Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
GELOMBANG demonstrasi mahasiswa pro-Palestina meluas di Amerika Serikat (AS). Aksi ini menuntut pemutusan kerja sama perguruan tinggi dengan perusahaan yang terafiliasi dengan Israel, serta meminta negeri zionis itu menghentikan kekerasan di Jalur Gaza.
“Selama 201 hari, dunia menyaksikan dalam diam ketika Israel telah membunuh lebih dari 30 ribu warga Palestina. Hari ini, (Kamis 24/4), mahasiswa Universitas California bergabung dengan mahasiswa di seluruh negeri dalam menuntut agar universitas-universitas kita melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang mengambil keuntungan dari pendudukan, apartheid dan genosida di Palestina,” kata pernyataan resmi penyelenggara aksi pro-Palestina di Universitas California, Los Angeles, AS.
Sedikitnya 200 ribu pengunjuk rasa ditangkap di berbagai kampus di Los Angeles, Boston, Austin, hingga Texas pada Rabu dan Kamis (24/4). Unjuk rasa yang awalnya muncul di Universitas Columbia, New York, dua pekan lalu ini menyebar ke sejumlah kampus di beberapa negara bagian AS, termasuk pula ke negara-negara Barat, seperti Prancis, Inggris, Yunani, Australia, Kanada, Italia, Belgia dan Spanyol.
Baca juga : Presiden AS Joe Biden Dukung Kebebasan Berekspresi di Kampus-Kampus
Akibat besarnya gelombang aksi ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merasa terganggu dan meminta pemerintah AS menghentikannya. Presiden AS Joe Biden menolak secara terbuka permintaan Netanyahu tersebut dengan dalih negaranya mendukung penyampaian berpendapat dan kebebasan berekspresi. Dia juga mewanti-wanti kelompok mahasiswa pro-Palestina tidak melakukan tindakan yang menjurus pada anti-semit dan bertindak melawan hukum yang berlaku.
Pesan ini dikuatkan pihak Gedung Putih yang menyatakan Biden mendukung kebebasan berekspresi di kampus-kampus AS. Gelombang aksi ini juga diikuti kelompok mahasiswa Yahudi yang berasal dari organisasi Jewish Voice for Peace.
Dalam demonstrasi mahasiswa pro-Palestina di Universitas Southern California dan di Texas sempat terjadi kericuhan setelah 100 pengunjuk rasa ditangkap polisi antihuru-hara, Rabu (24/4). Pemimpin senior Partai Republik Mike Johnson mengatakan gelombang aksi ini mengingatkannya pada tragedi Garda Nasional pada 1970.
Baca juga : Joe Biden Ungkap Borok Benjamin Netanyahu dan Desak Israel Setujui Gencatan Senjata
Kala itu, masyarakat ‘Negeri Paman Sam’ turun ke jalan seusai terjadi pembunuhan mahasiswa yang tidak bersenjata oleh Garda Nasional dalam aksi protes menolak invasi AS di Vietnam. Selain ditangkap, ada puluhan mahasiswa yang mengikuti aksi ini dijatuhi sanksi skors oleh kampus mereka hingga terdapat laporan mahasiswa yang diracun.
Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Faris Al-Fadhat menilai gelombang demonstrasi mahasiswa ini menunjukkan bahwa agresi Israel terhadap warga Palestina melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Sekaligus juga mengkritisi hukum internasional dan para petinggi negara di dunia yang tidak berdaya mengatasi kebiadaban Israel.
“Kelompok mahasiswa sadar bahwa rakyat Palestina mengalami ketidakadilan, tertindas, dan tidak memiliki kemampuan membela diri. Energi yang datang dari gelombang aksi yang terus meluas, termasuk di Spanyol yang saya lihat sendiri hari ini, menjadi penguat dukungan global atas negara Palestina, sekaligus menuntut pertanggungjawaban Israel,” katanya saat dihubungi Media Indonesia, Jumat (26/4).
Baca juga : AS: Serangan Israel ke Rafah Merupakan Kesalahan
Terpisah, Pakar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menambahkan peserta demonstrasi ini mengedepankan idealisme, bukan kepentingan. Mereka melihat serangan Israel di Gaza merupakan masalah kemanusiaan yang harus dibela.
“Mahasiswa menilai bukan Israel yang harus mendapat perlindungan dari serangan Hamas. Serangan ke Gaza oleh Israel tidak dianggap hak membela diri dan tidak proporsional atau melampaui batas-batas kemanusiaan,” tegasnya.
Menurut Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah, menjamurnya gerakan mahasiswa pro-Palestina di negara-negara Barat merupakan bukti, jika kesadaran masyarakat yang terdidik atas Hak Asasi Manusia (HAM) telah benar-benar mendalam. Aksi demonstrasi mereka dalam jumlah besar menunjukkan berani berseberangan dengan pemerintah.
“Mereka berani mengambil risiko seandainya dinilai sebagai gerakan yang diharamkan oleh demokrasi,” pungkasnya. Biden Dukung Kebebasan Berekspresi(AFP/Z-8)
STAF medis Rumah Sakit Al-Shifa yang mengalami krisis bahan bakar di Jalur Gaza utara terpaksa merawat tiga hingga empat bayi baru lahir di dalam satu inkubator.
TAHANAN administratif yang mendekam di penjara-penjara Israel sudah mencapai setidaknya 3.600 orang hingga awal Juli tahun ini.
PBB menyampaikan laporan terbaru mengenai kondisi memprihatinkan di Jalur Gaza, Palestina. Berdasarkan data OCHA, hampir seluruh wilayah Gaza kini berada di bawah kendali militer Israel.
Krisis kemanusiaan Gaza semakin parah, lebih dari 100 organisasi kemanusiaan memperingatkan kelaparan massal.
KETUA Umum Dewan Pimpinan Pusat Ahlulbait Indonesia Zahir Yahya mengatakan dukungan untuk Palestina merupakan amanat moral dan spiritual bersama.
POLISI federal Belgia menangkap dua tentara Israel yang menghadapi tuduhan kejahatan perang di Jalur Gaza, Palestina, menyusul pengaduan dari dua kelompok hak asasi manusia.
KEMENTERIAN Kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 95 warga sipil tewas akibat tembakan militer Israel dalam 24 jam terakhir saat sedang menunggu bantuan di lokasi distribusi.
Sebanyak 28 negara menyerukan akhir segera perang di Gaza. Mereka mengecam model distribusi bantuan Israel yang dinilai berbahaya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved