Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Masuk Surga, Muthi'ah Pegang Tali Kendaraan Fatimah

Wisnu Arto Subari
12/9/2024 20:23
Masuk Surga, Muthi'ah Pegang Tali Kendaraan Fatimah
Ilustrasi.(Freepik)

PADA kisah hikmah kali ini, Nabi Muhammad SAW menceritakan seorang perempuan yang bakal memegang tali kendaraan Siti Fatimah RA di surga. Perempuan istimewa ini ternyata memang memiliki amal ibadah yang luar biasa.

"Wahai Fatimah, maukah aku kasih tahu kamu siapa perempuan yang memegang tali kendaraanmu di surga?" tanya Rasulullah SAW. 

Siti Fatimah berkata, "Siapa wahai ayahku?" Rasulullah menjawab, "Namanya Muthi'ah. Coba kamu pergi ke rumahnya ada di ujung sana. Kamu cari tahu amal yang dia lakukan sehingga nanti dia bakal masuk surga memegang tali kendaraan kamu."

Baca juga : Biodata Nabi Muhammad SAW, Perjalanan Kehidupan, Keluarga, Sifat Fisik

Fatimah bergegas menggandeng Hasan yang masih kecil. Terngiang di telinganya pesan sang ayahanda, Rasulullah SAW untuk menemui seorang muslimah berakhlak mulia dan meneladaninya. 

Tak sabar rasanya Fatimah untuk segera mengetahui tentang wanita bernama Siti Muthi'ah tersebut. Sesampainya di depan pintu rumah yang dimaksud, Fatimah mengucapkan salam.

Tidak dibuka pintu dan dari dalam dijawab, "Wa alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, siapa?" Fatimah menjawab, "Aku Fatimah binti Rasulullah." 

Baca juga : 12 Peristiwa sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Tak lama kemudian si pemilik rumah datang membuka pintu. Hatinya sangat heran bercampur senang karena tak menyangka yang bertamu ialah putri Rasulullah.

Setelah mengutarakan maksud kedatangannya, Muthi'ah malah berkata, "Sungguh bahagia aku menyambut kedatanganmu Fatimah. Namun, maafkanlah aku karena aku hanya dapat menerima kedatanganmu di rumah. Sesungguhnya suamiku mengamanatkan padaku untuk tidak menerima tamu lelaki di rumahku." 

Fatimah tersenyum, "Wahai Muthi'ah, ini Hasan anakku dan dia masih kecil." Muthi'ah menjawab, "Sekali lagi maafkan aku Fatimah, meskipun ia masih kecil tetapi ia lelaki."

Baca juga : Nabi Muhammad Jawab Aisyah tentang Istri yang paling Dicintai

Namun ia kembali bertanya dengan keheranan kepada Fatimah, "Apakah engkau tengah bercanda Fatimah? Keutamaan seperti apa yang kumiliki? Aku hanyalah perempuan biasa saja." Muthi'ah kemudian tampak berpikir keras.

Sementara itu, tak sengaja pandangan Fatimah menyapu ruangan yang sederhana tersebut. Terlihat olehnya lap, gunting, dan cambuk. Ia pun segera bertanya kepada Muthi'ah, "Untuk apa benda-benda itu?"

"Sungguh aku tidak dapat melanggar amanat suamiku," jawab Muthi'ah. Mendengar jawaban itu, Fatimah mulai merasakan kemuliaan akhlak Muthi'ah dan semakin ingin mengetahui lebih jauh keutamaan akhlak wanita tersebut. 

Baca juga : Kisah Nabi Syam'un Samson Al-Ghazi dan Lailatul Qadar

Akhirnya Fatimah pun pamit untuk sejenak mengantarkan Hasan pulang. Tak lama kemudian, Fatimah sendiri kembali tiba di rumah Muthi'ah dan segera disambut dengan gembira. 

Setibanya di dalam rumah, Muthi'ah dengan berbinar-binar menanyakan penyebab kedatangan Fatimah. Fatimah menjelaskan bahwa ia datang karena perintah ayahnya, Rasulullah SAW untuk meneladani akhlak Muthi'ah. Hati Muthi'ah pun segera ditutupi luapan kebahagiaan karena pujian dari Rasulullah tentu tak ada bandingannya.

Wajah Muthi'ah merona merah mengingat pertanyaan Fatimah sebelumnya. "Untuk apa kau tanyakan itu Fatimah. Aku jadi malu." 

Namun Fatimah mendesak, "Katakanlah kepadaku Muthi'ah, mungkin benda-benda itulah yang membuat ayahku mengabarkan kepadaku tentang kemuliaanmu." 

Muthi'ah pun bercerita. "Suamiku setiap hari bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami. Karena itu, aku sangat menyayangi dan menghormatinya."

"Begitu ia pulang dari bekerja, aku akan cepat cepat menyambutnya dan mengelap keringatnya dengan handuk ini. Karena keringat itulah yang jatuh untuk mencari nafkah untuk menghidupi aku dan anak-anakku." Inilah pesona yang hanya mampu dipahami oleh seorang muslimah sejati yang mengukur segala tindakan dengan skala iman. 

Fatimah masih penasaran. "Lalu, cambuk ini untuk apa?" Muthi'ah melanjutkan, "Ketika suamiku aku sediakan makan dan ketika habis makan, aku kasih cambuk dan berkata, 'Wahai suamiku kalau makanan ini tidak enak, aku rela, aku rida, engkau cambuk agar jadi pelajaran bagiku biar besok bisa masak lebih enak lagi." 

"Lalu apakah suamimu sering mencambukmu?" tanya Fatimah. 

"Tidak, tidak pernah, yang selalu terjadi adalah dia menarik tubuhku dan memelukku penuh kasih sayang."

Mendengar semua penjelasan tersebut, Fatimah terperangah. Sungguh, tak berlebihan kiranya Rasulullah SAW menyuruhnya mendatangi rumah Muthi'ah. Pesona akhlaknya sungguh luar biasa. 

Lalu Fatimah bertanya lagi. "Terus, gunting ini untuk apa wahai Muthi'ah?" 

Dijawab oleh Muthi'ah, "Sebelum tidur, aku kasih gunting kepada suamiku dan aku bilang, 'Wahai suamiku, apabila dari tadi pagi sampai sekarang ada kata-kataku yang menyakiti perasaanmu, aku rela, aku rida, engkau potong lidahku."

Kini Fatimah Az-Zahra paham penyebab Muthi'ah punya kedudukan yang tinggi hingga sang ayah menyuruhnya datang ke rumah Muthi'ah. Pesona akhlaknya sungguh luar biasa hingga sang suami rida terhadapnya. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya