Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Yayasan Kemanusiaan yang Didukung AS Mulai Salurkan Bantuan ke Gaza

Ferdian Ananda Majni
27/5/2025 13:05
Yayasan Kemanusiaan yang Didukung AS Mulai Salurkan Bantuan ke Gaza
Ilustrasi.(AFP/EYAD BABA)

ORGANISASI yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) mulai menyalurkan bantuan ke Jalur Gaza pada Senin (20/5), meskipun sebelumnya mendapat penolakan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan ditinggalkan oleh direktur eksekutifnya.

Pengiriman bantuan dilakukan sehari setelah Direktur Eksekutif GHF, Jake Wood mengundurkan diri karena merasa misi kemanusiaan lembaga tersebut tidak dapat dijalankan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang netral dan independen. 

"Tidak mungkin untuk melaksanakan rencana ini sambil tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kemanusiaan, kenetralan, imparsialitas, dan independensi, yang tidak akan saya abaikan," kata Wood dalam pernyataan pengunduran dirinya seperti dilansir The Guardian, Selasa (27/5).

Meskipun GHF mengklaim bahwa distribusi makanan telah dimulai di pusat-pusat yang mereka kelola, tetapi warga Palestina melaporkan belum ada tanda-tanda distribusi bantuan di lapangan.

Pernyataan GHF tidak menyebutkan jumlah truk yang dikirim maupun lokasi pusat distribusinya. Organisasi tersebut menegaskan bahwa lebih banyak truk akan segera tiba dan arus bantuan akan terus meningkat setiap hari.

Pengoperasian sistem bantuan ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan setelah Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan sedikitnya 52 orang di Gaza pada hari yang sama. 

Serangan terhadap sebuah sekolah di Kota Gaza menewaskan 30 orang, termasuk wanita dan anak-anak yang tengah mengungsi.

Gambar tubuh-tubuh hangus terbakar beredar luas di media sosial. Militer Israel mengakui telah menyerang sekolah tersebut dan menyebutnya sebagai pusat aktivitas Hamas dan Jihad Islam, namun tidak memberikan bukti atas klaim itu.

Sementara itu, serangan lain di sebuah rumah di Jabalia, wilayah utara Gaza, menewaskan sedikitnya 15 orang, menurut petugas medis setempat.

Israel mengatakan bahwa sistem distribusi bantuan baru ini dimaksudkan untuk mencegah Hamas menyita bantuan kemanusiaan. 

Namun, PBB dan sejumlah kelompok kemanusiaan menolak sistem ini, dengan menuduh Israel menggunakan makanan sebagai alat politik. 

Hamas sendiri mengecam keras sistem distribusi baru tersebut, menyebutnya sebagai upaya untuk menggantikan ketertiban dengan kekacauan, menegakkan kebijakan rekayasa kelaparan warga sipil Palestina dan menggunakan makanan sebagai senjata selama perang.

GHF kini dipimpin oleh John Acree sebagai pemimpin sementara dan terdiri dari mantan pejabat militer, kemanusiaan dan pemerintahan. 

Mereka mengklaim bahwa operasi akan menjangkau satu juta warga Gaza atau sekitar separuh populasi, dengan pengamanan pusat-pusat distribusi oleh perusahaan keamanan swasta.

Sistem distribusi akan difokuskan di empat lokasi utama di Gaza bagian selatan. Menurut sejumlah pejabat, upaya ini juga melibatkan penyaringan keluarga berdasarkan keterkaitan dengan militan Hamas, kemungkinan dengan teknologi pengenalan wajah atau biometrik, meskipun rincian pelaksanaannya masih belum jelas.

Sementara tekanan internasional terhadap Israel terus meningkat akibat krisis kemanusiaan yang semakin parah, terutama setelah blokade tiga bulan yang menyebabkan kelangkaan makanan ekstrem di Gaza, Israel mulai membuka akses terbatas terhadap bantuan minggu lalu.

Sekutu-sekutu Israel, termasuk Jerman, mulai menyuarakan kritik. Serangan baru-baru ini, menurut Berlin, telah menimbulkan korban sipil dalam skala yang tidak lagi dapat dibenarkan sebagai bagian dari perang melawan Hamas, yang memicu konflik melalui serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023. (I-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya