling oke, mayoritas masyarakat semakin puas dengan pemerintahan Jokowi," papar dia.

Namun, kata Denny, tetap ada catatan sangat penting. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2018, baik Papua ataupun Papua Barat termasuk dua provinsi paling miskin di Indonesia. Jika diukur dari persentase jumlah populasi di bawah garis kemiskinan, di Papua dan Papua Barat, persentase kemiskinannya tertinggi.

Di Papua, persentase penduduk miskin sebesar 27,24%. Di Papua Barat, persentase penduduk miskin 23,12%. Jumlah itu melampaui Provinsi NTT, Maluku, Gorontalo, dan Aceh.

"Inilah ironi. Di dua provinsi yang potensial paling kaya, hidup masyarakat yang kini paling miskin! Ini bukan saja ironi politik, tapi aib peradaban," tukasnya.

Namun, lanjut Denny, perhatian pemerintah pusat pada Papua dan Papua Barat sangatlah terasa lima tahun belakangan ini. Misalnya upaya menghubungkan aneka wilayah di dua provinsi itu.

Pembangunan jalan berhasil membuka daerah terisolasi hingga 3.259 kilometer di Papua dan 1.071 kilometer di Papua Barat. Jarak itu empat kali panjang Pulau Jawa. Yang dibuka tak hanya jalan Trans-Papua, tapi juga jalan akses dan perbatasan, bandara, pelabuhan. (RO/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya