Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PERUBAHAN iklim dan pemanasan global yang mengancam ekosistem dan infrastruktur menjadi tantangan besar bagi berbagai destinasi pariwisata terkenal di dunia.
Seperti dilansir dari Antara, Rabu (28/2), Maladewa, yang harus mewaspadai kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim, menghadapi risiko tenggelamnya 77 persen daratan mereka pada 2100, menurut Kementerian Pariwisata negara itu. Karibia, yang sangat bergantung pada pariwisata, mengalami pemutihan terumbu karang dan naiknya permukaan air laut.
Sementara di Eropa, Pegunungan Alpen menghadapi penurunan curah salju sehingga mempengaruhi pariwisata musim dingin. Venesia menghadapi tantangan iklim dengan kenaikan permukaan laut dan cuaca ekstrem, yang mengancam situs bersejarah mereka.
Baca juga : September jadi Bulan Terpanas di Jepang
Sejumlah wilayah pesisir populer di Asia Selatan sedang bergulat dengan degradasi lingkungan yang disebabkan oleh pariwisata berlebihan dan polusi. Thailand, Malaysia, dan Filipina telah menerapkan langkah-langkah untuk melestarikan ekosistem pesisir mereka.
Afrika juga menghadapi risiko kehilangan keanekaragaman hayati secara signifikan yang berdampak pada wisata safari. Menurut data Bank Dunia, benua ini bisa kehilangan 50 persen spesies burung dan mamalia serta 20 persen hingga 30 persen kehidupan di danau pada 2100.
Sektor penerbangan, yang penting bagi pariwisata, juga menghadapi tantangan akibat panas ekstrem. Beberapa perusahaan penerbangan AS harus mengurangi muatan penumpang dan bagasi atau menunda penerbangan saat cuaca menyentuh 46 derajat Celcius.
Baca juga : Ilmuwan Memprediksi Seberapa Ekstrem Badai dan Curah Hujan di Masa Depan
Perilaku wisatawan juga berubah akibat kenaikan suhu. Penelitian Komisi Eropa menunjukkan bahwa jika pemanasan global terus berlanjut, aktivitas wisata di Eropa mungkin akan bergeser dari selatan ke utara.
Hal ini bisa menyebabkan penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke wilayah selatan dan meningkatkan jumlah wisatawan ke wilayah utara. Menurut data Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia pada 2022, sektor pariwisata berkontribusi sebesar 7,6 persen atau 7,7 triliun dolar AS (sekitar Rp120,5 kuadriliun) terhadap perekonomian global.
Meski masih dalam masa pemulihan dari pandemi covid-19, industri ini kini harus menghadapi tantangan tambahan akibat dampak buruk perubahan iklim. Nilai sektor ini sebelum COVID-19 adalah 10 triliun dolar AS (sekitar Rp156,5 kuadriliun) atau sekitar 10,4 persen dari perekonomian global.
Baca juga : Panas Dimana-mana, Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca Sekarang Juga !
Hasil penelitian Universitas Cambridge menyoroti dampak negatif kenaikan permukaan laut, peristiwa cuaca ekstrem, dan oksidasi laut terhadap infrastruktur pendukung pariwisata bahari.
Selain itu, terjadi kerusakan terumbu karang, kenaikan suhu, dan kebakaran hutan yang semakin mengancam destinasi wisata.
Sebuah penelitian pada 2023 oleh World Economic Forum (WEF) menekankan dampak negatif panas ekstrem terhadap wisatawan, seperti kebakaran hutan di Yunani, gelombang panas di Italia, dan pembatalan penerbangan di Amerika Serikat. (Z-6)
Studi ungkap letusan vulkanik Franklin dan pelapukan batuan cepat 720 juta tahun lalu memicu peristiwa Snowball Earth yang membekukan seluruh planet.
Tahun 2023 catat gelombang panas laut terbesar dan terlama. Fenomena ini rusak ekosistem, ganggu perikanan, dan jadi sinyal titik balik iklim.
Penelitian ungkap lahan gambut Amazon Peru berubah dari penyerap karbon menjadi netral karbon akibat cahaya berlebih dan penurunan muka air.
ICJ mengeluarkan putusan bagi negara-negara untuk saling menggugat terkait perubahan iklim.
Indonesia menghadapi ancaman krisis planetari, termasuk perubahan iklim, pencemaran lingkungan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
INDONESIA memperkuat posisinya menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 yang ditegaskan dalam Conference of the Parties (COP26) di Glasgow, Skotlandia.
MENURUT Bank Dunia, Maladewa tidak lagi menghadapi risiko langsung gagal bayar.
PRESIDEN Maladewa Mohamed Muizzu merampingkan pemerintahannya sebagai langkah pemotongan biaya langsung untuk meringankan beban ekonomi nasional di tengah merosotnya cadangan devisa.
Di tengah ancaman kenaikan permukaan laut, MIT Self-Assembly Lab dan organisasi Maladewa, Invena, sedang mengembangkan solusi alami untuk melindungi pulau-pulau di Maladewa.
Banyak alam Indonesia yang lebih bagus dari Bhutan. Banyak kabupaten unik yang bupatinya tidak tahu mengemas dan mempromosikannya.
Kebijakan itu menyusul kemarahan publik di negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut atas konflik di Gaza.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved