Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Tahun Ini, BMKG NTT Prediksi Curah Hujan di Bawah Normal

Palce Amalo
26/7/2019 15:56
Tahun Ini, BMKG NTT Prediksi Curah Hujan di Bawah Normal
BMKG bersama petani melakukan panen raya jagung Lamuru di lahan Sekolah Lapang Iklim (SLI) di NTT(MI/Palce Amalo)

BMKG meminta pemerintah dan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap dampak kekeringan, tahun ini.

"Tahun ini prediksi curah hujan di bawah normal sehingga perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi," ujar Kepala Bidang Desiminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hari Tirto Djatmiko, di sela-sela Penutupan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tahap 3 dan Panen Raya Jagung Lamuru di Kelurahan Kolhua, Kota Kupang, NTT, Kamis (25/7).

Menurutnya, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini kekeringan secara meteorologis, namun dilihat dari potensi curah hujan di bawah normal, perlu diantisipasi kekeringan secara hidrologis karena akan berdampak pada pertanian.

"Karena itu, persediaan air dalam danah perlu diantisipasi," tambahnya.

SLI tahap tiga tesebut dimulai sejak April 2019 diikuti 25 petani. Kegiatan itu sebagai bentuk pendekatan literasi iklim guna mengurangi risiko iklim ekstrem. Literasi berupa pelatihan dalam bentuk konsep dan praktik atau simulasi yang bertujuan meningkatkan pemahaman dan keaksaraan petani tentang informasi iklim dan pemanfaatannya di bidang pertanian.

Menurut Djatmiko, pada panen SLI di Lahan Pertanian Kol yang ditanam peserta SLI, diperoleh rata-rata produktivitas 7,23 ton per hektare (ha).

"Apabila dibandingkan hasil rata-rata produksi kol Kecamatan Maulafa pada 2017 sebesar 5,62 ton per hektare, masih di atas rata-rata sebesar 29%," ujarnya.

Baca juga: Kekeringan Ekstrem Landa 11 Kabupaten di NTT

Karena itu, Dia berharap petani yang telah mengikuti SLI, memiliki pemahaman yang baik mengenai iklim, serta dampaknya dapat meningkatkan produktivitas pertanian.

Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang Apolonaris Geru mengatakan SLI tahap tiga tersebut mengaplikasikan informasi iklim dengan penanaman komoditas palawija jagung yakni varietas Hibrida Kumala dan varietas bersari bebas Lamura.

"Dilakukan dua metode penyiraman dengan sprinkle dan manual. Masing-masing diulang tiga kali sehingga diperoleh 12 unit percobaan," ujarnya.

Menurutnya, percobaan yang dilakukan dalam SLI tiga ini ingin mengetahui daya adaptasi dua varietas jagung di lahan kering karena saat musim kemarau, pasokan air terbatas.(OL-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya