Israel Nyatakan akan Kuasai Gaza, Krisis Makanan Memburuk

Ferdian Ananda Majni
20/5/2025 11:14
Israel Nyatakan akan Kuasai Gaza, Krisis Makanan Memburuk
Warga Gaza.(Al Jazeera)

PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa negaranya berencana menguasai seluruh Jalur Gaza seiring intensitas serangan militer yang meningkat di wilayah tersebut. Dalam video di Telegram, Netanyahu menyebut pertempuran berjalan sengit dan pasukan Israel membuat kemajuan.

"Kami akan menguasai seluruh wilayah Jalur Gaza," ucap Netanyahu seperti dilansir AFP, Selasa (20/5). Dia juga menambahkan bahwa Israel tidak akan menyerah dan menilai keberhasilan hanya bisa diraih melalui aksi yang tidak bisa dihentikan. 

Dalam pernyataannya, Netanyahu turut membela keputusan untuk tetap memberikan dukungan kepada kelompok pendukung garis keras. Militer Israel melaporkan telah menyerang 160 target yang mereka sebut sebagai sasaran teroris di Gaza dalam kurun waktu 24 jam terakhir. 

Di Gaza selatan, khususnya sekitar kota Khan Yunis, militer mengimbau warga Palestina untuk mengungsi menjelang serangan besar yang belum pernah terjadi.

Badan Pertahanan Sipil Gaza menyebutkan sebanyak 91 orang tewas akibat serangan Israel pada Senin (19/5). Kantor HAM PBB (OHCHR) menilai tindakan Israel tersebut melanggar hukum internasional dan dapat dikategorikan sebagai pembersihan etnis.

WHO peringatkan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa sekitar dua juta warga Gaza mengalami kelaparan akibat blokade total yang diberlakukan Israel sejak 2 Maret. 

Menghadapi tekanan internasional yang terus meningkat, Israel mulai mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk kembali ke Gaza. Lima truk pertama telah tiba membawa pasokan penting, termasuk makanan bayi.

Netanyahu menyatakan bantuan kembali diberikan, karena gambar kelaparan massal bisa merusak legitimasi perang Israel.

Namun, Kepala Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, menyebut pengiriman tersebut sebagai setetes air di lautan dibandingkan dengan kebutuhan yang sangat besar. 

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, menjelaskan bahwa hingga Senin (19/5) malam, belum ada bantuan yang diambil di zona penyerahan karena kondisi keamanan dan minimnya penerangan.

Kelangkaan kritis

Israel menyatakan bahwa blokade tersebut bertujuan memberikan tekanan pada Hamas agar membuat konsesi. Namun, berbagai badan PBB menegaskan bahwa kelangkaan makanan, air bersih, bahan bakar, dan obat-obatan sudah berada di tahap kritis.

"Pasokan makanan hanya beberapa menit dari perbatasan, tapi tidak bisa masuk," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. 

Dia menilai penahanan bantuan secara sengaja meningkatkan risiko kelaparan massal.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump, sekutu dekat Netanyahu, bahkan mengakui bahwa banyak orang sedang kelaparan.

Di sisi lain, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, menyuarakan penolakan terhadap pemberian bantuan dan mengatakan bahwa para sandera tidak menerima bantuan kemanusiaan apa pun.

Namun, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich membela kebijakan bantuan dengan alasan untuk menjaga dukungan diplomatik internasional.

Kondisi makin mengerikan

Di Gaza, kondisi makin mengerikan. Mohammed Sarhan, warga Khan Yunis, menggambarkan situasi kota tersebut seperti kiamat. 

"Tembakan dari setiap apartemen, sabuk api, F-16, dan helikopter," katanya kepada AFP.

Rekaman dari Rumah Sakit Nasser menunjukkan anak-anak terluka, duduk di lantai tanpa alas kaki dan berdarah. 

Di wilayah Deir el-Balah, Ayman Badwan meratapi kematian saudaranya dan menyatakan rasa putus asa. 

"Kami tidak bisa bertahan lagi," ujarnya.

Sementara itu, perundingan masih berlangsung di Qatar. Netanyahu mengisyaratkan bahwa Israel bersedia mempertimbangkan kesepakatan yang mencakup penghentian pertempuran, pembebasan semua sandera, pengasingan pimpinan Hamas, serta pelucutan senjata di Gaza. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya