Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Israel Tolak Mundur dari Zona Demiliterisasi Dataran Tinggi Golan

Ferdian Ananda Majni
29/1/2025 13:01
Israel Tolak Mundur dari Zona Demiliterisasi Dataran Tinggi Golan
Tank-tank Israel terlihat di wilayah Al Hamadyeh dekat Dataran Tinggi Golan di Quneitra, Suriah pada 16 Januari 2025.(Anadolu)

MENTERI Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan pasukan militernya tidak akan mundur dari zona demiliterisasi yang baru-baru ini diduduki di Dataran Tinggi Golan Suriah dan akan tinggal di sana tanpa batas waktu.

"Tentara Israel akan tetap berada di puncak Hermon (Jabal al-Sheikh) dan zona keamanan tanpa batas waktu untuk menjamin keamanan masyarakat di Dataran Tinggi Golan dan wilayah utara, serta seluruh penduduk Israel,” katanya saat mengunjungi pasukan Israel di wilayah tersebut seperti dilansir Anadolu, Rabu (29/1).

Israel tidak akan membiarkan pasukan musuh bermarkas di zona keamanan di Suriah Selatan dan mereka memastikan akan bertindak melawan ancaman apa pun.

Menteri Pertahanan mengatakan Israel akan melakukan koordinasi dengan warga di wilayah selatan Suriah.

"Dengan penekanan pada komunitas Druze yang besar yang memiliki hubungan kekeluargaan yang dekat dan historis dengan saudara-saudara Druze kita di Israel," ujarnya.

Militer mengatakan Selasa (28/1) pagi bahwa mereka telah memindahkan dan memasang peralatan militer di zona demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki.

Tentara Israel menduduki zona demiliterisasi pada awal Desember 2024, melanggar Perjanjian Pelepasan 1974 dengan Suriah, dalam suatu tindakan yang memperluas kendali Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang sebagian besar telah didudukinya sejak Perang Timur Tengah 1967.

Saat itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa perebutan zona demiliterisasi bersifat sementara, tanpa menyebutkan tanggal penarikan pasukan dari wilayah tersebut.

Diketahui, pemimpin Suriah Bashar al-Assad selama hampir 25 tahun, telah melarikan diri ke Rusia setelah kelompok anti-rezim menguasai Damaskus pada 8 Desember, mengakhiri rezim Partai Baath, yang telah berkuasa sejak 1963.

Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Ahmed Al-Sharaa kini telah mengambil alih kendali negara tersebut. (Fer/P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya