Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Badai yang menyebabkan turunnya curah hujan dalam jumlah yang sangat tinggi sering kali menyebabkan banjir dan membahayakan keselamatan manusia, infrastruktur, dan ekosistem.
Seiring dengan perubahan iklim yang semakin buruk, kejadian ekstrem seperti itu kemungkinan akan menjadi lebih intens terjadi di berbagai wilayah di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Ada ratusan penelitian yang mencoba mengaitkan aspek cuaca ekstrem dengan perubahan iklim yang disebabkan manusia. Salah satunya adalah penelitian yang diprakarsai ilmuwan fisika iklim yang berbasis di Swiss.
“Ada kesepakatan luas di antara para ilmuwan bahwa pada prinsipnya, mereka dapat menjawab pertanyaan tentang seberapa besar suatu peristiwa disebabkan atau diperburuk oleh perubahan iklim,” ujar Claudia Gessner seperti dilansir dari Phys pada Selasa (19/9).
Melalui sebuah simulasi ilmiah, Gessner dan rekan-rekannya telah menunjukkan cara baru untuk menggabungkan simulasi badai dengan pendekatan statistik untuk memperkirakan dengan lebih baik seberapa ekstrem kejadian curah hujan di masa depan.
“Meskipun bencana paling ekstrem jarang terjadi, catatan sejarah yang tersedia seringkali terlalu pendek untuk memberikan perkiraan yang dapat diandalkan. Maka upaya untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai bencana ekstrem di masa depan akan memberi manfaat untuk mencegah adanya korban,” ungkapnya.
Penelitian yang berfokus di wilayah Eropa tengah pada musim dingin tepatnya Oktober-April ini menggunakan pendekatan statistik untuk mengevaluasi kemungkinan kejadian ekstrem di masa depan yang diprediksi dari data historis dunia nyata dan dari simulasi yang dibuat dengan menggunakan Community Earth System Model Versi 2.
Analisis yang dihasilkan menunjukkan bahwa kejadian curah hujan yang jauh lebih intens daripada yang pernah tercatat sebelumnya akan mungkin terjadi dalam waktu dekat di wilayah tersebut. Namun, perkiraan statistik tersebut memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi dan tidak membahas mekanisme fisik di balik kejadian ekstrem di masa depan.
Oleh karena itu, para peneliti kemudian menerapkan pendekatan yang dikenal sebagai ensemble boosting dengan menggabungkan prediksi dari berbagai simulasi terkait kejadian curah hujan ekstrem di masa lalu yang terjadi di dunia nyata dari waktu ke waktu. Hal ini juga tergantung pada perubahan kelembaban yang sangat kecil beberapa hari sebelum kejadian.
Pendekatan ini menghasilkan sebuah perkiraan yang mengindikasikan bahwa kejadian ekstrem di masa mendatang dapat menghasilkan volume curah hujan sekitar 30% hingga 40% lebih tinggi daripada yang terlihat pada kejadian di masa lalu. Melalui hasil tersebut, para peneliti mencatat bahwa besaran curah hujan yang lebih tinggi di masa depan tidak dapat dihindari.
Lebih lanjut, studi yang diterbitkan dalam jurnal Earth's Future ini menunjukkan bahwa beberapa kejadian curah hujan dan musim dingin yang paling ekstrem di Eropa, dapat dikaitkan dengan pola tekanan atmosfer di permukaan laut. Hal ini juga dipengaruhi oleh keadaan sungai-sungai di atmosfer yang bertanggung jawab atas sebagian curah hujan di wilayah tertentu.
Para Ilmuwan mengatakan ensemble boosting dan pendekatan statistik dalam penelitian ini dapat saling melengkapi dengan baik dalam upaya untuk memperkirakan intensitas cuaca ekstrem di masa depan, “Pendekatan ini dapat memberikan cara untuk menguji ketahanan infrastruktur dan ekosistem bumi dalam menghadapi berbagai kejadian ekstrem." (M-3)
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Studi Nature ungkap pemanasan global tingkatkan fotosintesis darat, tapi lemahkan produktivitas laut. Hal itu berdampak pada iklim dan rantai makanan global.
Komitmen terhadap pengelolaan lingkungan berkelanjutan harus ditegakkan secara konsisten demi menjawab ancaman serius akibat pemanasan global.
Riset terbaru mengungkap pemanasan global membuat ribuan meteorit tenggelam di bawah es Antartika setiap tahun.
Mencairnya gletser memuci letusan gunung api yang lebih sering dan eksplosof, yang memperparah krisis iklim.
Penelitian terbaru mengungkap hilangnya hutan tropis menyebabkan pemanasan global berkepanjangan setelah peristiwa Great Dying 252 juta tahun lalu.
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat beberapa kejadian bencana di pekan kedua bulan Agustus 2025. Data tersebut dihimpun pada periode 11 hingga 12 Agustus 2025
CUACA ekstrem berpotensi di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Senin (12/8), hujan ringan hingga lebat mengguyur sebagian besar daerah sehingga diminta warga untuk waspada
BMKG menginformasikan potensi cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, termasuk udara kabur, cerah berawan, berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang
Gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah masih berlangsung dengan ketinggian 1,25-3,5 meter sehingga cukup berisiko terhadap kegiatan pelayaran.
Gelombang tinggi di perairan tersebut cukup berisiko terhadap kegiatan pelayaran seperti kapal nelayan, tongkang, kapal barang dan penumpang.
CUACA ekstrem tak hanya menjadi ancaman di musim penghujan. Dalam beberapa hari terakhir, hujan deras hingga ekstrem kembali mengguyur sejumlah wilayah di Tanah Air,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved