Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Tak Ada Festival, Cap Go Meh Bogor Digelar dengan Doa Lintas Agama

Dede Susianti
26/2/2021 23:21
Tak Ada Festival, Cap Go Meh Bogor Digelar dengan Doa Lintas Agama
Perayaan Cap Go Meh di Bogor(Antara/Arif Firmansyah)

JAUH dari kata pesta, namun tak mengurangi suka cita dan kehidmatan dalam perayaan Imlek 2021 yang digelar di Vihara Dhanagun, Jumat (26/2). 

Pihak penyelenggara tidak ingin kehilangan momen, agenda rutin tahunan perayaan pesta rakyat Cap Go Meh (CGM) tetap dilakukan. Hanya saja dilakukan secara daring. 

Yang hadir di Vihara Dhanagun kurang lebih hanya 50 orang saja. Itu pun sudah mencakup penyelenggara dan hanya pengisi acara saja. 

Pantauan Media Indonesia di lokasi acara, protokol kesehatan benar-benar dilakukan secara ketat. Disinfektan lokasi sebelum acara dimulai, pengukuran suhu tubuh dan kadar oksigen, menyediakan masker, face-shield, hand sanitizer dan perlengkapan lainnya. 

Selain itu, jumlah peserta acara yang dibatasi hanya sekitar 10 persen dari kapasitas lokasi di pelataran Vihara yang mana adalah ruang terbuka.

Seluruh acara disiarkan secara darinfg. Tampilan-tampilan seni budaya tetap ada, hanya semuanya berupa tayangan taping. 

"Kita tidak mau kehilangan momen, tradisi CGM tetap ada, hanya tidak bisa dilakukan dalam bentuk pawai atau street fest. Namun dalam bentuk daring yang bisa diikuti oleh masyarakat dimanapun secara online, streaming," terang Arifin Himawan Ketua CGM Bogor.

Rangkaian kegiatan hanya berlangsung sekitar 4 (empat) jam saja yakni mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB atau sebelum waktu maghrib.

CGM Bogor kali ini mengambil tema 'Ngaruwat Bumi Nyinglar Pandemi' yang menampilkan harmonisasi Kielin dari Persatuan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih, Wayang Kaleng dengan penuturan Wangsit Siliwangi. 

Ngaruwat Bumi Nyinglar Pandemi ini adalah sebuah kolaborasi konsep tradisi ritual dari seni budaya Sunda dengan Tionghoa.

Ruwatan biasanya bertujuan untuk memohon keselamatan kepada Tuhan dari segala hal buruk, khususnya pandemi akibat infeksi virus korona (covid-19) di dunia, termasuk Indonesia umumnya dan di Bogor khususnya. 

"Penyajian penampilan seni tradisi kali ini, adalah kolaborasi antara seni budaya Sunda dengan Tionghoa. Ini simbol kebersamaan dalam keberagaman," tambah Ahim.

Baca juga : Moge Ngebut Terobos Ring 1 Istana, Paspampres: SOP-nya Ditembak

Mengawali acara ada pemutaran video kilas balik pelaksanaan CGM pada tahun-tahun sebelumnya dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian acara inti yakni doa bersama yang dipimpin oleh perwakilan dari 6 agama. Dari agama Islam doa dipimpin Habib Novel Alydrus, 

Romo Michael Endro Susanto dari Katolik, Pendeta Paul Givano dari Kristen, Js Andri Harsono dari Konghucu, Pinandita I Made Sutem dari Hindu dan Romo Cunda Jugiarta Supandi dari Budha.

Kegiatan langsung hanya berjalan kurang lebih 45 menit. Sedangkan sambutan-sambutan serta pagelaran seni budaya berbagai daerah dilakukan dengan perekaman sebelumnya di tempat dan waktu terpisah. Mereka yang tampil ialah sanggar-sanggar seni yang ada di Bogor. 

Wali Kota Bogor Bima Arya dalam sambutannya secara daring mengatakan, meski tidak ada perayaan seperti biasanya, tidak akan mengurangi sedikitpun makna kebersamaan di Kota Bogor.

"Mari kita yakini bahwa keyakinan kita untuk terus bersama akan membawa kita melangkah keluar dari era pandemi ini,"katanya.

Menurutnya, tidak ada yang lebih indah, yang lebih dahsyat, yang lebih powerfull daripada modal kebersamaan dan kekeluargaan. Kebersamaan dan kekeluargaan adalah modal sosial yang luar biasa yang dimiliki Kota Bogor dari masa ke masa.

"Satu hal yang terus kita jaga kita rawat melalui berbagai macam momentum bukan saja dari kegiatan resmi pemkot, tetapi inisiasi dari warga, kolaborasi dari seluruh elemen warga," jelasnya.

Saat ini lanjutnya, adalah masa dimana semuanya tengah diuji atas kebersamaan selama ini. Tidak mudah di era pandemi ini menjaga dan merawat kebersamaan. Ada persoalan ekonomi, politik, mungkin juga ada persoalan keyakinan.

Meski tidak ada selebrasi Pesta Rakyat CGM bukan berarti tidak bisa merayakan kebersamaan. Melalui doa lintas agama dan kesederhanaan yang terus dijaga Bima Arya mengajak semua untuk terus saling mendukung, saling mendorong dan saling mendoakan. 

"Tapi yakinilah bahwa modalitas itu selalu kita jaga dari masa ke masa dan bahkan semakin diperkuat di era pandemi yang tidak mudah ini. Tidak ada ujian yang tidak bisa kita lewati apabila kita pahami bagaimana kita bisa terus merawat kebersamaan ini," pungkasnya.

Sementara itu, meski tidak ada pawai budaya, namun panitia tetap mempercantik Lawang Suryakancana dengan lampu dan lampion, memasang gawangan khas CGM Bogor di Gang Aut. 

Vihara Dhanagun pun melakukan kegiatan bakti sosial dalam rangka Imlek dan CGM ke panti asuhan dan menyediakan 300 makan siang, selama sebulan untuk warga sekitar dan Pasar Bogor. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya