Paus Fransiskus Desak Penyelidikan Genosida Israel di Gaza

Ferdian Ananda Majni
18/11/2024 07:43
Paus Fransiskus Desak Penyelidikan Genosida Israel di Gaza
Paus Fransiskus.(MEE)

PAUS Fransiskus secara terbuka mengangkat isu genosida di Gaza untuk pertama kali. Dalam buku terbarunya yang akan terbit, Harapan Tidak Pernah Mengecewakan: Peziarah Menuju Dunia yang Lebih Baik, dia mendesak penyelidikan mendalam untuk menentukan tindakan Israel di Gaza memenuhi definisi genosida atau tidak.

"Menurut beberapa ahli, yang terjadi di Gaza memiliki karakteristik genosida," kata Paus dalam kutipan yang diterbitkan oleh harian Italia La Stampa. "Kita harus menyelidikinya secara hati-hati untuk menentukan apakah hal tersebut sesuai dengan definisi teknis yang dirumuskan oleh para ahli hukum dan badan internasional," tambahnya.

Buku yang ditulis oleh Hernan Reyes Alcaide dan berdasarkan wawancara dengan Paus ini akan dirilis pada Selasa menjelang perayaan tahunan Paus di 2025 dan diperkirakan akan membawa lebih dari 30 juta peziarah ke Roma untuk merayakannya.

Paus asal Argentina ini sering mengecam jatuhnya banyak korban perang Israel di Gaza. Saat ini jumlah korban tewas mencapai 43.846 orang, sebagian besar dari mereka ialah warga sipil, menurut Kementerian Kesehatan wilayah tersebut.

Namun seruannya untuk melakukan penyelidikan menandai pertama kali ia secara terbuka menggunakan istilah genosida dalam konteks serangan militer Israel di Gaza.

Kedutaan Besar Israel untuk Vatikan menanggapinya dengan postingan di X mengutip Duta Besar Israel Yaron Sideman. "Terjadi pembantaian genosida terhadap warga Israel pada 7 Oktober 2023 dan sejak itu Israel menggunakan hak pembelaan diri terhadap tujuh pihak berbeda untuk membunuh warganya," kata pernyataan itu. Tujuh pihak itu mengacu kepada Jalur Gaza, Libanon, Suriah, Tepi Barat, Irak, Yaman, dan Iran.

Namun para pegiat dan pendukung Palestina menjuluki serangan Israel sebagai perang balas dendam yang telah menyebabkan Jalur Gaza hancur.

Meningkatkan kritik

Perang di Gaza telah memicu beberapa kasus hukum di pengadilan internasional di Den Haag yang melibatkan permintaan surat perintah penangkapan serta tuduhan dan penolakan atas kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida.

Pada Kamis, Komite Khusus PBB menilai tindakan perang Israel di Gaza konsisten dengan karakteristik genosida dan menuduh negara tersebut menggunakan kelaparan sebagai metode perang.

Kesimpulan yang diambil telah dikecam oleh pendukung utama Israel, Amerika Serikat

Afrika Selatan membawa kasus genosida ke Mahkamah Internasional dengan dukungan beberapa negara, termasuk Turki, Spanyol, dan Meksiko. 

Pada Januari, hakim di pengadilan memerintahkan Israel untuk memastikan pasukannya tidak melakukan tindakan genosida. Pengadilan belum memutuskan inti kasusnya yakni genosida telah terjadi di Gaza atau tidak.

Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang beranggotakan 1,4 miliar orang, biasanya berhati-hati untuk tidak memihak dalam konflik internasional dan menekankan deeskalasi. Namun dia telah meningkatkan kritiknya terhadap perilaku Israel dalam perang melawan Palestina.

Pada September, ia mengecam pembunuhan anak-anak Palestina dalam serangan Israel di Gaza. Dia juga dengan kritis mengkritik serangan udara Israel di Libanon sebagai tindakan yang melampaui moralitas.

Paus Fransiskus belum pernah menggambarkan situasi di Gaza sebagai genosida di depan umum. Namun tahun lalu, ia menjadi pusat perselisihan setelah pertemuan dengan sekelompok warga Palestina di Vatikan, yang bersikeras bahwa ia telah menggunakan kata tersebut kepada mereka secara pribadi, sementara Vatikan mengatakan bahwa ia tidak melakukannya.

Paus Fransiskus juga kerap menyerukan pengembalian tawanan Israel yang ditangkap Hamas pada 7 Oktober 2023. Dari 251 orang yang ditangkap hari itu, 97 orang masih ditahan di wilayah Palestina, termasuk 34 orang yang menurut tentara Israel tewas.

Pada Kamis, Paus menerima 16 mantan tawanan yang dibebaskan setelah berbulan-bulan ditahan di Gaza. (Al Jazeera/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya