Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Mantan Sandera Hamas Lebih Takut pada Serangan Israel

Ferdian Ananda Majni
26/5/2025 21:16
Mantan Sandera Hamas Lebih Takut pada Serangan Israel
Bangunan hancur di Gaza akibat serangan Israel.(Dok Al-Jazeera)

SEORANG prajurit Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran sandera pada Januari lalu, Na'ama Levy, mengungkapkan bahwa salah satu ketakutan terbesarnya selama masa penyanderaan adalah serangan udara yang dilakukan oleh Israel sendiri.

Dalam aksi unjuk rasa mingguan di Hostage Square, Tel Aviv, Minggu (19/5), Levy menyampaikan kesaksiannya di hadapan ribuan peserta yang menuntut pemulangan semua sandera. 

"Serangan-serangan itu datang tanpa diduga. Awalnya Anda mendengar peluit. Anda berdoa agar serangan itu tidak menimpa kami, dan kemudian ledakan, suara yang sangat keras, hingga melumpuhkan tubuh dan tanah berguncang," kata Levy seperti dilansir CNN, Senin (26/5).

Levy menggambarkan kejadian saat tempat dia ditawan sempat runtuh sebagian akibat serangan. "Setiap kali serangan, saya yakin bahwa ini adalah akhir hidup saya," katanya.

Menurutnya, serangan Israel itu adalah salah satu hal paling menakutkan yang pernah dialaminya selama penahanan. "Di sana dan itulah yang paling membahayakan saya," tambahnya.

"Itulah realitas saya. Itu realitas mereka sekarang," ucap Levy merujuk pada sandera-sandera Israel yang masih berada di Gaza. 

Bahkan sekarang, menurutnya, pada saat ini juga ada sandera yang mendengar peluit dan ledakan. Mereka gemetar ketakutan. 

Mereka tidak punya tempat untuk lari, hanya bisa berdoa dan berpegangan pada dinding dengan perasaan tidak berdaya yang mengerikan.

Desak Pemulangan, Kritik Netanyahu

Pernyataan Levy datang di tengah tekanan yang meningkat terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dari keluarga sandera. 

Mereka menilai pemerintah terlalu fokus pada tujuan militer dan mengabaikan nasib warga Israel yang masih disandera.

Pernyataan kontroversial Netanyahu sebelumnya menyatakan bahwa mengalahkan musuh-musuh Israel adalah tujuan tertinggi. Bahkan lebih penting dibandingkan membebaskan para sandera yang masih ditahan di Gaza. Hal ini memicu kemarahan keluarga sandera.

Levy sendiri menegaskan bahwa tidak akan ada kemenangan jika para sandera tidak dipulangkan. 

"Tidak mungkin (Israel) benar-benar memahami apa yang sedang kita alami dan masih meninggalkan kita di Gaza," tegasnya.

Media Israel, Ynet, juga pernah melaporkan bahwa ketakutan akan serangan Israel bukan hanya dirasakan oleh Levy. 

Berdasarkan rekaman pertemuan sandera yang dibebaskan dengan keluarga dan Netanyahu, salah satu sandera mengatakan ketakutannya adalah bahwa bukan Hamas, tetapi Israel.

"IDF yang akan membunuh kita dan kemudian mereka akan mengatakan Hamas membunuh Anda," ucapnya.

Levy sendiri menjadi simbol penderitaan sandera sejak awal perang. 

Saat serangan Hamas pada 7 Oktober, video yang dirilis memperlihatkan Levy--saat itu berusia 19 tahun--diseret dengan tangan terikat dan ditodong senjata. 

Kini, setelah dibebaskan, suaranya menjadi seruan keras bagi kebijakan yang lebih berpihak pada keselamatan warga yang masih berada dalam penyanderaan. 

Kontroversi dan Tekanan Internasional

Di tengah kritik tajam, Netanyahu menunjuk Mayor Jenderal David Zini sebagai kepala baru badan intelijen Shin Bet. Penunjukan ini memicu kontroversi karena Zini dilaporkan menentang kesepakatan pertukaran sandera.

Menurut laporan Channel 12 News, Zini pernah mengatakan dalam sebuah pertemuan IDF bahwa dirinya menentang kesepakatan tersebut.

"Ini adalah perang yang tidak akan pernah berakhir," katanya. 

Pernyataan tersebut, jika benar, dianggap sangat problematik.

"Jika laporan itu akurat, ini adalah pernyataan yang mengejutkan, yang layak dikutuk dengan tegas, terutama jika datang dari seseorang yang diharapkan memegang nasib para sandera di tangannya," kata Forum Sandera dan Keluarga Hilang.

Forum tersebut juga menambahkan bahwa menunjuk seorang kepala Shin Bet yang memprioritaskan perang Netanyahu daripada pengembalian para sandera adalah dosa atas kejahatan dan ketidakadilan bagi seluruh rakyat Israel. 

Ini pukulan terhadap nilai solidaritas dan tugas suci untuk tidak meninggalkan seorang pun.

Sementara itu, tekanan internasional terhadap Israel untuk mengakhiri perang di Gaza semakin kuat. 

Inggris telah menghentikan pembicaraan dagang dan menjatuhkan sanksi terhadap pemukim ekstremis di Tepi Barat. 

Kanada dan Prancis mengancam sanksi serupa. Sedangkan Uni Eropa kini tengah meninjau ulang Perjanjian Asosiasi penting dengan Israel. 

Menurut salah satu menteri Israel, kesabaran mereka telah menipis. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya