Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
MENGOMPOL saat tidur merupakan hal yang biasa terjadi pada anak. Namun, jika anak sudah menjalani toilet training atau jarang mengompol tetapi tiba-tiba kembali sering mengompol, hal ini dapat menjadi perhatian bagi orang tua.
Sebab, kebiasaan mengompol tersebut mungkin saja menjadi tanda adanya penyakit diabetes.
Diabetes, atau diabetes mellitus, adalah kondisi di mana tubuh tidak mampu memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi secara optimal.
Pada anak-anak, jenis diabetes yang paling sering terjadi adalah diabetes tipe 1.
Pada diabetes tipe ini, pankreas anak tidak dapat memproduksi insulin, hormon yang berfungsi mengubah glukosa menjadi energi.
Akibatnya, kadar glukosa dalam darah meningkat. Menurut laman Diabetes.co.uk, ketika kadar glukosa terlalu tinggi, tubuh berusaha membuang kelebihan glukosa melalui urine.
Hal ini menyebabkan volume urine anak meningkat karena adanya kandungan gula di dalamnya. Cairan dari sel-sel tubuh juga keluar karena keberadaan glukosa, yang membuat anak lebih sering buang air kecil.
Jika anak tidak mampu menahannya, terutama saat tidur, ia bisa mengalami ngompol meskipun sudah diajarkan toilet training. Selain itu, kebiasaan mengompol yang disebabkan oleh diabetes juga dapat dikaitkan dengan kerusakan pada ginjal atau kandung kemih.
Mengompol akibat diabetes pada anak, khususnya diabetes tipe 1, sering kali disertai gejala lain yang menunjukkan peningkatan kadar gula dalam tubuh. Berikut adalah beberapa gejala yang biasanya terkait dengan diabetes pada anak:
Anak sering buang air kecil, termasuk di malam hari, yang dapat menyebabkan ngompol meskipun sebelumnya sudah berhenti.
Anak cenderung merasa sangat haus, sehingga meningkatkan konsumsi cairan dan frekuensi buang air kecil.
Anak sering merasa lelah karena tubuhnya tidak mampu mengolah glukosa menjadi energi dengan baik.
Jika anak yang sebelumnya jarang atau tidak pernah ngompol kembali mengalami hal ini, terutama disertai gejala-gejala tersebut, bisa jadi itu adalah tanda diabetes yang belum terdeteksi.
Sebagian besar kasus anak mengompol tergolong normal. Namun, orang tua perlu mewaspadai kondisi tertentu yang bisa menjadi indikasi adanya penyakit, seperti diabetes. Berikut tanda-tanda mengompol yang mungkin berhubungan dengan diabetes:
Anak masih sering mengompol setelah usia 7 tahun, meskipun sudah menjalani toilet training.
Anak tiba-tiba kembali mengompol, baik saat tidur maupun beraktivitas di siang hari, setelah setidaknya enam bulan tidak mengalaminya.
Gejala lain yang muncul meliputi rasa haus dan lapar berlebihan, penurunan berat badan tanpa sebab, kelelahan, serta perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan usianya.
Mengompol pada anak umumnya normal, namun bisa menjadi tanda diabetes jika terjadi kembali setelah toilet training dan disertai gejala seperti haus berlebihan, kelelahan, atau penurunan berat badan.
Oleh karena itu, jika anak Anda mengompol disertai faktor risiko dan gejala yang telah disebutkan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Dokter akan membantu mengidentifikasi penyebab di balik kebiasaan mengompol tersebut. (Z-10)
Studi klinis yang diterbitkan dalam jurnal New England Journal of Medicine menemukan obat diabetes mampu melambatkan perkembangan masalah motorik terkait penyakit Parkinson.
Meskipun obat-obatan dapat menjadi solusi dalam pengelolaan kondisi tersebut, banyak orang mencari alternatif alami untuk mengontrol atau bahkan mengurangi risiko berbagai penyakit.
Penelitian terbaru menunjukkan obat untuk mengatasi diabetes dan obesitas, dapat meningkatkan risiko kelumpuhan lambung (gastroparesis).
Sebanyak 1 dari 10 orang di dunia menderita penyakit ginjal kronis (PGK), namun 9 dari 10 orang yang didiagnosis menderita tidak menyadari kondisinya.
“Tepung olahan dapat berkontribusi pada berbagai kondisi kesehatan yang serius, termasuk penambahan berat badan, sindrom metabolik, diabetes dan lainnya,"
Mencegah kesulitan membuang air kecil pada perempuan bisa dilakukan dengan rutin berolahraga dan menerapkan gaya hidup sehat.
Bunda, obesitas tak hanya berbahaya untuk orang dewasa. Bagi anak-anak, obesitas juga membawa sejumlah risiko yang perlu diwaspadai.
Para orangtua harus mengetahui gejala anak penderita Diabetes Melitus sejak dini agar dapat diambil tindakan pencegahan.
Prinsip ini diawali dengan konsumsi buah dan sayur lima kali sehari serta anak juga jangan duduk lebih dari dua jam.
Seorang anak yang mengalami obesitas berisiko kembali mengalami obesitas ketika dewasa. Obesitas dapat menetap dan sulit untuk dikendalikan karena tubuh telah memiliki banyak sel lemak.
Perhatikan kesehatan anak kita dimulai dari pola asuh orangtua yang sehat. Jadi orangtua memiliki peran sentral dalam membentuk anak-anak yang tumbuh sehat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved