Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

UNRWA: Penduduk Gaza sedang Kelaparan, Bayi Meninggal akibat Malanutrisi

Khoerun Nadif Rahmat
20/7/2025 17:49
UNRWA: Penduduk Gaza sedang Kelaparan, Bayi Meninggal akibat Malanutrisi
Warga Palestina berkumpul untuk menerima bantuan pangan di titik distribusi bantuan di Kota Gaza (26/6/2025).(Antara/Xinhua)

DERITA kelaparan yang melanda Jalur Gaza kian parah. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa Israel tengah membiarkan warga sipil kelaparan di wilayah tersebut, termasuk satu juta anak-anak. 

Dikutip dari Al Jazeera, pernyataan itu disampaikan UNRWA melalui akun X, sambil mendesak Israel mengakhiri blokade dan mengizinkan distribusi bantuan kemanusiaan, terutama makanan dan obat-obatan.

"Pemerintah Israel sedang membiarkan warga sipil di Gaza kelaparan. Di antara mereka terdapat 1 juta anak-anak," tulis UNRWA pada akun X mereka.

"Buka blokade: izinkan UNRWA untuk memasok makanan dan obat-obatan."

Namun, kenyataan di lapangan memperlihatkan penderitaan yang terus memburuk. Distribusi bantuan yang kini diambil alih oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), lembaga yang didukung Amerika Serikat dan Israel,  hanya berlangsung di empat titik di Gaza. 

Jadi sasaran tembak

Ironisnya, warga yang mendatangi lokasi bantuan justru kerap menjadi sasaran tembakan. Sejak GHF mulai beroperasi pada akhir Mei, hampir 900 orang dilaporkan tewas di sekitar titik distribusi, menurut catatan lembaga kemanusiaan yang dikutip oleh Al Jazeera.

Di tengah krisis itu, kisah tragis datang dari Gaza City dan Deir el-Balah. Seorang bayi berusia 35 hari dan seorang balita empat bulan meninggal dunia akibat malnutrisi di Rumah Sakit Al-Aqsa Martyrs. 

Seorang ibu hanya mampu memeluk jenazah bayinya sambil berbisik, “Maafkan ibu… Ibu tak mampu memberimu makan. Ibu tak punya pilihan selain melihatmu mati di depan mata,” kutip Al Jazeera.

Menurut keterangan tim medis di rumah sakit tersebut, kasus malnutrisi berdatangan hampir setiap jam dalam 72 jam terakhir. Para orang tua di Gaza dihadapkan pada pilihan getir: menantang bahaya ditembaki saat mengantre bantuan atau membiarkan anak-anak mereka kelaparan di rumah. 

Kondisi pasar pun tidak memberi harapan, sebab harga bahan pokok melonjak tajam, bahkan ketika mereka punya uang, stok makanan sering kali kosong.

“Kami sendiri kelaparan. Kami tak mampu membeli makanan untuk anak-anak,” keluh sejumlah orang tua kepada Al Jazeera. Seorang ibu bahkan mengaku terpaksa memberi air putih kepada anak-anaknya agar perut mereka terasa kenyang. “Saat kami punya uang, tepungnya justru tidak ada,” katanya lirih.

Penderitaan kian memuncak

Penderitaan warga Gaza kian memuncak ketika sedikitnya 39 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya luka-luka setelah ditembak di dekat dua titik distribusi bantuan di Gaza selatan pada Sabtu (19/7). 

Menurut AFP, Otoritas Pertahanan Sipil Gaza menyebut insiden tersebut sebagai bagian dari serangkaian penembakan oleh tentara Israel terhadap warga yang tengah mengantre bantuan. “Korban tewas terjadi di dekat lokasi penyaluran di barat daya Khan Younis dan di barat laut Rafah,” kata juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal dikutip dari AFP.

Seorang saksi mata, Abdul Aziz Abed (37), mengaku kepada AFP bahwa ia berangkat ke kawasan Al-Tina bersama lima kerabatnya sebelum fajar demi mencari makanan, namun malah disambut peluru. 

"Setiap hari kami ke sana, dan yang kami dapatkan hanyalah peluru dan kelelahan, bukan makanan," keluhnya. Tiga saksi lain juga menuturkan bahwa tembakan berasal dari pasukan Israel.

Militer Israel membantah

Militer Israel membantah telah menargetkan warga sipil. Dalam pernyataan resmi, mereka mengklaim telah mendapati sekelompok orang yang dianggap sebagai ancaman dan sudah memberi peringatan agar mundur. “Setelah mereka tidak mematuhi, tentara melepaskan tembakan peringatan,” sebut pihak militer. 

Mereka menegaskan, tembakan dilepaskan sekitar satu kilometer dari pusat distribusi dan terjadi pada malam hari saat lokasi itu tidak aktif.

GHF pun membantah laporan tentang korban di dekat titik distribusinya. Lewat akun X, lembaga itu menyatakan telah berulang kali mengimbau warga agar tidak mendatangi pusat bantuan pada malam atau dini hari.

Namun, kekerasan tak kunjung berhenti. Otoritas Pertahanan Sipil Gaza juga melaporkan serangan udara Israel di dekat Nuseirat yang menewaskan 12 orang.

Kondisi Gaza memburuk

Kondisi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang kemudian memicu agresi besar-besaran Israel. Lebih dari dua juta warga kini terpaksa hidup mengungsi, dan kelaparan serta krisis kesehatan mental kian merajalela. 

World Food Programme (WFP) memperingatkan bahwa hampir sepertiga warga Gaza tidak makan selama berhari-hari, dan ribuan orang kini berada di ambang kelaparan total.

UNRWA menyebut, meski memiliki cadangan makanan yang cukup untuk tiga bulan, mereka tidak bisa mendistribusikannya karena blokade Israel. Pembukaan jalur bantuan kini menjadi salah satu syarat utama yang diajukan Hamas dalam negosiasi tidak langsung terkait gencatan senjata selama 60 hari, termasuk tuntutan penarikan pasukan Israel.

Namun, pengelolaan bantuan oleh GHF tetap menuai kontroversi. GHF, yang menggantikan peran badan-badan PBB sejak Mei, dituding hanya melayani kepentingan Israel. 

GHF akhirnya mengakui 

Untuk pertama kalinya, GHF mengakui ada 20 orang tewas di titik distribusi mereka di Khan Younis pada Rabu lalu, namun mereka menyalahkan “provokator bersenjata yang berafiliasi dengan Hamas” yang disebut menciptakan kekacauan di lokasi dan menembaki warga yang sedang mencari bantuan.

PBB mencatat sedikitnya 875 warga Gaza tewas saat mencoba mendapatkan bantuan makanan, termasuk 674 orang di sekitar titik distribusi GHF. Sejak pecahnya perang, korban jiwa di Gaza terus bertambah. 

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, hingga kini sebanyak 58.765 warga Palestina--mayoritas warga sipil--telah tewas akibat serangan militer Israel, sementara serangan Hamas pada 2023 di Israel menyebabkan 1.219 orang tewas, sebagian besar juga warga sipil. (Ndf/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya