AS Beri Sanksi ke Iran dan Tiongkok

PRESIDEN AS Donald Trump berjanji memberikan tekanan maksimum terhadap Iran. Ini diwujudkan Departemen Keuangan AS yang menjatuhkan sanksi kepada lebih dari 20 perusahaan karena dituduh memfasilitasi pengiriman minyak mentah Iran senilai miliaran dolar ke Tiongkok pada Rabu (14/5). 

Pengumuman sanksi baru itu menimpa enam orang dan 12 perusahaan, termasuk beberapa warga negara Tiongkok, atas dukungan mereka terhadap program rudal balistik Iran. Pemerintahan Trump dalam beberapa minggu terakhir menjatuhkan sanksi pada serangkaian entitas dan individu yang terkait dengan industri minyak dan program nuklir Iran.

Menurut Departemen Keuangan AS, sanksi itu ditujukan pada organisasi yang terlibat dalam upaya untuk membantu rezim Iran mendapatkan sumber produksi bahan penting yang dibutuhkan untuk program rudal balistik Teheran di dalam negeri. "Amerika Serikat tidak dapat membiarkan Iran mengembangkan rudal balistik antarbenua," kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam suatu pernyataan.

Baca juga : Intelijen: Empat Musuh Besar semakin Bersatu Lemahkan AS

Upaya Teheran untuk memproduksi rudal dan komponen di dalam negeri merupakan ancaman yang tidak dapat diterima bagi Amerika Serikat dan stabilitas kawasan. Mereka yang dikenai sanksi termasuk tiga warga negara Tiongkok yaitu Qin Jinhua, Qin Dehui, dan Wang Chao yang bekerja untuk satu perusahaan berbasis di Tiongkok yang mengekspor bahan prekursor serat karbon ke perusahaan Iran yang dikenai sanksi dan perusahaan lain yang berbasis di Hong Kong. 

Sanksi itu dijatuhkan sehari setelah AS mengumumkan sanksi baru atas penjualan minyak Iran ke Tiongkok. AS dan Iran mengadakan putaran keempat perundingan tidak langsung selama akhir pekan di Oman yang menandai kontak tingkat tertinggi mereka sejak Amerika Serikat pada 2018 menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015.

Kelompok yang diduga terlibat dalam perdagangan minyak ilegal Iran, termasuk sejumlah bank di Hong Kong yang diduga menjadi perusahaan kedok Sepehr Energy, afiliasi komersial Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran. Perusahaan-perusahaan ini dilaporkan menjadi perantara pengiriman minyak mentah ke kilang independen Tiongkok, yang dikenal sebagai teapots, dan menyalurkan hasilnya kembali ke Iran untuk mendukung program rudal balistik dan kelompok proksi regionalnya.

Baca juga : Lawan Dominasi Tiongkok, Trump Ingin AS Bikin Kapal Lebih Banyak

Delegasi Departemen Keuangan AS juga bertemu dengan bank-bank Hong Kong pada April untuk memperingatkan mereka agar tidak memfasilitasi pengiriman minyak Iran ke Tiongkok hanya sebulan sebelum memberikan sanksi kepada sembilan entitas nonbank di kota tersebut yang diduga terlibat dalam perdagangan tersebut. Delegasi tersebut menekankan risiko terlibat dalam transaksi yang terkait dengan perdagangan minyak Iran, seperti sanksi dan kerusakan reputasi. Demikian menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut kepada Bloomberg seperti dilansir Firstpost, Jumat (16/5). 

Sanksi tersebut juga menargetkan armada tanker milik Sepehr Energy. Tindakan tegas untuk membatasi ekspor minyak Iran di tengah negosiasi nuklir yang sedang berlangsung itu merupakan sikap yang lebih keras daripada pemerintahan Biden sebelumnya.

Tiongkok mengkritik sanksi AS dan menuduh Washington memperluas yurisdiksinya secara tidak sah dan merusak norma perdagangan global. Departemen Luar Negeri AS menuding penjualan minyak itu digunakan untuk membiayai kegiatan militer Iran dan serangan oleh kelompok militan Houthi di Laut Merah serta agresi terhadap Angkatan Laut AS dan Israel. (AFP/I-2)