Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KEPALA Departemen Oftalmologi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada. Prof. dr. Muhammad Bayu Sasongko, Ph.D, M.Epid, Sp.M(K) mengungkap bahwa risiko diabetes melitus apabila tidak terkontrol akan mengganggu penglihatan, salah satunya retinopati diabetik.
Pada telewicara daring yang digelar, Kamis (10/10), ia mengungkap bahwa diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk pada mata.
Baca juga : Kemenkes Luncurkan Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan Indonesia 2025–2030
"Salah satu bagian penting di mata yaitu retina, isinya sensor penglihatan yang kaya akan jaringan dari pembuluh darah, nah, ketika diabetes sudah berlanjut apalagi tidak terkontrol dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel retina yang berfungsi sebagai sensor penglihatan," ujar Bayu.
"Kerusakan (penglihatan) yang diakibatkan itu permanen biasanya,"tambahnya.
Ia menjelaskan retinopati diabetik yang merupakan salah satu bentuk komplikasi diabetes melitus. Kadar gula yang tinggi pada akhirnya mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah retina mata, terutama di jaringan-jaringan
yang sensitif terhadap cahaya. Pasien dengan renopati diabetik, akan mengalami gangguan seperti penglihatan kabur hingga katarak.
"Namun katarak itu kalau kondisi retinanya masih relatif baik, kemudian yang selanjutnya bisa juga muncul glukoma, ini biasanya terjadi pada stadium lanjut, dan tahap lanjut itu penglihatan sudah tidak bagus dan itu permanen, jadi tidak bisa disembuhkan penglihatannya," jelas Bayu.
Pasien yang telah mengalami diabetes selama 10-15 tahun, ujar dia, umumnya akan mengalami tanda retinopati, namun, jika selama waktu tersebut diabetes selalu dikontrol dengan baik dengan bantuan dokter progres risiko retinopati dapat diperlambat. (Ant/H-3)
Studi klinis yang diterbitkan dalam jurnal New England Journal of Medicine menemukan obat diabetes mampu melambatkan perkembangan masalah motorik terkait penyakit Parkinson.
Meskipun obat-obatan dapat menjadi solusi dalam pengelolaan kondisi tersebut, banyak orang mencari alternatif alami untuk mengontrol atau bahkan mengurangi risiko berbagai penyakit.
Penelitian terbaru menunjukkan obat untuk mengatasi diabetes dan obesitas, dapat meningkatkan risiko kelumpuhan lambung (gastroparesis).
Sebanyak 1 dari 10 orang di dunia menderita penyakit ginjal kronis (PGK), namun 9 dari 10 orang yang didiagnosis menderita tidak menyadari kondisinya.
“Tepung olahan dapat berkontribusi pada berbagai kondisi kesehatan yang serius, termasuk penambahan berat badan, sindrom metabolik, diabetes dan lainnya,"
Mencegah kesulitan membuang air kecil pada perempuan bisa dilakukan dengan rutin berolahraga dan menerapkan gaya hidup sehat.
Pentingnya deteksi dini untuk mencegah komplikasi diabetes lebih lanjut yang ditimbulkan pada mata, salah satunya retinopati diabetik.
Retinopati diabetik merupakan salah satu bentuk komplikasi diabetes yang dapat dicegah dengan mengontrol kadar gula darah.
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk pada mata.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved