Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Anies Sebut 'Positivity Rate' DKI Masih Di Atas Ambang Batas

Putri Anisa Yuliani
23/7/2020 17:05
Anies Sebut 'Positivity Rate' DKI Masih Di Atas Ambang Batas
Petugas Puskemas melakukan swab test di Sawah Besar Jakarta(MI/Andri Widiyanto)

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan fakta bahwa tingginya angka positif di Jakarta terjadi, antara lain karena tingginya tingkat testing covid-19.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, kata Anies, memiliki kebijakan active case finding yang membuat banyak warga didatangi secara aktif oleh petugas puskesmas untuk menjalani tes usap. Tindakan ini untuk mengetahui keterpaparan mereka dari covid-19.

Standar WHO untuk tingkat tes adalah minimal 1.000 orang per 1 juta penduduk per pekan. Jakarta, menurut Anies, saat ini sudah mencapai dua sampai tiga kali lipatnya. Hal inilah yang kemudian menunjukkan kenaikan jumlah kasus secara signifikan.

Pada 22 Mei, jumlah kasus baru covid-19 di Jakarta mencapai 96 kasus. Sementara pada 22 Juni, jumlah kasus baru covid-19 Jakarta adalah 127 kasus. Kemarin, jumlah kasus baru covid-19 Jakarta mencapai 382 kasus.

"Jadi, begini. Kita ini semua sedang mengalami wabah. Artinya covid-19 sudah menjangkiti banyak komponen masyarakat. Di Jakarta yang kami lakukan adalah meningkatkan kapasitas testing supaya kita bisa menjangkau lebih banyak," ujar Anies usai menghadiri acara di Polres Metro Jakarta Utara, Kamis (23/7).  

Lalu, imbuhnya, dalam ketentuan yang dimiliki WHO, disebut aman itu bila yang ditemukan di bawah 5%. "Bila di atas 5% itu berisiko untuk dilakukan pelonggaran. Jakarta dengan kemampuan testing kita hampir 4 kali lipat standar minimal WHO. Apa standar minimal WHO itu? 1.000 orang dites per satu juta penduduk setiap minggu. Jadi, setiap minggu itu minimal 1.000 orang per satu juta orang dites," paparnya.

Meski jumlah tes yang dilakukan sangat banyak dan melebihi angka standar WHO, Anies memastikan bahwa jumlah tingkat penularan, atau positivity rate Jakarta masih berada di ambang batas aman, yakni 5,3% pekan ini.

Baca juga: Anies Sebut Reklamasi Ancol Bisa Atasi Banjir, Pakar: Salah Besar

"Di Jakarta ini, alhamdulillah kita sudah empat kali lipat itu. Lalu hasilnya seminggu ini (positivity rate Jakarta) adalah 5,3%. Artinya kita di ambang batas nih. Masih di sekitar 5%. Jadi kalau melihat angka itu, jangan melihat angka (penambahan kasus baru) positifnya saja. Karena kalau lihat angka positifnya saja, kita tidak tahu dari berapa. Kalau misalnya nih contoh, ditemukan 100 orang baru dari 500 testing, itu artinya (positivity rate) 20%. Tapi kalau 100 orang baru dari 2.000 testing, itu artinya 5%," jelasnya.

Nah, kata Anies, pihaknya selalu melihat angka positivity rate. "Sehingga hasilnya obyektif dan bisa menjadi dasar pengambilan keputusan," tegas Anies.

Ia menegaskan tidak akan mengurangi jumlah pemeriksaan covid-19 agar terlihat ada penurunan kasus baru di Jakarta. Kapasitas tes akan terus dipertahankan bahkan ditingkatkan.

"Artinya yang ketahuan lebih banyak. Angka positivity rate-nya masih lima persen. Justru kita itu jangan sampai supaya terkesan aman, tidak testing, wah bahaya itu. Kalau kita justru lakukan testing terus tapi lihat persentasenya. Apakah persentasenya naik atau tidak. Dan yang dites itu orang-orang yang memang dicurigai covid-19," ungkapnya.

Dengan mengurangi tes untuk tujuan mengurnagi jumlah kasus baru, menurut Anies, hanya akan memberi rasa aman palsu kepada masyarakat. Masyarakat harus disajikan data yang sebenar-benarnya agar percaya bahwa pemerintah melakukan kebijakan yang terbaik sesuai fakta yang ada.

"Begini, sebabnya (kasus baru tinggi) macam-macam. Tapi kan penularannya karena interaksi. Dengan kita testing dan ketahuan positif, maka orang itu bisa kemudian diisolasi. Coba kita tidak melakukan testing yang masif, mungkin kita rasanya 'wah aman ya, sedikit yang positif', padahal tidak, yang positifnya tetap banyak," ujar Anies.

Menurut Anies, di situ harus hati-hati. "Jangan sampai supaya terkesan aman, mengurangi testing. Kelihatannya aman, padahal yang bermasalah masih banyak. Justru sekarang saatnya kita meningkatkan testing sambil membuat mereka yang positif berada di rumah supaya tidak menularkan," pungkasnya. (OL-14)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik