Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
GENOSIDA sebagai salah satu kejahatan terberat dalam hukum internasional, tidak hanya menghancurkan kehidupan banyak orang, tetapi juga merusak tatanan kemanusiaan secara keseluruhan. Sebagai respons terhadap tindakan keji ini, masyarakat internasional telah menetapkan langkah-langkah hukum yang jelas untuk menghukum para pelaku genosida.
Konvensi Genosida, yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948, memberikan kerangka hukum yang tegas dalam upaya pencegahan dan penindakan terhadap kejahatan ini.
Berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB No. 96 (I) pada tahun 1946, genosida dipandang sebagai kejahatan internasional yang bertentangan dengan semangat dan tujuan PBB. Kejahatan ini mengakibatkan penderitaan luar biasa bagi umat manusia sepanjang sejarah, dan untuk itu, kerjasama internasional diperlukan guna menghindari bencana serupa.
PBB mengesahkan Konvensi Genosida pada 9 Desember 1948, yang mulai berlaku pada 12 Januari 1951. Konvensi ini menegaskan genosida, baik yang terjadi dalam masa damai maupun perang, adalah kejahatan yang harus dihukum dan dicegah oleh setiap negara.
Konvensi Genosida memberikan definisi jelas mengenai tindakan yang masuk dalam kategori genosida. Pasal II Konvensi ini menyebutkan genosida mencakup lima perbuatan utama yang dilakukan dengan tujuan untuk menghancurkan, baik sebagian atau keseluruhan, suatu kelompok nasional, etnis, ras, atau agama:
Tindak-tindak yang tercantum ini mencerminkan usaha sistematis untuk menghancurkan kelompok tertentu, yang bukan hanya fisik tetapi juga sosial dan budaya.
Berdasarkan Pasal III Konvensi Genosida, beberapa perbuatan terkait genosida dapat dihukum, antara lain:
Pelaku genosida, tanpa terkecuali, akan dihukum, baik mereka adalah penguasa negara, pejabat publik, maupun individu swasta. Pasal IV menegaskan siapa pun yang terlibat dalam genosida harus dihukum, dan ini termasuk orang-orang yang berkuasa yang bertanggung jawab atas tindakan genosida, serta mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kejahatan tersebut.
Konvensi Genosida juga mengharuskan setiap negara untuk memberlakukan hukum domestik yang sesuai guna mencegah dan menghukum genosida. Pasal V menyatakan setiap negara wajib untuk mengimplementasikan peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk memberikan hukuman yang efektif bagi para pelaku genosida.
Pengadilan internasional memiliki peran penting dalam menangani kejahatan ini. Pasal VI mengatur bahwa orang yang didakwa melakukan genosida akan diadili oleh pengadilan yang berwenang di negara yang wilayahnya perbuatan tersebut dilakukan, atau oleh pengadilan pidana internasional yang memiliki yurisdiksi atas negara-negara yang telah meratifikasi konvensi ini.
Genosida dan tindakan terkait tidak dapat dianggap sebagai kejahatan politik untuk tujuan ekstradisi, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal VII. Hal ini berarti bahwa pelaku genosida tidak dapat berlindung di balik alasan politik untuk menghindari ekstradisi. Setiap negara yang terlibat dalam Konvensi Genosida berjanji untuk mengabulkan permintaan ekstradisi berdasarkan hukum internasional yang berlaku.
Selain pengadilan nasional, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) berperan dalam menangani kasus-kasus genosida di tingkat global. Pasal VI Konvensi Genosida memberikan kesempatan untuk mengadili pelaku di pengadilan internasional jika negara yang bersangkutan tidak dapat atau tidak mau mengadili mereka. Hal ini memastikan bahwa pelaku genosida, di mana pun mereka berada, dapat dimintai pertanggungjawaban.
PBB juga memiliki kewajiban untuk mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap genosida melalui badan-badan yang berwenang. Pasal VIII Konvensi Genosida mengatur bahwa setiap negara kontraktor dapat meminta PBB untuk mengambil tindakan yang sesuai berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa guna mencegah dan menanggulangi tindakan genosida.
Konvensi Genosida adalah tonggak penting dalam usaha masyarakat internasional untuk mengakhiri praktik genosida dan memastikan bahwa pelaku kejahatan tersebut diadili secara adil. Dengan menetapkan hukuman yang jelas dan memberikan wewenang kepada pengadilan internasional, dunia berkomitmen untuk tidak membiarkan kejahatan semacam ini terulang.
Genosida adalah salah satu pelanggaran paling berat terhadap hak asasi manusia dan seluruh dunia memiliki tanggung jawab moral dan hukum untuk mencegah serta menindak pelakunya. (United Nation/Z-3)
Sedikitnya 56.500 warga Palestina telah kehilangan nyawa akibat agresi militer Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023.
Greta Thunberg kembali ke Swedia setelah dideportasi dari Israel karena ikut misi kemanusiaan ke Gaza. Ia mengecam Israel atas dugaan kejahatan perang dan genosida.
ISRAEL melakukan tindakan genosida terhadap warga Palestina dengan secara sistematis menghancurkan fasilitas fertilitas dan menggunakan kekerasan seksual sebagai strategi perang.
Palestina memperingatkan upaya pembersihan etnis yang sedang dilakukan Israel di wilayah utara Tepi Barat.
Ia menambahkan bahwa korban tewas termasuk 17.881 anak-anak, di antaranya 214 bayi yang baru lahir. Lebih dari 38.000 anak Palestina menjadi yatim piatu akibat perang Israel.
SEMBILAN negara mengumumkan pembentukan The Hague Group untuk mengoordinasikan langkah-langkah hukum, diplomatik, dan ekonomi terhadap pelanggaran hukum internasional oleh Israel.
Kehadiran di kantor PBB sejalan dengan inisiatif Jakarta sebagai Asean Hub, yang mendorong posisi Jakarta sebagai pusat kerja sama dan inovasi kawasan Asean.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mendapat undangan PBB hadiri HLPF 2025 di New York. Tegaskan peran Jakarta sebagai kota global.
PBB memperingatkan kesenjangan imunisasi semakin melebar, karena maraknya misinformasi dan pemangkasan drastis bantuan internasional.
PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa kelangkaan bahan bakar di Jalur Gaza akibat blokade Israel semakin mendekati titik krisis.
SEDIKITNYA 798 warga Palestina tewas oleh pasukan militer Israel selagi mereka mengakses bantuan kemanusiaan di Gaza sejak akhir Mei 2025.
LAPORAN baru dari Israel menuduh Hamas menggunakan kekerasan seksual sebagai senjata perang selama serangan 7 Oktober. Namun, seorang pejabat tinggi PBB membantahnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved