Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Perayaan Maulid Nabi di Mekah Zaman Dulu

Wisnu Arto Subari
18/9/2024 22:42
Perayaan Maulid Nabi di Mekah Zaman Dulu
Memperingati Maulid Nabi, warga di Padang Panjang menggelar pawai obor.(MI/Yose Hendra)

MAULID Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam ternyata sejak dulu dirayakan oleh penduduk kota suci Mekah dan Madinah. Bahkan tradisi itu berjalan hingga ratusan tahun dan disaksikan mayoritas ulama otoritatif di seluruh dunia Islam.

Namun sekitar satu abad, perayaan Maulid Nabi SAW tidak lagi dilakukan secara besar-besaran, karena ada larangan dari sebagian ulama. Apa benar penduduk Mekah dan Madinah dahulu merayakan Maulid Nabi SAW?

Nah, ini ada bukti autentik dari para ulama terdahulu di masanya yang menyaksikan dan memuji perayaan Maulid Nabi SAW. Berikut uraiannya sebagaimana dilansir Rabithah Alawiyah.

Baca juga : Ibnul Jauzi Saksikan Penduduk Mekah Madinah Rayakan Maulid Nabi

1. Maulid Nabi pada abad ke-6 H.

Berikut keterangan Ibnu Jubair Al-Andalusi RA (wafat 540 H) dalam kitab Rihlah Ibnu Jubair Al-Andalusi halaman 82 cetakan Darul Maktabah Al-Hilal Beirut.

"Tempat yang penuh berkah ini (yakni kediaman Nabi SAW) dibuka, lalu semua orang masuk untuk bertabaruk dengannya pada bulan Rabiul Awal, pada hari Senin di bulan itu. Sebab itu ialah bulan kelahiran Nabi SAW. Pada hari yang disebutkan bahwa Nabi SAW dilahirkan di dalamnya, semua tempat-tempat suci tersebut dibuka. Hari ini senantiasa menjadi hari besar di Mekah."

2. Maulid Nabi di Mekah dan Madinah.

Berikut keterangan Imam Al-Muhadits Abul Faraj Abdurahman bin Ali bin Muhammad yang dikenal dengan Ibnul Jauzi (wafat 597) dalam kitabnya Bayan Al-Maulid Asy-Syarif.

Baca juga : 12 Tradisi Acara Maulid Nabi di Nusantara

"Para penduduk Mekah dan Madinah (dua tanah haram) yang mulia, Mesir, Yaman, Syam, dan negeri-negeri Arab di timur dan barat senantiasa merayakan majelis Maulid Nabi SAW. Mereka berbahagia atas kedatangan permulaan bulan Rabiul Awal dan memberikan perhatian besar untuk mendengarkan serta membaca kisah maulid Nabi SAW. Dengan demikian mereka meraih pahala yang besar dan keberuntungan yang agung."

3. Maulid Nabi menjadi Hari Libur di abad ke-7.

Berikut keterangan Imam Al-Muhadits, Al-Faqir Abul Abbas Al-Azafi (wafat 633), dalam kitab Waraqat fi Hadharatil Mariniyin karya Muhammad Al-Manuni Halaman 517-518.

"Sungguh hari kelahiran Nabi dijadikan hari libur umum di Kota Mekah Al-Mukaramah. Di hari itu Kakbah yang mulia dibuka untuk dikunjungi para peziarah."

Baca juga : Ditanya tentang Hukum Maulid Nabi, Imam As-Sakhawi Jawab Begini

4. Pintu Kakbah dibuka pada Hari Maulid Nabi di abad ke-8.

Berikut keterangan Ar-Rahhalah, Al-Muarikh Muhammad bin Abdulllah bin Muhammad Al-Lawati, At-Thonji dikenal dengan Ibnu Bathuthah (wafat 779 H) dalam kitabnya Rihlah Ibnu Bathuthah yang dinamakan Tuhfatun Nuzhar fi Gharaibil Amshar wa Ajaibil Asfar juz 1 halaman 101.

"Pintu Kakbah yang diagungkan itu di sisi antara Hajar Aswad dan Rukun Iraqi. Pintu mulia itu dibuka setiap hari Jumat setelah salat dan dibuka pula pada Hari Kelahiran Nabi SAW."

Baca juga: Urutan 30 Surat Juz Amma Lengkap Arab, Latin, dan Arti

5. Perayaan Maulid di Mekkah pada abad ke-8 dan ke-9.

Berikut kesaksian Al-Hafidz Ibnu Al-Jazari (751-822 H) dalam kitab Arfut Ta'rif bil Maulid Syarif halaman 23.

"Tempat kelahiran beliau SAW berada di Syi'ib. Itu merupakan tempat yang sudah terkenal luas di kalangan penduduk Mekah. Penduduk Mekah setiap tahun di hari lahir Nabi SAW keluar dan merayakannya lebih meriah dari hari raya. Ini terjadi sampai saat ini."

"Aku telah menziarahinya dan mengambil berkah di tahun ketika aku naik haji pada 792 H dan aku melihat keberkahannya yang agung. Kemudian aku kembali menziarahinya di masa mukimku pada 823 H dan bangunan itu telah rusak, kemudian aku perbaiki. Kitabku At-Ta'rif Bimaulidisy Syarif dibacakan di hadapanku dan didengar oleh banyak orang yang tak terhitung. Itu hari yang sangat istimewa."

Baca juga : Pandangan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani tentang Hukum Maulid Nabi

6. Penduduk Mekah menghadiri majelis Maulid Nabi pada abad ke-9.

Berikut catatan Imam Al-Muhadits Al-Muarikh Syamsuddin As-Sakhawi (wafat 902 H) sebagaimana dinukil dalam Maurid Ar-Rawi fi Maulid An-Nabi wa Nasabihi Ath-Thahir karya Al-Faqih Mula Ali Qari (wafat 1014 H) halaman 15.

"Para penduduk Mekah merupakan sumber kebaikan dan keberkahan. Mereka pergi menuju tempat yang sudah tersiar luas kabarnya di antara orang-orang bahwa itu merupakan tempat kelahiran Nabi SAW, yaitu di Suqul Lail. Setiap dari mereka memiliki harapan meraih hajat yang diinginkan. Perhatian mereka melebihi Hari Raya, sehingga hanya sedikit yang tidak ikut, baik dari kalangan orang yang saleh maupun yang tidak saleh, orang miskin maupun yang makmur, terlebih Syarif Penguasa Hijaz tanpa keraguan dan tanpa hijab, Hakim Hijaz dan ulamanya Al-Burhani As-Syafii."

Baca juga: 37 Surat dalam Juz Amma dengan Bahasa Arab, Latin, dan Terjemahan

7. Perayaan Maulid Nabi tradisi Mekah pada abad ke-10.

Berikut perkataan Imam Jamaluddin Jarullah Ibnu Dzhahirah Al-Qurasyi Al-Makhzumi (wafat 986 H) mengatakan dalam kitab Al-Jami Al-Lathif Fi Fadhli Makkah wa Ahliha wa Binail Bait Asy-Syarif halaman 201-202 terbitan Dar Ihayil Kutub Arabiyah.

"Tradisi yang berlaku di Mekah di malam ke-12 Rabiul Awal setiap tahun yaitu Qadhi Mekah As-Syafii bersiap untuk menziarahi tempat mulia ini setelah salat Maghrib dalam perkumpulan besar, termasuk tiga qadhi, para tokoh fikih, dan pembesar, serta pemilik rumah dengan membawa banyak obor, lilin besar, serta kerumunan orang banyak."

Baca juga: Masuk Surga, Muthiah Pegang Tali Kendaraan Fatimah

8. Perayaan Maulid di tempat lahir Nabi SAW pada abad ke-10.

Berikut keterangan Imam Allamah Quthbuddin An-Nahrawali Al-Hanafi (wafat 988 H) dalam kitab Al-I'lam bi A'lami Baitillah Al-Haram Fi Tarikhi Mekah Al-Musyarrafah halaman 355 dan 356 terbitan Maktabah Ilmiyah di Mekah Mukaramah.

"Tempat kelahiran Nabi SAW dikunjungi pada malam ke-12 Rabiul Awal setiap tahun. Para tokoh fikih dan pembesar berkumpul bersama pengurus Masjidil Haram dan empat qadhi Mekah Al-Musyarrafah setelah saalat Maghrib dengan membawa banyak lilin, petasan, obor, dan lampu. Semua masyayikh bersama dengan rombongannya dengan banyak panji. Mereka keluar menuju masjid ke Suqul Lail dan berjalan di sana menuju tempat kelahiran Nabi dengan berdesakan."

Baca juga: Biodata Nabi Muhammad SAW, Perjalanan Kehidupan, Keluarga, Sifat Fisik

"Salah seorang menyampaikan khutbah dan mendoakan kerajaan yang mulia. Kemudian mereka kembali ke Masjidil Haram dan duduk bershaf-shaf di tengah masjid dari arah Bab Asyarif di belakang maqam Syafiiyah. Kepala zamzam berdiri hadapan nadzir Haram Asyyarif dan para qadhi. Berdoa untuk sultan dan nadzir memakaikan pakaian."

"Kemudian azan salat Isya dikumandangkan. Para jemaah melakukan salat sesuai kebiasaannya. Lalu para ahli fikih bersama pelayan Haram berjalan menuju pintu keluar di masjid dan saling berpisah."

Ini termasuk perayaan terbesar yang dilakukan pelayan Haram yang mulia di Mekah Musyarafah. Orang-orang berdatangan dari dusun dan kota, penduduk Jeddah, dan peduduk lembah-lembah di malam itu, serta berbahagia di malam itu."

Baca juga: 12 Peristiwa sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW

9. Perayaan Maulid Nabi SAW di Mekah pada abad ke-12.

Berikut keterangan Musnid Al Hindi, Imam Muhaddits Syah Waliyullah Ad-Dahlawi (wafat 1114) dalam kitab Fuyudhul Haramain halaman 80 dan 81 cetakan Maktabah Al Quran, Karachi, Pakistan.

"Sebelum itu, aku berada di Mekah yang agung di tempat kelahiran Nabi pada hari kelahirannya. Orang-orang berselawat kepada Nabi SAW dan menceritakan irhasyat (keajaiban sebelum Nabi SAW diutus) yang tampak saat kelahiran beliau serta peristiwa-peristiwa sebelum beliau diutus. Aku melihat cahaya-cahaya bersinar dalam satu hentakan. Aku tidak mengatakan aku melihatnya dengan pandangan fisik, tidak pula aku katakan aku melihatnya dengan pandangan ruh saja."

"Hanya Allah yang tahu bagaimana yang benar antara ini dan itu. Aku merenungkan cahaya-cahaya itu dan aku dapati cahaya itu berasal dari malaikat yang ditugaskan untuk menyaksikan hal-hal seperti ini dan kepada majelis-majelis seperti ini. Aku melihat cahaya para malaikat itu bercampur degan cahaya rahmat."

Baca juga: Nabi Muhammad Jawab Aisyah tentang Istri yang paling Dicintai

10. Perayaan Maulid di Mekah dalam media cetak pada abad ke-14.

Berikut keterangan tertulis dari media cetak Al-Qiblah Rabiul Awwal Tahun 1335 H.

"Di rumah tempat lahir beliau yang mulia, dibacakan manaqib Nabi dan sejarah Ahmad. Kekhusyuan menguasai hati karena kemuliaan peristiwa itu dan kemuliaan hari itu dibandingkan hari-hari lain."

Itulah tradisi penduduk Mekah dan Madinah dalam menyambut kelahiran Nabi SAW di bulan Rabiul Awal. Keadaan ini masih bisa kita lihat di negeri-negeri Islam lain seperti Indonesia. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya