Headline

Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.

Pola Makan dan Gaya Hidup Sedentari Percepat Risiko Diabetes Pada Remaja

Ficky Ramadhan
15/8/2025 14:03
Pola Makan dan Gaya Hidup Sedentari Percepat Risiko Diabetes Pada Remaja
Ilustrasi(Pinteres)

DIABETES yang dulunya identik sebagai penyakit orangtua, kini semakin banyak menyerang generasi muda, bahkan anak-anak dan remaja. Perubahan pola makan, gaya hidup sedentari, dan tingginya tingkat stres disebut menjadi pemicu utama meningkatnya kasus penyakit kronis ini di kalangan generasi Z dan Alpha.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), diabetes tipe 2 yang sebelumnya nyaris hanya ditemukan pada orang dewasa kini sering terdiagnosis pada usia pra-remaja dan remaja. Pergeseran pola makan dari alami menjadi makanan olahan tinggi gula, lemak trans, dan garam, ditambah minimnya aktivitas fisik, mempercepat munculnya resistensi insulin. Kondisi ini juga diperparah oleh kebiasaan generasi muda menghabiskan waktu di kafe sambil mengonsumsi minuman manis, namun minim aktivitas fisik.

Jika diabetes menyerang di usia muda, tubuh akan terpapar kadar gula darah tinggi dalam jangka waktu panjang, sehingga risiko komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, bahkan amputasi meningkat tajam.

Selain masalah fisik, dampak psikologis seperti stigma, depresi, dan penurunan kepercayaan diri juga membayangi penderita muda. Kewajiban memantau gula darah dan membatasi pola makan kerap mengganggu interaksi sosial dan produktivitas mereka.

Faktor Penyebab dan Gejala

Adapun, beberapa faktor yang memicu diabetes pada generasi muda meliputi malnutrisi sejak lahir, pola makan tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, faktor genetik, serta perubahan gaya hidup modern. Gejala yang umum dialami antara lain haus berlebihan, sering buang air kecil, lapar terus-menerus, penurunan berat badan, penglihatan kabur, luka sulit sembuh, serta pusing dan lemas akibat fluktuasi gula darah.

Upaya Pencegahan

Kementerian Kesehatan telah mengampanyekan gaya hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan program CERDIK, termasuk menerapkan pajak pada minuman berpemanis. Namun, para ahli menilai langkah ini perlu diperkuat dengan pembatasan iklan makanan tidak sehat, peringatan di kemasan, serta penyediaan fasilitas olahraga yang memadai.

Selain itu, sekolah pun juga diminta untuk mengintegrasikan edukasi gizi dan olahraga dalam kurikulum, sementara orangtua berperan sebagai teladan dalam membentuk kebiasaan sehat. Generasi muda juga diimbau mengurangi konsumsi gula, rutin berolahraga minimal 30 menit per hari, menjaga berat badan ideal, berhenti merokok, mengelola stres, dan rutin memeriksa gula darah. (M-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya