Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PSIKOLOG klinis lulusan Universitas Indonesia Kasandra A Putranto menegaskan peran penting keluarga dalam upaya mencegah pernikahan di usia dini, yang selain mendatangkan manfaat juga dapat menimbulkan masalah.
Pernikahan dini, yang dapat diikuti dengan kehamilan pada usia muda, bisa menimbulkan risiko kesehatan reproduksi pada perempuan, konflik pernikahan yang berujung pada perceraian, serta masalah psikologis yang dapat mempengaruhi pola asuh orangtua terhadap anak.
Kasandra menyampaikan anak-anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang positif cenderung memiliki wawasan yang lebih luas mengenai persiapan pernikahan.
Baca juga : Presiden Korsel Deklarasikan Darurat Nasional Demografis
"Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang positif cenderung memiliki pandangan yang lebih baik tentang pentingnya kesiapan fisik,
mental, dan finansial dalam menjamin kualitas pernikahan," kata Kasandra, dikutip Kamis (29/8).
Menurut dia, penting bagi keluarga untuk menghadirkan lingkungan yang sehat serta mengajarkan prinsip dan norma tentang pernikahan pada anak-anak berusia remaja.
Ia menyampaikan bahwa para orangtua sebaiknya memberikan bekal pengetahuan yang tepat agar anak-anaknya setelah tumbuh dewasa bisa mengambil keputusan bijak tentang pernikahan.
Baca juga : Faktor Signifikan yang Membuat Anak Bahagia
"Orangtua harus memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan yang lebih baik, termasuk pendidikan akademik dan pendidikan seksual, untuk membantu anak memahami reproduksi, hubungan, dan konsekuensi dari pernikahan dini," ujar Kasandra.
Kasandra menjelaskan, perempuan yang menikah di usia muda lebih berisiko mengalami keguguran, komplikasi saat melahirkan, sampai kematian saat melahirkan karena organ-organ tubuhnya belum sepenuhnya siap untuk hamil dan melahirkan.
Dia juga mengutip hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perempuan yang menikah muda lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan gangguan suasana hati karena merasa kehilangan sebagian kesenangan masa remaja mereka.
Baca juga : JCDC Tawarkan Solusi Optimalkan Tumbuh Kembang Anak dan Remaja
"Pernikahan dini sering kali mengakibatkan hilangnya hak-hak anak, seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk hidup bebas dari
kekerasan, dan hak untuk dilindungi dari eksploitasi. Anak-anak yang menikah dini sering kali terpaksa mengambil tanggung jawab yang seharusnya tidak mereka hadapi," ungkap Kasandra.
Oleh karena itu, ia mengatakan, orangtua perlu mengajarkan pengetahuan tentang nilai-nilai tanggung jawab, komitmen, dan etika dalam hubungan agar anak-anak bisa menghargai diri sendiri dan orang lain serta membuat keputusan yang lebih bijak dalam hidup mereka.
Menurut dia, orangtua juga perlu memberikan dukungan finansial untuk pendidikan anak agar anak bisa menuntaskan pendidikan serta menjalani karier dengan baik sebelum memikirkan pernikahan.
Pendidikan yang tepat dan lingkungan yang positif dinilai dapat membantu anak berpikir logis dalam menyikapi risiko-risiko yang dapat muncul akibat pernikahan di usia muda. (Ant/Z-1)
Pernikahan dini juga merampas hak anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
UPAYA pencegahan pernikahan usia dini harus konsisten ditingkatkan dengan pelaksanaan sejumlah kebijakan yang ada dan langkah yang sistematis.
Upaya pencegahan pernikahan dini harus terus ditingkatkan melalui perluasan pemahaman masyarakat terkait risiko dan dampak negatif dari pernikahan dini.
Melihat kasus tersebut dan banyak kasus pelanggaran hak bagi anak dan perempuan, Kementerian PPPA akan meluncurkan Ruang Bersama Indonesia (RBI) yang nantinya akan dimiliki di desa-desa.
Mereka belum siap untuk berumah tangga dan belum memahami mengurus anak.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Orangtua perlu memberikan contoh kepada anak dan menjelaskan pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi.
Instansi pendidikan berperan dalam menyediakan ruang aman bagi anak untuk dapat mengembangkan diri dan meningkatkan pengetahuan.
Meski berguna untuk hal positif seperti belajar jarak jauh, ponsel ini juga kerap menjadi pintu masuk untuk berbagai masalah terkait dengan era digital ini.
Pemakaian masker, khususnya di tengah kerumunan mungkin dapat dijadikan kebiasaan yang diajarkan kepada anak-anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved