Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Kru Al Jazeera Meninggal di Gaza, Genosida Paling Mematikan bagi Jurnalis

Ferdian Ananda Majni
12/8/2025 11:57
Kru Al Jazeera Meninggal di Gaza, Genosida Paling Mematikan bagi Jurnalis
Istri dari Jurnalis Al Jazeera Hamza Wael Dahdouh yang tewas di Gaza(Photo by Mohammed ABED / AFP)

MILITER Israel dilaporkan telah membunuh hampir 270 jurnalis sejak melancarkan serangan ke Jalur Gaza pada Oktober 2023. Serangan terbaru terjadi pada Minggu (10/8) malam waktu setempat, ketika pesawat tempur Israel menghantam area dekat Rumah Sakit Al-Shifa, Kota Gaza, menewaskan lima kru liputan Al Jazeera.

Serangan tersebut juga menewaskan dua warga sipil lain, sehingga total korban meninggal menjadi tujuh orang. Al Jazeera mengonfirmasi korban termasuk koresponden Anas Al-Sharif, Mohammed Qreiqeh, kamerawan Ibrahim Zaher, Moamen Aliwa, dan asisten Mohammed Noufal. 

Media asal Qatar itu menuding insiden ini sebagai pembunuhan terencana terhadap jurnalis yang bertugas, menjelang rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengambil alih penuh wilayah Gaza.

Al Jazeera menekankan bahwa Anas Al-Sharif merupakan salah satu dari sedikit jurnalis yang masih berada di Gaza setelah Israel melarang masuknya jurnalis asing. 

Data Shireen, lembaga pemantau pelanggaran HAM di Palestina, mencatat Israel telah membunuh 269 jurnalis dan pekerja media sejak Oktober 2023, dengan rata-rata 13 jurnalis tewas setiap bulan di Gaza.

Riset dari Costs of War Universitas Brown menyebut, pembunuhan jurnalis di Gaza menjadi yang paling mematikan dibandingkan konflik besar abad ke-20, bahkan melampaui total korban jurnalis di Perang Dunia I dan II, Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Yugoslavia dan Perang Afghanistan jika digabungkan.

Israel mengakui telah menargetkan Anas Al-Sharif, menuduhnya bekerja untuk Hamas. Namun, berbagai organisasi kebebasan pers menegaskan Israel kerap menargetkan jurnalis tanpa bukti keterlibatan dengan kelompok tersebut. 

"Rutinitasnya sehari-hari adalah berdiri di depan kamera sejak pagi hingga malam," kata analis di European Council on Foreign Relations Muhammad Shehada, dikutip Al Jazeera (12/8).

CEO Committee to Protect Journalists (CPJ), Jodie Ginsberg menilai Israel kini secara terang-terangan membunuh jurnalis karena merasa kebal hukum. 

"Mereka pada dasarnya mengakui ke publik sesuatu yang setara kejahatan perang (pembunuhan jurnalis). Dan mereka bisa melakukan itu karena tidak ada serangan terhadap jurnalis yang menuai konsekuensi," sebutnya kepada Associated Press.

"Tidak mengejutkan bahwa mereka bisa bertindak dengan level impunitas seperti ini karena tidak ada pemerintah internasional yang benar-benar menanggapinya," pungkasnya. (H-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya