Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PENAMPUNGAN migran di Tijuana, kota yang berbatasan langsung dengan San Diego, California, bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan kedatangan migran jika Presiden AS Donald Trump melaksanakan rencana deportasi massalnya.
Menurut otoritas setempat, lebih dari 30 penampungan beroperasi di kota perbatasan Meksiko yang terletak di negara bagian Baja California ini. Para pekerja kemanusiaan yang diwawancarai CNN menyatakan kurangnya ruang, sumber daya, dan ketidakpastian menjadi tantangan utama bagi penampungan tersebut.
Direktur penampungan Jardin de las Mariposas, C Jamie Marín, mengatakan kepada CNN ada kekhawatiran deportasi massal yang mungkin dilakukan Trump dapat memicu krisis kemanusiaan terkait layanan untuk migran yang menuju ke Amerika Serikat dan mereka yang dideportasi. “Ada kegelisahan kolektif… terkait keputusan yang diambil oleh pemerintahan Presiden Trump,” kata Marín.
“Masalah terbesar (bagi penampungan) adalah tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Saya sedang mempersiapkan diri secara mental,” ujar Pat Murphy, yang mengelola penampungan Casa del Migrante, kepada CNN minggu lalu sebelum pelantikan Trump.
Kekhawatiran mereka berakar pada janji Trump untuk melakukan deportasi massal setelah menjabat.
Dalam pidato pelantikannya pada Senin, Trump kembali menegaskan komitmennya. “Kami akan memulai proses pemulangan jutaan alien kriminal kembali ke tempat asal mereka,” ucapnya di Gedung Capitol AS.
Untuk mengantisipasi kemungkinan lonjakan kedatangan migran, otoritas di Tijuana mendeklarasikan keadaan darurat minggu lalu.
Keadaan darurat ini adalah langkah administratif yang memungkinkan kota mengakses dana untuk menyewa ruang, membayar layanan hukum, personel, peralatan, dan perlengkapan, menurut pernyataan dari pemerintah kota yang dibagikan kepada CNN.
Namun, Wali Kota Tijuana, Ismael Burgueño Ruiz, mengatakan minggu lalu kota tersebut “tidak panik” dan menyebut langkah tersebut sebagai tindakan “pencegahan” jika Trump “benar-benar melakukan apa yang dia katakan.” Burgueño juga menyatakan bahwa kota telah mempersiapkan ruang jika terjadi lonjakan deportasi.
Meski begitu, Murphy, yang telah menjadi direktur Casa del Migrante sejak 2013, mengatakan masalah utama bukan hanya soal ruang. “Anda harus merawat mereka. Siapa yang akan mengorganisasi program dan pelatihan bagi para migran?” ujarnya, seraya menambahkan otoritas setempat seharusnya bekerja lebih dekat dengan penampungan untuk mengurangi potensi krisis.
Pekerja kemanusiaan lainnya setuju. “Bukan hanya tentang menyediakan tempat tidur dan makanan. Kita harus menciptakan ruang untuk membantu mereka secara psikologis dan spiritual,” kata Albertina Pauletti dari penampungan Madre Assunta kepada CNN.
Marín menambahkan penampungan membutuhkan “lebih banyak sumber daya ekonomi untuk makanan, layanan medis komprehensif” untuk membantu program “pemulangan sukarela ke tempat asal,” lebih banyak program yang mempromosikan integrasi dan martabat melalui pekerjaan, perhatian khusus untuk komunitas seksual yang beragam, serta lebih banyak layanan kesehatan mental.
Saat ini tidak jelas berapa jumlah migran yang berada di Tijuana. Data pemerintah menunjukkan dari Januari hingga Agustus 2024, lebih dari 30.000 migran berada di kota tersebut pada satu waktu tertentu. CNN telah menghubungi otoritas Meksiko untuk komentar lebih lanjut.
Pemerintah federal Meksiko juga tengah mempersiapkan potensi lonjakan migran dengan mengumumkan pembentukan penampungan baru di kota-kota perbatasan dan menangani “karavan migran.”
Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, pada 3 Januari menyatakan banyak migran memutuskan untuk kembali ke negara asal mereka “saat mereka masih berjalan,” seperti yang dilaporkan CNN sebelumnya.
Di tengah ketidakpastian yang terus meningkat, penampungan tetap berkomitmen pada misi mereka.
“Dengan kemungkinan deportasi massal, kami sedang mengerjakan proyek untuk membantu orang-orang ini secara psikologis dan spiritual. Bagi mereka yang ingin menjadi bagian dari komunitas Tijuana dan tidak ingin kembali ke tempat asal mereka,” ungkap Pauletti. (CNN/Z-3)
Greta Thunberg kembali ke Swedia setelah dideportasi dari Israel karena ikut misi kemanusiaan ke Gaza. Ia mengecam Israel atas dugaan kejahatan perang dan genosida.
KEMENTERIAN Luar Negeri Israel menyatakan aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg telah dideportasi dari negara tersebut, Selasa (10/6/2025).
Pemerintah Israel menyatakan seluruh penumpang kapal tersebut akan dikembalikan ke negara masing-masing.
PETUGAS imigrasi AS menahan dan kemudian mengizinkan keberangkatan sukarela Tiktoker paling populer di dunia, Khaby Lame.
Presiden AS Donald Trump sebut unjuk rasa imigrasi di LA sebagai aksi pemberontakan dan ancam deportasi massal. Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum kecam tindakan keras tersebut.
Mahkamah Agung AS mendukung langkah Donald Trump menghentikan program parole kemanusiaan yang dibuat era Joe Biden.
Operasi penangkapan massal yang dilakukan pemerintahan Trump juga telah menciptakan rasa takut di tengah komunitas imigran.
Pemerintah Indonesia terus melakukan pendampingan melalui perwakilan RI di Amerika Serikat dengan bantuan konsuler.
Gelombang unjuk rasa menentang razia imigrasi terus menyebar ke sejumlah kota besar di Amerika Serikat.
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
AKSI protes besar-besaran terkait penggerebekan imigrasi di Los Angeles menjadi ujian serius bagi kepemimpinan Gubernur California Gavin Newsom.
(KPK) mendalami peran Imigrasi dalam kasus dugaan pemerasan terhadap tenaga kerja asing (TKA) di Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved