Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
MENGOMPOL saat tidur merupakan hal yang biasa terjadi pada anak. Namun, jika anak sudah menjalani toilet training atau jarang mengompol tetapi tiba-tiba kembali sering mengompol, hal ini dapat menjadi perhatian bagi orang tua.
Sebab, kebiasaan mengompol tersebut mungkin saja menjadi tanda adanya penyakit diabetes.
Diabetes, atau diabetes mellitus, adalah kondisi di mana tubuh tidak mampu memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi secara optimal.
Pada anak-anak, jenis diabetes yang paling sering terjadi adalah diabetes tipe 1.
Pada diabetes tipe ini, pankreas anak tidak dapat memproduksi insulin, hormon yang berfungsi mengubah glukosa menjadi energi.
Akibatnya, kadar glukosa dalam darah meningkat. Menurut laman Diabetes.co.uk, ketika kadar glukosa terlalu tinggi, tubuh berusaha membuang kelebihan glukosa melalui urine.
Hal ini menyebabkan volume urine anak meningkat karena adanya kandungan gula di dalamnya. Cairan dari sel-sel tubuh juga keluar karena keberadaan glukosa, yang membuat anak lebih sering buang air kecil.
Jika anak tidak mampu menahannya, terutama saat tidur, ia bisa mengalami ngompol meskipun sudah diajarkan toilet training. Selain itu, kebiasaan mengompol yang disebabkan oleh diabetes juga dapat dikaitkan dengan kerusakan pada ginjal atau kandung kemih.
Mengompol akibat diabetes pada anak, khususnya diabetes tipe 1, sering kali disertai gejala lain yang menunjukkan peningkatan kadar gula dalam tubuh. Berikut adalah beberapa gejala yang biasanya terkait dengan diabetes pada anak:
Anak sering buang air kecil, termasuk di malam hari, yang dapat menyebabkan ngompol meskipun sebelumnya sudah berhenti.
Anak cenderung merasa sangat haus, sehingga meningkatkan konsumsi cairan dan frekuensi buang air kecil.
Anak sering merasa lelah karena tubuhnya tidak mampu mengolah glukosa menjadi energi dengan baik.
Jika anak yang sebelumnya jarang atau tidak pernah ngompol kembali mengalami hal ini, terutama disertai gejala-gejala tersebut, bisa jadi itu adalah tanda diabetes yang belum terdeteksi.
Sebagian besar kasus anak mengompol tergolong normal. Namun, orang tua perlu mewaspadai kondisi tertentu yang bisa menjadi indikasi adanya penyakit, seperti diabetes. Berikut tanda-tanda mengompol yang mungkin berhubungan dengan diabetes:
Anak masih sering mengompol setelah usia 7 tahun, meskipun sudah menjalani toilet training.
Anak tiba-tiba kembali mengompol, baik saat tidur maupun beraktivitas di siang hari, setelah setidaknya enam bulan tidak mengalaminya.
Gejala lain yang muncul meliputi rasa haus dan lapar berlebihan, penurunan berat badan tanpa sebab, kelelahan, serta perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan usianya.
Mengompol pada anak umumnya normal, namun bisa menjadi tanda diabetes jika terjadi kembali setelah toilet training dan disertai gejala seperti haus berlebihan, kelelahan, atau penurunan berat badan.
Oleh karena itu, jika anak Anda mengompol disertai faktor risiko dan gejala yang telah disebutkan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Dokter akan membantu mengidentifikasi penyebab di balik kebiasaan mengompol tersebut. (Z-10)
dr Ika menghimbau untuk memperhatikan apakah ada luka gores pada kaki sebelum hendak melakukan terapi ikan.
Pola gaya hidup lebih penting untuk dikendalikan daripada hanya mengendalikan faktor genetik karena anak akan mengikuti kebiasaan aktivitas dan apa yang dikonsumsi orangtua.
Sebagai langkah konkret, Dinas Kesehatan Klungkung juga aktif melakukan edukasi ke sekolah-sekolah melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Meski demikian, ia menegaskan bahwa pemeriksaan tersebut masih bersifat awal karena dilakukan dengan metode cek gula darah sewaktu (tanpa puasa).
Diabetic foot dapat menyebabkan infeksi berat, gangren, hingga amputasi jika tidak ditangani dengan tepat.
Frekuensi buang air kecil yang meningkat, terutama pada malam hari, biasanya disebabkan oleh tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes.
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang prevalensinya terus meningkat secara global, tidak hanya menyerang orang dewasa tetapi juga anak-anak.
IDAI melaporkan lonjakan signifikan kasus diabetes pada anak, meningkat 70 kali lipat pada 2023 dibandingkan 2010.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengaku kaget soal banyaknya kasus diabetes yang diderita anak
Ketua Pelaksana CCC 2024 Kayla Athaya mengatakan kenaikan angka tersebut harus mendapat perhatian bersama
IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) memperkirakan kasus (diabetes melitus) DM tipe 1 pada anak usia 12 hingga 18 tahun meningkat saat ini dengan kenaikan mencapai 70%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved