Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Sistem Kesehatan Gaza Kritis, Israel Hadang WHO Masuk

Ferdian Ananda Majni
21/2/2024 14:49
Sistem Kesehatan Gaza Kritis, Israel Hadang WHO Masuk
Konvoi ambulans WHO saat mengangkut 14 pasien kritis dari RS Nasser di Khan Younis Gaza pada Minggu (18/2).(AFP/HO/WHO)

BADAN Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa sistem kesehatan di Gaza sudah sangat kritis. Hal itu dilaporkan pada hari Selasa (20/2) seiring fasilitas kesehatan di seluruh daerah kantong Palestina itu berhenti berfungsi, meningkatnya pembatasan akses, berkurangnya persediaan medis, serta pengurangan bantuan kemanusiaan lainnya yang dibutuhkan untuk merawat para pasien.

Rumah sakit Nasser Gaza di Khan Younis adalah kasus terbaru. Rumah sakit yang menjadi sasaran operasi militer Israel itu kini berhenti beroperasi.

WHO, bersama Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), serta Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, baru-baru ini menjalankan misi beresiko tinggi ke fasilitas medis itu untuk membawa bahan bakar dan pasokan penting lainnya, serta mengevakuasi pasien yang berada dalam bahaya.

Baca juga : WHO Selesaikan Evakuasi Kedua RS Gaza di tengah Pertempuran Sengit

Dalam wawancara telepon dari Kairo pada Senin, (19/2) perwakilan WHO untuk wilayah pendudukan Palestina, Rik Peeperkorn, mengatakan kepada VOA bahwa misi selama tiga hari itu selalu dihadang oleh personel militer Israel di sekitar kompleks tersebut.

Peeperkorn mengatakan, timnya tidak diizinkan masuk selama dua hari pertama dan baru diizinkan masuk pada hari ketiga. Sebanyak 14 pasien kritis berhasil dipindahkan ke empat rumah sakit lain terdekat di wilayah itu. Delapan pasien di antaranya tidak dapat berlajan.

WHO memperkirakan masih ada 130 pasien yang sakit dan terluka, serta setidaknya 15 dokter dan perawat masih berada di dalam rumah sakit itu

Baca juga : Israel akan Serang Rafah saat Ramadan jika Sandera tidak Dibebaskan

“Melakukan penilaian medis cepat, merencanakan evakuasi medis dan memindahkan pasien bila diperlukan,” sebutnya. Peeperkorn menggambarkan kondisi di rumah sakit sangat buruk dan memburuk.

“ICU tidak berfungsi,” katanya.

“Rumah sakit tidak memiliki listrik. Kami membawa beberapa perlengkapan medis. Makanan dan air di sana sangat sedikit, tidak ada persediaan oksigen, tidak ada air mengalir, dan sampah di mana-mana. Menciptakan tempat berkembang biaknya penyakit. Kerusakan parah juga terjadi di mana-mana,” ujarnya.

Baca juga : Israel Bersikeras Serang Rafah

Menurutnya, rekonstruksi anggota tubuh yang merupakan kebanggaan Nasser Medical Complex, di mana banyak amputasi dapat dicegah oleh ahli bedah yang handal, sudah tidak berfungsi lagi. Saat ini bisa dikatakan rumah sakit yang merupakan rumah sakit rujukan terbesar di selatan Gaza tengah itu tidak berfungsi.

OCHA melaporkan bahwa situasi di Rumah Sakit Al Amal, juga di Khan Younis, juga kritis, menyusul pengepungan selama empat minggu oleh militer Israel. Persediaan makanan dilaporkan hampir habis, dan cadangan bahan bakar semakin menipis.

Gaza Darurat Malnutrisi

Masalah serius lainnya adalah malnutrisi. Laporan gabungan WHO, UNICEF, dan Program Pangan Dunia yang dikeluarkan pada hari Senin memperingatkan bahwa peningkatan tajam kekurangan gizi di kalangan anak-anak, wanita hamil dan menyusui di Jalur Gaza menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan mereka.

Baca juga : UNRWA Kecewa dengan Negara-negara Donor

Ditemukan bahwa 15% atau satu dari enam anak di bawah usia 2 tahun mengalami kekurangan gizi akut. Dari jumlah tersebut, hampir 3% menderita wasting parah. Laporan tersebut mengatakan bahwa hal ini adalah bentuk malnutrisi yang paling mengancam jiwa, yang menempatkan anak-anak pada risiko tertinggi terkena komplikasi medis dan kematian kecuali mereka menerima perawatan segera.

Peeperkorn mencatat bahwa sebelum invasi Israel ke Gaza, setelah serangan brutal Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang dan 240 orang disandera, “Malnutrisi tidak pernah menjadi masalah di Gaza,” katanya.

Dia menambahkan bahwa saat ini, khususnya di wilayah utara, pihaknya menemukan kasus-kasus kekurangan gizi yang sangat memprihatinkan di kalangan anak-anak.

Baca juga : Tekanan Dunia pada Israel Meningkat, Setelah Pembantaian di Rafah

Rafah Penuh Sesak oleh Pengungsi

Namun yang menghantui hal tersebut dan segudang masalah lainnya adalah ketakutan akan serangan militer Israel terhadap Rafah di Gaza selatan, dimana 1,5 juta orang hidup dalam kondisi yang penuh sesak dan tidak sehat.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi militer akan dilanjutkan pada awal Ramadhan dalam tiga minggu jika Hamas tidak membebaskan para sandera.

“Ketakutan adalah apa yang saya lihat di mata semua orang, termasuk staf nasional saya dan keluarga mereka,” kata Peeperkorn kepada VOA.

Baca juga : Israel Bunuh Ratusan Orang untuk Bebaskan Dua Sandera Hamas 

Seperti semua orang di Gaza, mereka terpaksa pindah empat, lima, enam kali, terpaksa mengungsi dari wilayah utara dan tengah ke wilayah yang disebut lebih aman di selatan.

“Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Ada sekitar 1,5 juta orang di Rafah. Ke mana orang-orang ini pergi? Tidak ada tempat untuk pergi,” katanya.

“Ketika kita berbicara tentang serangan di Rafah, kita berbicara tentang bencana kemanusiaan selain bencana kemanusiaan lainnya yang sedang berlangsung. Itu tidak terpikirkan. Jika hal ini terjadi, dampaknya akan sangat buruk dan mematikan,” pungkas Peeperkorn. (Voanews/Z-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya