Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PARA pegawai dari Eropa di badan PBB untuk pengungsi Palestina atau UNRWA mengeluarkan peringatan keras mengenai kelanjutan operasionalnya di Gaza. Sebab, penghentian pendanaan sejumlah negara donor akan memaksa program organisasi ini terhenti dalam hitungan minggu.
Direktur Kantor Perwakilan UNRWA untuk Eropa Marta Lorenzo menyampaikan pengumuman tersebut saat mengambil bagian dalam panel yang diselenggarakan bersama oleh komite urusan luar negeri dan pembangunan parlemen Eropa.
Dalam menyoroti situasi mengerikan di kota Rafah di Jalur Gaza selatan, Lorenzo menekankan bahwa penangguhan pendanaan dari negara-negara tertentu telah membuat UNRWA berada di ambang kebangkrutan di Gaza.
Baca juga : Sekjen PBB Sebut Mustahil Bubarkan UNRWA
“Rafah sekarang menampung populasi enam kali lebih besar dibandingkan sebelum perang, dan kondisi di sana tidak dapat digambarkan,” katanya.
Menarik perhatian pada penderitaan warga Gaza yang bergulat dengan kelaparan dan penyakit saat terjebak di selatan, Lorenzo menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan bantuan kemanusiaan yang efektif. Dia mengutip keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) baru-baru ini di Den Haag, Belanda yang menyerukan aksi cepat.
Namun, dia menyesalkan bahwa UNRWA memiliki biaya hanya untuk beberapa minggu lagi sebelum mereka terpaksa menghentikan operasinya.
Baca juga : Di Rafah, Pengungsi Gaza Hidup Seperti di Film Horor
Lorenzo juga menjelaskan tantangan yang dihadapi oleh staf UNRWA, dengan menyebutkan contoh-contoh di mana konvoi di utara menjadi sasaran, sehingga mengakibatkan korban jiwa di antara para karyawan. Terlepas dari risiko-risiko ini, UNRWA telah berupaya untuk menyalurkan bantuan ke daerah-daerah yang terkena dampak, meskipun dalam keadaan yang berbahaya.
Penghentian operasi UNRWA, dia memperingatkan, tidak hanya akan memperburuk penderitaan kemanusiaan.
“Konvoi kami di utara diserang di tiga tempat berbeda. Kami dapat mengirimkan bantuan ke utara pada tanggal 23 Januari (tetapi) 156 karyawan kami kehilangan nyawa (sementara) 13 ribu karyawan kami bekerja dalam risiko kematian setiap hari,” katanya.
Baca juga : Qatar Tetap Danai UNRWA, Abaikan Propaganda Israel
Lorenzo menekankan bahwa jika UNRWA menghentikan kegiatannya, hal ini akan menimbulkan konsekuensi kemanusiaan. Kemudian juga akan dianggap sebagai penarikan dukungan internasional untuk penyelesaian konflik yang adil dan damai di wilayah tersebut.
Dia juga menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung klaim pejabat Israel yang dibagikan kepada UNRWA.
“Jika kami menghentikan operasi kami, kami akan melihat lebih banyak ketidakstabilan di kawasan ini, bahkan di Eropa,” kata Lorenzo, mengakhiri pidatonya yang mendapat tepuk tangan dari anggota parlemen. (Anadolu/Z-4)
PERDANA Menteri Kanada Mark Carney mengumumkan bahwa negaranya berencana untuk mengakui Negara Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Prancis jadi negara berkekuatan besar pertama di Eropa yang menyatakan secara terbuka niatnya mengakui Palestina.
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia kembali menekankan pentingnya rencana politik yang adil dan menyeluruh dengan solusi dua negara, Israel dan Palestina.
PEMERINTAH Tiongkok mendukung rencana Prancis untuk menyampaikan pengakuan atas kedaulatan Palestina dalam sidang Majelis Umum PBB pada September 2025.
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron mengumumkan negaranya akan secara resmi mengakui Negara Palestina dalam Sidang Majelis Umum PBB pada September.
Indonesia mengutuk keras tindakan sepihak Zionis Israel untuk memaksakan kedaulatan terhadap wilayah Tepi Barat yang mereka jajah sebagaimana yang disetujui parlemen Israel itu.
SELAMA 21 bulan genosida di Jalur Gaza, Palestina, sekitar 70 persen infrastruktur hancur, menyisakan wilayah tersebut tertimbun jutaan ton puing dan tenggelam dalam gelap.
BAYI-BAYI yang tinggal tulang dan kulit akhirnya meninggal karena ibu mereka terlalu kelaparan untuk menghasilkan susu.
PBB menyampaikan laporan terbaru mengenai kondisi memprihatinkan di Jalur Gaza, Palestina. Berdasarkan data OCHA, hampir seluruh wilayah Gaza kini berada di bawah kendali militer Israel.
Krisis kemanusiaan Gaza semakin parah, lebih dari 100 organisasi kemanusiaan memperingatkan kelaparan massal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved