Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ali Khamenei Pesimistis Negosiasi Nuklir Iran-AS akan Bawa Hasil

Basuki Eka Purnama
21/5/2025 05:31
Ali Khamenei Pesimistis Negosiasi Nuklir Iran-AS akan Bawa Hasil
Pemimpin tertinggi Iran Ali Khamenei(AFP/KHAMENEI.IR)

PEMIMPIN tertinggi Iran Ali Khamenei, Selasa (20/5), mengaku tidak yakin negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat (AS) akan membuahkan
hasil.

"Negosiasi tidak langsung (dengan AS) dilakukan pada era (mantan Presiden Iran Ebrahim Raisi), seperti sekarang, tetapi tanpa hasil. Saya rasa, negosiasi itu juga tidak akan membuahkan hasil sekarang," kata dia, seperti dikutip oleh kantor berita Mehr.

Tuntutan AS agar Iran menghentikan pengayaan uranium adalah 'kesalahan besar,' kata Khamenei, seperti dikutip oleh kantor berita ISNA.

Pemerintah Iran menjalankan kebijakannya sendiri dan tidak perlu diberi tahu apa yang harus dilakukan, kata pemimpin tertinggi Negeri Para Mullah itu.

Pada Senin (19/5), Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Iran Majid Takht-Ravanchi memperingatkan bahwa kesepakatan tidak akan tercapai jika AS terus bersikeras untuk menghentikan secara total pengayaan uranium Iran.

Kedua negara telah menjalani empat putaran perundingan nuklir yang dimediasi Oman sejak pertengahan April setelah Presiden AS Donald Trump mengirim surat kepada Khamenei pada awal Maret.

Surat Trump itu menawarkan kesepakatan baru dan dia mengancam akan melakukan aksi militer jika upaya diplomatik gagal.

Iran kemudian menolak perundingan langsung tetapi setuju untuk melakukan dialog tidak langsung.

Wamenlu Iran lainnya, Kazem Gharibabadi, Selasa (20/5) mengatakan bahwa pemerintahnya telah menerima proposal untuk putaran perundingan tidak langsung berikutnya dengan AS dan sedang mempertimbangkannya.

Seorang jurnalis Wall Street Journal melaporkan, tanpa menyebutkan sumbernya, bahwa perundingan tersebut mungkin akan berlangsung di Roma, akhir pekan ini.

Iran menandatangani perjanjian nuklir dengan Tiongkok, Prancis, Rusia, Inggris, AS, dan Jerman, serta Uni Eropa, pada 2015. Kesepakatan itu mengharuskan Iran untuk mengurangi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi.

Namun, AS menarik diri dari kesepakatan itu pada 2018 pada masa jabatan Trump yang pertama dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran, yang merusak perjanjian itu.

Menanggapi langkah AS tersebut, Iran mengumumkan akan mengurangi komitmen pada perjanjian itu dengan mengabaikan pembatasan penelitian nuklir dan tingkat pengayaan uranium. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya