Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PENAMPUNGAN migran di Tijuana, kota yang berbatasan langsung dengan San Diego, California, bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan kedatangan migran jika Presiden AS Donald Trump melaksanakan rencana deportasi massalnya.
Menurut otoritas setempat, lebih dari 30 penampungan beroperasi di kota perbatasan Meksiko yang terletak di negara bagian Baja California ini. Para pekerja kemanusiaan yang diwawancarai CNN menyatakan kurangnya ruang, sumber daya, dan ketidakpastian menjadi tantangan utama bagi penampungan tersebut.
Direktur penampungan Jardin de las Mariposas, C Jamie Marín, mengatakan kepada CNN ada kekhawatiran deportasi massal yang mungkin dilakukan Trump dapat memicu krisis kemanusiaan terkait layanan untuk migran yang menuju ke Amerika Serikat dan mereka yang dideportasi. “Ada kegelisahan kolektif… terkait keputusan yang diambil oleh pemerintahan Presiden Trump,” kata Marín.
“Masalah terbesar (bagi penampungan) adalah tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Saya sedang mempersiapkan diri secara mental,” ujar Pat Murphy, yang mengelola penampungan Casa del Migrante, kepada CNN minggu lalu sebelum pelantikan Trump.
Kekhawatiran mereka berakar pada janji Trump untuk melakukan deportasi massal setelah menjabat.
Dalam pidato pelantikannya pada Senin, Trump kembali menegaskan komitmennya. “Kami akan memulai proses pemulangan jutaan alien kriminal kembali ke tempat asal mereka,” ucapnya di Gedung Capitol AS.
Untuk mengantisipasi kemungkinan lonjakan kedatangan migran, otoritas di Tijuana mendeklarasikan keadaan darurat minggu lalu.
Keadaan darurat ini adalah langkah administratif yang memungkinkan kota mengakses dana untuk menyewa ruang, membayar layanan hukum, personel, peralatan, dan perlengkapan, menurut pernyataan dari pemerintah kota yang dibagikan kepada CNN.
Namun, Wali Kota Tijuana, Ismael Burgueño Ruiz, mengatakan minggu lalu kota tersebut “tidak panik” dan menyebut langkah tersebut sebagai tindakan “pencegahan” jika Trump “benar-benar melakukan apa yang dia katakan.” Burgueño juga menyatakan bahwa kota telah mempersiapkan ruang jika terjadi lonjakan deportasi.
Meski begitu, Murphy, yang telah menjadi direktur Casa del Migrante sejak 2013, mengatakan masalah utama bukan hanya soal ruang. “Anda harus merawat mereka. Siapa yang akan mengorganisasi program dan pelatihan bagi para migran?” ujarnya, seraya menambahkan otoritas setempat seharusnya bekerja lebih dekat dengan penampungan untuk mengurangi potensi krisis.
Pekerja kemanusiaan lainnya setuju. “Bukan hanya tentang menyediakan tempat tidur dan makanan. Kita harus menciptakan ruang untuk membantu mereka secara psikologis dan spiritual,” kata Albertina Pauletti dari penampungan Madre Assunta kepada CNN.
Marín menambahkan penampungan membutuhkan “lebih banyak sumber daya ekonomi untuk makanan, layanan medis komprehensif” untuk membantu program “pemulangan sukarela ke tempat asal,” lebih banyak program yang mempromosikan integrasi dan martabat melalui pekerjaan, perhatian khusus untuk komunitas seksual yang beragam, serta lebih banyak layanan kesehatan mental.
Saat ini tidak jelas berapa jumlah migran yang berada di Tijuana. Data pemerintah menunjukkan dari Januari hingga Agustus 2024, lebih dari 30.000 migran berada di kota tersebut pada satu waktu tertentu. CNN telah menghubungi otoritas Meksiko untuk komentar lebih lanjut.
Pemerintah federal Meksiko juga tengah mempersiapkan potensi lonjakan migran dengan mengumumkan pembentukan penampungan baru di kota-kota perbatasan dan menangani “karavan migran.”
Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, pada 3 Januari menyatakan banyak migran memutuskan untuk kembali ke negara asal mereka “saat mereka masih berjalan,” seperti yang dilaporkan CNN sebelumnya.
Di tengah ketidakpastian yang terus meningkat, penampungan tetap berkomitmen pada misi mereka.
“Dengan kemungkinan deportasi massal, kami sedang mengerjakan proyek untuk membantu orang-orang ini secara psikologis dan spiritual. Bagi mereka yang ingin menjadi bagian dari komunitas Tijuana dan tidak ingin kembali ke tempat asal mereka,” ungkap Pauletti. (CNN/Z-3)
DUA warga Negara Asing (WNA) Pakistan berinisial NMA dan HAS diamankan petugas imigrasi Jakarta Pusat saat mengemis ke rumah warga.
Warga Negara Asing (WNA) asal Tiongkok berinisial LS yang menjadi buronan interpol dalam kasus kejahatan ekonomi di negara asalnya berhasil ditangkap petugas imigrasi di kawasan Cempaka Putih
SEORANG pria asal Tiongkok bernama Chen Riqiang (CR), 61, dideportasi dan ditangkal dari Indonesia. CR masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) negara asalnya yakni Tiongkok.
Imigrasi Kelas I Non TPI Jakarta Pusat sepanjang periode tahun 2023 telah mendeportasi 80 warga negara asing. Di mana 53 karena overstay.
Enam Warga Negara Asing (WNA) yang terlibat dalam prostitusi online di Jakarta Barat terancam dideportasi oleh Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Non TPI setempat.
Kantor imigrasi Jakbar deportasi instruktur Yoga berkewarganegaraan India
Paspor elektronik polikarbonat sudah dikeluarkan lima Kantor Imigrasi, yakni Soekarno Hatta, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Jakarta Utara.
Merujuk data izin tinggal yang diperoleh pada 17 Mei 2024, terdapat 92 WN Australia yang tersebar pada 6 wilayah kerja Kantor Imigrasi Bandung
Desa Binaan Imigrasi adalah program kolaborasi antara Kantor Imigrasi dengan perangkat desa.
Dengan inovasi kerja sama ini, diharapkan memberikan kemudahan kepada masyarakat, selaku pemohon paspor
Tim yang bekerja selama 5 hari berhasil menjaring 27 WNA dengan tingkat pelanggaran yang variatif dan diduga bermasalah secara keimigrasian.
Sebanyak 438 visa olahraga telah dikeluarkan imigrasi untuk peserta Piala Dunia U-17 yang akan berlangsung di Jakarta, Bali, Solo, dan Surabaya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved