Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
QATAR, Jumat (11/10), menuntut penyelidikan internasional segera atas penargetan Israel terhadap misi penjaga perdamaian PBB di Libanon (UNIFIL).
Kementerian Luar Negeri Qatar mengecam, 'Serangan yang menargetkan Pasukan Sementara PBB di Libanon (UNIFIL), yang menimbulkan korban luka di kalangan personelnya."
Disebutkan pula bahwa serangan terhadap UNIFIL merupakan, "Pelanggaran terang-terangan terhadap ketentuan hukum kemanusiaan internasional dan Resolusi Dewan Keamanan No. 1701."
Baca juga : Israel semakin Kejam, Spanyol Desak Penghentian Ekspor Senjata
Resolusi tersebut menuntut penghentian konflik antara Libanon dan Israel secara menyeluruh serta pembentukan zona demiliterisasi di antara Garis Biru -- batas antara Libanon dan Israel -- dan Sungai Litani, yang hanya mengizinkan kepemilikan senjata dan peralatan militer bagi pasukan Libanon dan UNIFIL di area tersebut.
Kementerian mendesak komunitas internasional untuk melakukan, "Tindakan tegas guna memaksa pendudukan Israel agar segera menghentikan serangan agresif mereka dan pelanggaran berulang terhadap hukum internasional."
Pada Jumat (11/10) pagi, militer Israel menembaki sebuah pos pemantauan milik pasukan penjaga perdamaian PBB di markas besarnya di Naqoura, Libanon selatan. Akibatnya, dua pasukan penjaga perdamaian dari kontingen Sri Lanka terluka, menurut Kantor Berita Nasional Libanon.
Baca juga : Qatar: Serangan Israel ke UNIFIL Langgar Hukum Internasional
Dua pasukan penjaga perdamaian lainnya, yang berasal dari Indonesia, juga mengalami hal serupa pada Kamis (10/10).
Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di seluruh Libanon terhadap apa yang diklaim tetapi tanpa bukti transparan ke publik sebagai target Hizbullah sejak 23 September. Sedikitnya 1.351 orang tewas dan lebih dari 3.800 lainnya terluka serta 1,2 juta orang mengungsi akibat serangan rezim tersebut.
Serangan udara tersebut merupakan eskalasi dari perang lintas batas selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak terjadinya ofensif di Jalur Gaza, ketika kelompok Palestina Hamas meluncurkan serangan tahun lalu.
Hingga kini, lebih dari 42.100 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan tersebut.
Kendati terdapat peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang kawasan di tengah serangan gencar Israel terhadap Gaza dan Lebanon, Israel memperluas konflik dengan melakukan serangan darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober. (Ant/Z-1)
Pada Selasa (19/8), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Presiden Prancis Emmanuel Macron mendorong antisemitisme.
PROPOSAL gencatan senjata Jalur Gaza, Palestina, disetujui Hamas. Para mediator menunggu tanggapan Israel atas rencana gencatan senjata tersebut.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuduh Perdana Menteri Australia Anthony Albanese “mengkhianati Israel” dengan pengakuan negara Palestina.
Qatar dan Mesir telah menerima persetujuan Hamas atas usulan gencatan senjata di Jalur Gaza.
PRESIDEN Palestina Mahmoud Abbas menandatangani dekret yang membentuk komite penyusun konstitusi sementara sebagai langkah awal transisi menuju status negara penuh.
MENTERI Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty pada Senin (18/8) menegaskan penolakannya terhadap pernyataan resmi Israel terkait konsep Israel Raya
SEDIKITNYA enam orang tewas dan 10 lainnya terluka pada Kamis (7/8) akibat serangan pesawat nirawak Israel di Libanon timur.
PEMERINTAH Libanon dijadwalkan kembali menggelar rapat pada Kamis (7/8) waktu setempat untuk membahas langkah sensitif terkait pelucutan senjata Hizbullah.
ISRAEL melancarkan serangkaian serangan udara di Nabatieh di Libanon selatan pada Kamis malam (3/7).
PEMERINTAH Israel menyatakan kesediaannya untuk menjajaki perdamaian dengan Suriah.
Houthi mengumumkan telah meluncurkan rudal balistik Zulfiqar yang menargetkan sebuah lokasi "sensitif" di Israel selatan. Serangan itu diklaim telah berhasil mengenai sasarannya.
SEKRETARIS Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, menyatakan pada Sabtu (28/6) bahwa kelompoknya tidak akan meletakkan senjata selama Israel terus melakukan serangan di Libanon selatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved