Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyerukan bantuan dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Minggu (3/8), untuk membantu para sandera yang masih ditahan di Gaza. Seruan ini muncul di tengah gelombang kemarahan publik setelah beredarnya video dua sandera yang terlihat kurus kering dan melemah.
Menurut pernyataan dari kantor Netanyahu, ia telah berbicara dengan koordinator ICRC untuk wilayah tersebut, Julien Lerisson. Ia meminta keterlibatan langsung dalam pengiriman makanan serta perawatan medis segera bagi para sandera.
ICRC merespons melalui pernyataan resmi dengan menyatakan rasa "terkejut dan prihatin" atas video yang beredar. Lembaga itu kembali mendesak agar diberikan akses ke para sandera.
Menanggapi hal itu, sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, menyatakan siap memberikan akses kepada Palang Merah. Namun hanya jika dibuka “koridor kemanusiaan” untuk penyaluran makanan dan bantuan di seluruh wilayah Gaza. Mereka juga menegaskan tidak dengan sengaja membuat sandera kelaparan, namun menolak memberikan perlakuan khusus di tengah kondisi blokade dan kelaparan yang juga dialami warga Gaza.
Dalam beberapa hari terakhir, Hamas dan sekutunya, kelompok Jihad Islam, merilis tiga video yang menampilkan dua sandera, Rom Braslavski dan Evyatar David, yang ditangkap dalam serangan 7 Oktober 2023. Keduanya tampak sangat lemah dan kekurangan gizi. Video ini memicu seruan baru di Israel agar segera dilakukan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.
Netanyahu, dalam pernyataan terpisah pada Sabtu, mengatakan telah berbicara langsung dengan keluarga kedua sandera tersebut dan mengungkapkan rasa terkejutnya atas video yang dirilis oleh kelompok bersenjata itu. Ia menegaskan bahwa upaya pembebasan seluruh sandera masih terus berlangsung.
Pada hari yang sama, puluhan ribu warga Israel turun ke jalan di Tel Aviv, mendesak pemerintah segera mengamankan pembebasan para sandera yang tersisa. Khususnya, video Evyatar David yang terlihat sedang menggali apa yang disebut sebagai “makamnya sendiri” menuai kemarahan besar.
Video yang beredar juga menyinggung kondisi kemanusiaan di Gaza. Menurut pakar PBB sedang menghadapi ancaman kelaparan besar-besaran.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar sidang darurat pada Selasa untuk membahas situasi para sandera, menurut pernyataan Duta Besar Israel untuk PBB.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengecam video tersebut dan menyebutnya sebagai bukti kebrutalan Hamas. Ia mendesak agar semua sandera segera dibebaskan tanpa syarat.
Kallas juga menegaskan Hamas harus dilucuti dan mengakhiri kekuasaannya di Gaza, seruan yang sebelumnya telah didukung negara-negara Arab seperti Qatar dan Mesir yang berperan sebagai mediator. Ia menambahkan bantuan kemanusiaan dalam skala besar harus diizinkan masuk ke Gaza.
Namun hingga kini, Israel masih membatasi secara ketat akses bantuan ke wilayah tersebut. PBB dan lembaga-lembaga kemanusiaan menyebut banyak dari bantuan yang berhasil masuk tidak sampai ke warga akibat kekacauan dan penjarahan di lapangan. Hal ini memaksa banyak warga Palestina mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan bantuan.
Pada Minggu, sembilan warga Palestina dilaporkan tewas akibat tembakan tentara Israel saat sedang antre bantuan makanan di sebuah titik distribusi bantuan milik Gaza Humanitarian Foundation (GHF) dekat Rafah, Gaza Selatan.
“Saya ada di sana, tak ada satu pun yang menimbulkan ancaman bagi tentara,” kata seorang saksi mata, Jabr al-Shaer, 31, kepada AFP via telepon. Militer Israel belum memberikan komentar.
Sementara itu, lima orang lainnya tewas di titik distribusi bantuan GHF lainnya di Gaza tengah. Serangan Israel di berbagai wilayah lain juga menewaskan lima orang, menurut juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal.
Braslavski dan David termasuk di antara 49 sandera yang masih ditahan di Gaza, dari total 251 orang yang diculik dalam serangan Hamas tahun lalu. Militer Israel menyebut 27 di antaranya diyakini sudah meninggal dunia. Sebagian besar sandera sebelumnya telah dibebaskan dalam dua periode gencatan senjata singkat, sebagian melalui pertukaran tahanan.
Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.219 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data resmi Israel. Sebagai respons, serangan militer Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 60.430 orang, juga mayoritas warga sipil, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.
Palang Merah Palestina juga melaporkan salah satu staf mereka tewas dalam serangan Israel terhadap markas mereka di Khan Younis, Gaza selatan. Namun militer Israel mengaku tidak mengetahui adanya serangan di lokasi tersebut.
Karena pembatasan akses media dan sulitnya menjangkau lokasi-lokasi terdampak, AFP menyatakan tidak dapat secara independen memverifikasi angka korban dan informasi dari berbagai pihak. AFP/Z-2)
Video tawanan Israel yang kurus dan lemah di Gaza memicu kecaman global. Negara Barat menuntut pembebasan segera.
Benjamin Netanyahu, menyatakan harapannya untuk mencapai kesepakatan dalam beberapa hari ke depan.
SEORANG prajurit IDF yang dibebaskan, Na'ama Levy, mengungkapkan bahwa salah satu ketakutan terbesarnya selama masa penyanderaan adalah serangan udara yang dilakukan oleh Israel sendiri.
EDAN Alexander dilaporkan menolak pertemuan pribadi dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menurut media Israel.
Mereka menuntut pemulangan segera 59 sandera yang masih dalam tawanan Hamas, menurut pernyataan dari Forum Keluarga Sandera.
KELOMPOK bersenjata Palestina, Hamas menyatakan hanya akan mengizinkan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) memberikan bantuan kepada para sandera Israel.
Israel menganggap perlucutan senjata Hamas sebagai salah satu dari beberapa syarat utama bagi kesepakatan apa pun untuk mengakhiri konflik.
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.
Israel akan membayar dengan harga yang sangat mahal jika tidak menyetujui gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tawanan di Gaza.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved