Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Kredit Perbankan di NTT Tumbuh 12,67%

Palce Amalo
30/6/2019 18:30
Kredit Perbankan di NTT Tumbuh 12,67%
Sejumlah debitur menandatangani Akad Kredit di sebuah Bank Nasional(ANTARA FOTO/Moch Asim)

DIREKTUR Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kantor Regional (KR) 8 Bali dan Nusa Tenggara, Rochman Pamungkas, minta perbankan melakukan analisis secara hati-hati sebelum menyalurkan kredit. Hal itu mengantisipasi terjadinya kredit macet (non performing loan).

Rochman mengatakan itu saat membawakan materi 'Perkembangan Industri Jasa Keuangan di KR 8 Bali dan Nusa Tenggara' dalam Pelatihan Wartawan Bali, Nusa Tengara Timur, dan Nusa Tenggara Barat, di Lombok, Minggu (30/6).

Sebanyak 50 wartawan dari berbagai media di tiga wilayah tersebut mengikuti pelatihan wartawan yang berlangsung sejak Sabtu (29/6) hingga Selasa (2/7).

Rochman mencontohkan pertumbuhan kredit perbankan di NTT) pada April 2019 melonjak sampai 12,67% year on year (yoy), atau Rp30,06 triliun. Jika dilihat sepanjang tahun yang terjadi atau Januari-April 2019 kredit tumbuh 2,67% (year to date/ytd). Padahal, pertumbuhan kredit tahun sebelumnya jauh di bawah angka tersebut.

"Saya pikir OJK harus awasi. Ekspansi tanpa memperhatikan proses analisis yang hati-hati, ujungnya jadi kredit bermasalah," kata Rochman.

Dia menyebutkan persentase pertumbuhan kredit perbankan di daerah itu lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan di dua provinsi tetangga yakni Bali dan NTB. Di Bali, pertumbuhan kredit perbankan sebesar 4,91% (yoy) atau Rp87,42 triliun, dan ytd sebesar 1,86%. Adapun di NTB, pertumbuhan kredit perbankan sebeasr 7,95% (yoy) atau Rp41,16%, dan 3,47% ytd.


Baca juga: Polda Kalsel Gelar Lomba Mancing Semarakkan Hari Bhayangkara


Adapun kredit yang dikucurkan di tiga provinsi tersebut masih didominasi konsumsi sebesar 45,74%, kredit modal kerja 34,66%, dan kredit investasi hanya 19,60%.

Rochman juga menyoroti keinginan pemegang saham Bank Pembangunan Daerah (BPD) NTT yang yang dinilai sangat agresif menetapkan target laba sebesar Rp500 miliar tahun ini. Angka itu dinilai terlalu besar bagi pengurus bank tersebut, apalagi pengurus baru dilantik pada Juni 2019.

"Saya pikir OJK harus awasi dengan hati-hati sehingga rencana bisnis yang mereka jalankan bisa tercapai," ujarnya.

Materi lain yang disampaikan dalam pelatihan ini seperti 'Menulis Berita Ekonomi' disampaikan Redaktur Kontan Nurdiana Titis, Perkembangan Finteh Lending oleh Direktur Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan Finansial Teknologi OJK Hendrikus Passagi, Perkembangan Bank Wakaf Mikro oleh Direktur Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro OJK Suparlan, serta kunjungan ke Bank Wakaf Mikro.

Kepala OJK NTB, Farid Faletehan, mengatakan, pelatihan tersebut bertujuan memberikan pemahanan kepada para wartawan mengenai berbagai kebijakan ekonomi, keuangan dan perbankan, termasuk cara menulis berita ekonomi keuangan dan perbankan yang benar. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya