Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
BANYAK wanita sering mengabaikan dampak kesehatan mental dan gaya hidup terhadap siklus menstruasi mereka. Padahal gaya hidup tak sehat seperti kurang tidur hingga depresi perparah nyeri haid.
Namun faktanya, menurut temuan yang diterbitkan dalam Briefings in Bioinformatics, depresi memiliki dampak terhadap dismenore primer, yaitu nyeri haid yang terjadi tanpa kondisi medis lain dan biasanya disebabkan oleh kontraksi rahim.
Peneliti menemukan bahwa orang yang depresi 51% lebih mungkin mengalami nyeri haid setelah menganalisis data genetik dari sekitar 600.000 orang Eropa dan 8.000 orang Asia Timur.
Orang yang mengalami depresi dan masalah tidur, dengan gangguan mood, memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar untuk mengalami nyeri haid dibandingkan dengan mereka yang tidak depresi.
"Perubahan kadar hormon dan neurotransmitter pada orang dengan depresi dapat memengaruhi cara tubuh memproses rasa sakit, yang dapat menyebabkan kram menstruasi lebih parah," kata John Moraros, MD, PhD, profesor dan dekan School of Science di Xi'an Jiaotong-Liverpool University, Cina.
Meskipun demikian, Dr. Moraros menjelaskan bahwa tidak ada hubungan langsung antara nyeri menstruasi dan depresi, kemungkinan karena cara keduanya berinteraksi secara biologis.
"Tidak adanya hubungan kausal dari nyeri menstruasi ke depresi mungkin berasal dari sifat bagaimana kondisi ini berinteraksi secara biologis," tambahnya.
Salah satu keterbatasan penelitian ini adalah bahwa para peneliti hanya menganalisis hubungan genetik antara depresi dan nyeri menstruasi, tanpa mempertimbangkan faktor lain seperti tingkat stres, kebiasaan olahraga, atau kondisi medis yang mendasari.
Temuan ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya, seperti analisis dari 10 studi yang melibatkan sekitar 4.700 peserta, yang menemukan bahwa orang dengan dismenore 72% lebih berisiko mengalami depresi.
Menurut National Library of Medicine, publikasi tentang gangguan menstruasi dan tidur diperoleh dari pencarian di database PubMed, EMBASE, PsycINFO, dan CINAHL, dengan studi yang mencakup periode 1988–2022 dan dinilai menggunakan Daftar Periksa Penilaian Kritis Institut Joanna Briggs.
Yaitu Gangguan menstruasi dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu sindrom pramenstruasi (PMS), dismenore (nyeri haid), dan gangguan siklus menstruasi abnormal atau perdarahan menstruasi yang berat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sindrom pramenstruasi (PMS) dan dismenore terkait dengan gangguan tidur dalam empat dimensi utama, yaitu:
Tidak ada penelitian yang secara eksplisit mengevaluasi hubungan antara waktu tidur dan gangguan menstruasi. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana depresi dan kurang tidur memperparah nyeri haid, serta untuk melakukan studi mendalam guna memahami hubungan antara gangguan tidur dan gangguan menstruasi. (Z-9)
PENELITIAN di Finlandia menemukan hubungan antara mikrobioma atau bakteri usus tertentu dan depresi. Hasil penelitian itu dimuat dalam laman Science.
Diet yang mengurangi asupkan kalori secara ekstrem, bisa berdampak serius pada kesehatan mental.
Orang depresi dalam kondisi relapse bisa sangat sulit untuk membuka mata, apalagi berinteraksi atau melakukan aktivitas.
"Kalimat 'semangat ya' itu seringkali tidak membantu, malah memperburuk keadaan. Lebih baik katakan, 'aku nggak tahu kamu sedang melalui apa, tapi aku ada di sini kalau kamu butuh'.
Depresi tidak hanya memengaruhi emosi, tapi juga dapat merusak struktur otak seperti hippocampus dan prefrontal cortex.
Tidur lebih dari 9 jam setiap hari bisa menjadi gejala depresi yang serius. Kenali hubungan antara oversleeping, hypersomnia, dan gangguan suasana hati.
Tidur yang kurang bisa bersifat akut atau kronis, dan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik, mental, serta fungsi otak.
Jika kurang tidur, maka akan selalu mengantuk di siang hari, sulit fokus dan mudah lupa, mudah emosi atau moody, hingga merasa lelah terus-menerus.
Jika hal tersebut terjadi, terutama pada remaja maka dapat mengganggu kesehatan fisik, mental, dan kinerja sehari-hari.
Tidur yang cukup adalah 7 sampai 9 jam. Agar cepat tidur di malam hari baiknya jangan menggunakan gadget dan pastikan ruang kamar terasa nyaman.
Umumnya, orang dewasa membutuhkan sekitar 7–9 jam tidur per malam. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi secara terus-menerus, tubuh dan otak tidak dapat berfungsi secara optimal.
Selama ini, kita tahu bahwa kurang tidur buruk bagi kesehatan otak. Tapi tahukah Anda, tidur terlalu lama juga bisa menimbulkan risiko serupa—termasuk meningkatkan potensi Alzheimer?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved