Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Ini Alasan Laki-Laki Lebih Rentan Sakit Ketimbang Perempuan

Melani Pau
25/9/2024 05:45
Ini Alasan Laki-Laki Lebih Rentan Sakit Ketimbang Perempuan
Ilustrasi(Freepik)

PERDEBATAN menganai siapa yang lebih kuat, laki-laki atau perempuan terus terjadi. Namun, faktanya, laki-laki menjadi lebih sakit--atau setidaknya bertingkah lebih sakit--saat mereka tertular virus, sementara peremouan tetap bertahan dengan pekerjaan, pengasuhan anak, dan kehidupan mereka.

Bukti ilmiah untuk hal itu masih jauh dari konklusif, tetapi beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sel kekebalan tubuh laki-laki dan perempuan bereaksi secara berbeda terhadap virus yang menyerang. 

Penelitian terbaru pada tikus menambahkan lebih banyak lagi bukti yang menunjukkan bahwa laki-laki memang lebih mudah terserang penyakit tertentu--dan fisiologi, bukan psikologi, yang mungkin menjadi penyebabnya.

Baca juga : Ini Penyebab Masalah Tiroid Lebih Sering Dialami Perempuan

Dalam penelitian terbaru, yang diterbitkan dalam jurnal Brain, Behavior, and Immunity, tikus jantan dewasa menunjukkan lebih banyak gejala penyakit daripada tikus betina ketika mereka terpapar bakteri yang menyebabkan penyakit dengan gejala yang mirip dengan flu. 

Tikus jantan juga mengalami lebih banyak fluktuasi suhu tubuh, demam, dan tanda-tanda peradangan, serta membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.

Penelitian yang dilakukan pada hewan laboratorium tidak selalu berlaku untuk manusia, jadi penelitian ini harus diperhatikan dengan hati-hati. 

Baca juga : Waspada, Laki-Laki Juga Berisiko Terkena Kanker Payudara

Meski begitu, para ahli yang meneliti gender dan imunitas mengatakan hal itu menimbulkan pertanyaan ilmiah yang menarik bagi manusia. 

Studi dengan sel manusia--seperti halnya pada tikus--menunjukkan sel kekebalan tubuh laki-laki memiliki reseptor yang lebih aktif untuk patogen tertentu, kata Sabra Klein, profesor mikrobiologi molekuler dan imunologi di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.

“Tidak selalu adanya mikroba atau keberadaan virus yang membuat kita sakit,” kata Klein. “Ini adalah respons kekebalan tubuh kita, dan penelitian menunjukkan bahwa pria memiliki respons yang lebih tinggi yang memanggil sel-sel ke tempat infeksi, yang berkontribusi pada perasaan sakit secara keseluruhan.”

Baca juga : Pemakaian High Heels Rentan Picu Varises

Alasan mengapa hal ini terjadi belum sepenuhnya dipahami. Namun, ada satu hipotesis yang menyatakan bahwa testosteron dan estrogen memengaruhi reseptor kekebalan tubuh dengan cara yang berbeda. 

Temuan baru pada tikus tidak mendukung hubungan antara hormon seks dan penyakit (mereka membuang organ reproduksi tikus dan masih melihat respons yang berbeda), tetapi beberapa penelitian lain mendukungnya. 

Penelitian Klein pada 2015 pada sel manusia, misalnya, menemukan bahwa senyawa berbasis estrogen membuat virus flu lebih sulit menginfeksi sampel.

Baca juga : Ini Peran Penting Vitamin D untuk Kesehatan Reproduksi

Teori lain, yang dikemukakan oleh sebuah studi pada 2010 dari para peneliti di University of Cambridge, adalah bahwa laki-laki telah berevolusi untuk memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah dan kekebalan yang lebih rendah karena kecenderungan mereka untuk mengambil risiko. 

Penelitian lain menunjukkan, karena perempuan lebih mudah menularkan patogen kepada anak-anak mereka, mereka telah membangun lebih banyak pertahanan alami untuk melawannya.

Namun, perlindungan ini tidak berlaku untuk semua jenis penyakit. Dalam sebuah artikel pada 2016, yang diterbitkan di Nature Reviews Immunology, Klein mencatat ketika laki-laki menunjukkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit tertentu (seperti kanker non-reproduksi), perempuan lebih rentan terhadap penyakit lain, seperti penyakit autoimun.

Sedangkan untuk “flu pria”, ada hal lain yang mungkin juga berperan. Studi menunjukkan laki-laki cenderung tidak mencuci tangan secara teratur, misalnya, dan setidaknya di Amerika Serikat, mereka cenderung tidak memeriksakan diri ke dokter secara teratur. 

“Norma-norma budaya sangat mempengaruhi perilaku kita,” kata Klein, “Jadi kemungkinan besar ini adalah kombinasi dari berbagai faktor.” (berbagai sumber/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya